Kupang (ANTARA) - Mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya mengatakan, almarhum EP da Gomez adalah seorang tokoh pejuang yang kokoh, konsisten dan sederhana.
"Saya secara pribadi dan keluarga turut berdukacita atas meninggalnya bapak EP da Gomez dan mendoakan arwahnya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Kami kehilangan seorang tokoh pejuang yang kokoh, konsisten dan sederhana sampai meninggalnya," kata Lebu Raya, Senin, terkait wafatnya EP da Gomez di Maumere, Flores pada Senin, (18/5).
Dia mengaku, mengenal Om EG, sapaan untuk EP da Gomez sebagai politisi yang berwibawa, yang konsisten berjuang untuk kepentingan rakyat sejak jaman dulu.
Baca juga: NTT kehilangan tokoh lintas zaman
Baca juga: PDIP NTT prihatin mahalnya biaya rapid test mandiri
Almarhum memulai perjuangan politiknya dengan bergabung dengan partai Katolik, kemudian fusi ke Partai Demokrasi Indonesia dan lanjut berjuang melalui PDI Perjuangan," katanya.
"Saya memandangnya sebagai seorang guru yang memberikan semangat, dan motivasi agar orang harus berjuang dengan ideologi dan prinsip yang tegas," katanya.
Almarhum selalu menunjukkan juga dalam seluruh derap perjuangannya, dan selalu mengingatkan yunior agar berjuang dengan jujur dan konsisten.
"Saya sangat menghargai beliau sebagai tokoh dan kader yang juga mau mendengar "orang"," katanya.
Lebu Raya mengaku almarhum juga yang mendorongnya untuk memimpin PDI Perjuangan, ketika partai ini dilanda konflik dan jadi pecah.
"Saya menjalani kepemimpinan saya di partai dengan prinsip dan ideologi yang sama. Saya mengucapkan terimakasih atas jasa-jasa beliau untuk partai ini dan untuk seluruh perjuangannya," katanya.
"Saya juga ingat di saat terakhir beliau menulis buku. Banyak kisah tentang perjuangan yang dilukiskan dengan apik. Saya mengucapkan selamat jalan. "Kami melanjutkan perjuanganmu Om EG," tulis Lebu Raya dalam pesan WhatsApp.
Pada usianya ke-79 tahun, EP da Gomez meluncurkan buku ke-29 berjudul "Memaknai Nilai Ketokohan dan Kepemimpinan," yang mengupas cerita sekilas tentang Frans Seda, VB da Costa, Ben Mang Reng Say, P.S. da Cunha, dan Laurentius Say. Buku pertamanya berjudul, PDI, Pemilu dan DPRD Kabupaten Sikka.
"Saya secara pribadi dan keluarga turut berdukacita atas meninggalnya bapak EP da Gomez dan mendoakan arwahnya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Kami kehilangan seorang tokoh pejuang yang kokoh, konsisten dan sederhana sampai meninggalnya," kata Lebu Raya, Senin, terkait wafatnya EP da Gomez di Maumere, Flores pada Senin, (18/5).
Dia mengaku, mengenal Om EG, sapaan untuk EP da Gomez sebagai politisi yang berwibawa, yang konsisten berjuang untuk kepentingan rakyat sejak jaman dulu.
Baca juga: NTT kehilangan tokoh lintas zaman
Baca juga: PDIP NTT prihatin mahalnya biaya rapid test mandiri
Almarhum memulai perjuangan politiknya dengan bergabung dengan partai Katolik, kemudian fusi ke Partai Demokrasi Indonesia dan lanjut berjuang melalui PDI Perjuangan," katanya.
"Saya memandangnya sebagai seorang guru yang memberikan semangat, dan motivasi agar orang harus berjuang dengan ideologi dan prinsip yang tegas," katanya.
Almarhum selalu menunjukkan juga dalam seluruh derap perjuangannya, dan selalu mengingatkan yunior agar berjuang dengan jujur dan konsisten.
"Saya sangat menghargai beliau sebagai tokoh dan kader yang juga mau mendengar "orang"," katanya.
Lebu Raya mengaku almarhum juga yang mendorongnya untuk memimpin PDI Perjuangan, ketika partai ini dilanda konflik dan jadi pecah.
"Saya menjalani kepemimpinan saya di partai dengan prinsip dan ideologi yang sama. Saya mengucapkan terimakasih atas jasa-jasa beliau untuk partai ini dan untuk seluruh perjuangannya," katanya.
"Saya juga ingat di saat terakhir beliau menulis buku. Banyak kisah tentang perjuangan yang dilukiskan dengan apik. Saya mengucapkan selamat jalan. "Kami melanjutkan perjuanganmu Om EG," tulis Lebu Raya dalam pesan WhatsApp.
Pada usianya ke-79 tahun, EP da Gomez meluncurkan buku ke-29 berjudul "Memaknai Nilai Ketokohan dan Kepemimpinan," yang mengupas cerita sekilas tentang Frans Seda, VB da Costa, Ben Mang Reng Say, P.S. da Cunha, dan Laurentius Say. Buku pertamanya berjudul, PDI, Pemilu dan DPRD Kabupaten Sikka.