Kupang (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyiapkan program kecil-kecilan untuk mendorong para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk beralih produk ditengah pandemi virus corona jenis baru (COVID-19).
"Saat ini kita sudah menyiapkan program kecil-kecilan bagi para pelaku UMKM untuk mendorong mereka sedikit beralih produk misalnya dari jualan hasil kerajinan tangan menjadi jualan bumbu dapur atau lainnya," kata Kepala BI NTT I Nyoman Ariawan Atmaja kepada wartawan di Kupang, Sabtu (23/5).
Hal ini disampaikan karena sejumlah UMKM di daerah itu sejauh ini tak bisa berproduksi di tengah pandemi COVID-19 yang sampai saat ini di NTT sudah mencapai 82 kasus positif.
Ia mencontohkan para pelaku UMKM di NTT bisa beralih produk untuk berjualan keripik ke usaha jualan sayur-sayuran atau ikan, bumbu dapur seperti jahe, cabai, daun serai atau sejenisnya, sehingga para pelaku UMKM bangkit dari kondisi terpuruk sambil menunggu keadaan saat ini kembali membaik.
"Intinya adalah kita memberikan mereka motivasi terlebih dahulu bagi pelaku UMKM untuk tetap kuat menghadapi situasi ditengah pandemi COVID-19 ini,” tambah dia.
Ariawan juga berharap agar pemerintah melalui Instansi terkait dan Perbankan bersama-sama mempersiapkan program pemulihan bagi para pelaku UMKM binaan BI maupun Perbankan di NTT agar mereka tetap kuat menghadapi kondisi ekonomi yang dihadapi saat ini pasca merebaknya COVID-19.
Lebih lanjut, ia mengatakan lebih dari 4.000 UMKM di NTT telah terdampak pandemi COVID-19 berdasarkan koordinasi antara BI dengan Dinas Koperasi, Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTT.
"Ribuan UMKM yang terdampak itu mengalami penurunan pendapatan hingga 75 persen. Dan ada kemungkinan jumlah UMKM di NTT yang terdampak akan terus bertambah,"katanya.
Ariawan mengakui bahwa pandemi COVID-19 ini mengakibatkan dampak yang luar biasa kepada UMKM di NTT sehingga perlu perhatian dari pemerintah setempat juga.
Baca juga: Ribuan UMKM di NTT terkena dampak COVID-19
Baca juga: BI NTT berupaya selamatkan UMKM di tengah pandemi
"Saat ini kita sudah menyiapkan program kecil-kecilan bagi para pelaku UMKM untuk mendorong mereka sedikit beralih produk misalnya dari jualan hasil kerajinan tangan menjadi jualan bumbu dapur atau lainnya," kata Kepala BI NTT I Nyoman Ariawan Atmaja kepada wartawan di Kupang, Sabtu (23/5).
Hal ini disampaikan karena sejumlah UMKM di daerah itu sejauh ini tak bisa berproduksi di tengah pandemi COVID-19 yang sampai saat ini di NTT sudah mencapai 82 kasus positif.
Ia mencontohkan para pelaku UMKM di NTT bisa beralih produk untuk berjualan keripik ke usaha jualan sayur-sayuran atau ikan, bumbu dapur seperti jahe, cabai, daun serai atau sejenisnya, sehingga para pelaku UMKM bangkit dari kondisi terpuruk sambil menunggu keadaan saat ini kembali membaik.
"Intinya adalah kita memberikan mereka motivasi terlebih dahulu bagi pelaku UMKM untuk tetap kuat menghadapi situasi ditengah pandemi COVID-19 ini,” tambah dia.
Ariawan juga berharap agar pemerintah melalui Instansi terkait dan Perbankan bersama-sama mempersiapkan program pemulihan bagi para pelaku UMKM binaan BI maupun Perbankan di NTT agar mereka tetap kuat menghadapi kondisi ekonomi yang dihadapi saat ini pasca merebaknya COVID-19.
Lebih lanjut, ia mengatakan lebih dari 4.000 UMKM di NTT telah terdampak pandemi COVID-19 berdasarkan koordinasi antara BI dengan Dinas Koperasi, Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTT.
"Ribuan UMKM yang terdampak itu mengalami penurunan pendapatan hingga 75 persen. Dan ada kemungkinan jumlah UMKM di NTT yang terdampak akan terus bertambah,"katanya.
Ariawan mengakui bahwa pandemi COVID-19 ini mengakibatkan dampak yang luar biasa kepada UMKM di NTT sehingga perlu perhatian dari pemerintah setempat juga.
Baca juga: Ribuan UMKM di NTT terkena dampak COVID-19
Baca juga: BI NTT berupaya selamatkan UMKM di tengah pandemi