Kupang (ANTARA) - Pemerhati masalah pekerja migran Pendeta Emmy Sahertian meminta pemerintah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur agar mendata keterampilan setiap pekerja migran yang dipulangkan agar dapat diberdayakan untuk kembali membangun perekonomian rumah tangga mereka.
"Para pekerja migran dari NTT yang pulang pasti punya keterampilan tertentu karena itu sangat bisa didayagunakan untuk sektor-sektor yang ada di NTT terutama non-formal," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa, (2/6)).
Baca juga: Sebanyak 10 pekerja migran NTT tiba di Kupang
Ia menjelaskan, para pekerja migran baik yang berstatus resmi maupun tidak resmi sebenarnya sudah memilik berbagai keterampilan kerja selama bekerja di negara tujuan seperti di bidang pembantu rumah tangga, menjahit, mekanik, konstruksi bangunan, perkebunan, dan lainnya.
Karena itu, lanjut dia, mestinya ketika para pekerja migran dipulangkan maka tidak hanya didata terkait jumlah angkanya saja tetapi juga bidang-bidang kerja mereka.
"Dengan begitu ketika kembali ke kampung halaman mereka, keterampilan mereka dapat dimanfaatkan apalagi pada masa pandemi COVID-19 ini," katanya.
"Banyak di antaranya pekerja migran dari NTT juga adalah anak-anak muda usia produktif yang kaya dengan pengalaman kerja," katanya lagi.
Baca juga: PMI NTT yang pulang jalani pemeriksaan berlapis
Lebih lanjut, Emmy Sahertian yang juga aktivis yang dikenal getol mengurus persoalan perdagangan manusia itu mengatakan, para pekerja migran yang dipulangkan juga memiliki persoalan dengan jaring pengaman sosial untuk penanganan dampak COVID-19.
Untuk itu, ia berharap, ketika mereka kembali maka pemerintah daerah sudah menyiapkan skema program tertentu agar selanjutnya mereka bisa menghidupi keluarganya.
"Jadi tidak hanya bantuan sembako, tetapi bisa juga memberikan modal awal bagi mereka untuk mulai berusaha sesuai keterampilan yang dimiliki," katanya.
Baca juga: Proyeksi kepulangan PMI NTT hanya 293 orang
Pendeta Emmy Sahertian berharap agar pendataan para pekerja migran tidak sekadar untuk dikarantina untuk pencegahan COVID-19 namun juga memperhitungkan dari aspek sisi distribusi ekonomi.
Baca juga: Padma: Pemulangan PMI NTT kesempatan untuk benahi tata kelola CPMI
"Para pekerja migran dari NTT yang pulang pasti punya keterampilan tertentu karena itu sangat bisa didayagunakan untuk sektor-sektor yang ada di NTT terutama non-formal," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa, (2/6)).
Baca juga: Sebanyak 10 pekerja migran NTT tiba di Kupang
Ia menjelaskan, para pekerja migran baik yang berstatus resmi maupun tidak resmi sebenarnya sudah memilik berbagai keterampilan kerja selama bekerja di negara tujuan seperti di bidang pembantu rumah tangga, menjahit, mekanik, konstruksi bangunan, perkebunan, dan lainnya.
Karena itu, lanjut dia, mestinya ketika para pekerja migran dipulangkan maka tidak hanya didata terkait jumlah angkanya saja tetapi juga bidang-bidang kerja mereka.
"Dengan begitu ketika kembali ke kampung halaman mereka, keterampilan mereka dapat dimanfaatkan apalagi pada masa pandemi COVID-19 ini," katanya.
"Banyak di antaranya pekerja migran dari NTT juga adalah anak-anak muda usia produktif yang kaya dengan pengalaman kerja," katanya lagi.
Baca juga: PMI NTT yang pulang jalani pemeriksaan berlapis
Lebih lanjut, Emmy Sahertian yang juga aktivis yang dikenal getol mengurus persoalan perdagangan manusia itu mengatakan, para pekerja migran yang dipulangkan juga memiliki persoalan dengan jaring pengaman sosial untuk penanganan dampak COVID-19.
Untuk itu, ia berharap, ketika mereka kembali maka pemerintah daerah sudah menyiapkan skema program tertentu agar selanjutnya mereka bisa menghidupi keluarganya.
"Jadi tidak hanya bantuan sembako, tetapi bisa juga memberikan modal awal bagi mereka untuk mulai berusaha sesuai keterampilan yang dimiliki," katanya.
Baca juga: Proyeksi kepulangan PMI NTT hanya 293 orang
Pendeta Emmy Sahertian berharap agar pendataan para pekerja migran tidak sekadar untuk dikarantina untuk pencegahan COVID-19 namun juga memperhitungkan dari aspek sisi distribusi ekonomi.
Baca juga: Padma: Pemulangan PMI NTT kesempatan untuk benahi tata kelola CPMI