Kupang (ANTARA) - Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sudah berlangsung selama dua minggu, kata Manager Humas SPBU Kompak PT Hikam Lembata, Alfian Lamaberaf.
"Pasokan BBM dari kapal tanker belum masuk Lembata sehingga kondisi BBM sekarang masih langka selama dua minggu ini," katanya ketika dihubungi dari Kupang, Jumat (24/7).
Ia mengatakan, hingga hari ini, Jumat (24/7) antrian kendaraan mobil maupun motor masih terus membeludak untuk bisa mendapatkan BBM dengan kapasitas pengisian yang terbatas.
Untuk sementara, lanjut dia, setiap kendaraan berupa mobil hanya diperbolehkan mengisi BBM hingga Rp100.000, sedangkan sepeda motor hingga Rp30.000.
Alfian Lamaberaf mengatakan, kondisi kelangkaan ini terjadi akibat belum adanya pasokan BBM dari kapal tanker yang selama ini beroperasi karena mengalami kerusakan.
Ia menjelaskan, PT Hikam sudah menyiapkan kapal mini tanker untuk memasok BBM, namun belum mendapat ijin dari kepala daerah setempat meskipun semua dokumen kapal sudah dilengkapi.
"Kami berharap persoalan ini segera ditangani pemerintah daerah karena kita kasihan masyarakat harus terus bersusah payah mengantre berjam-jam untuk mendapatkan BBM," katanya.
Sementara itu, seorang warga Lembata, Hardi Tukan, ketika dihubungi terpisah juga mengatakan bahwa kelangkaan BBM yang dialami warga setempat sudah berlangsung selama dua minggu.
"Kelangkaan ini membuat harga BBM yang dijual secara eceran jadi tidak masuk akal karena mencapai Rp30.000-Rp50.000 per liter," katanya.
Ia mengatakan, dirinya kesulitan mendapatkan BBM di SPBU karena antrean yang panjang hampir setiap hari.
"Kalau mengantre juga untung-untungan kalau bisa dapat karena sampai jam 10.00-11.00 pagi itu stok sudah habis," katanya.
Hardi Tukan berharap pemerintah daerah setempat segera mengatasi persoalan kelangkaan BBM ini karena hal ini menyangkut kepentingan seluruh masyarakat.
"Kalau kondisi begini terus bagaimana kita bisa beraktivitas, saya khawatir jika tidak segera diatasi maka berdampak pada naiknya harga barang kebutuhan," katanya.
Baca juga: Pertamina siapkan kapal pengganti angkut BBM ke Lembata
"Pasokan BBM dari kapal tanker belum masuk Lembata sehingga kondisi BBM sekarang masih langka selama dua minggu ini," katanya ketika dihubungi dari Kupang, Jumat (24/7).
Ia mengatakan, hingga hari ini, Jumat (24/7) antrian kendaraan mobil maupun motor masih terus membeludak untuk bisa mendapatkan BBM dengan kapasitas pengisian yang terbatas.
Untuk sementara, lanjut dia, setiap kendaraan berupa mobil hanya diperbolehkan mengisi BBM hingga Rp100.000, sedangkan sepeda motor hingga Rp30.000.
Alfian Lamaberaf mengatakan, kondisi kelangkaan ini terjadi akibat belum adanya pasokan BBM dari kapal tanker yang selama ini beroperasi karena mengalami kerusakan.
Ia menjelaskan, PT Hikam sudah menyiapkan kapal mini tanker untuk memasok BBM, namun belum mendapat ijin dari kepala daerah setempat meskipun semua dokumen kapal sudah dilengkapi.
"Kami berharap persoalan ini segera ditangani pemerintah daerah karena kita kasihan masyarakat harus terus bersusah payah mengantre berjam-jam untuk mendapatkan BBM," katanya.
Sementara itu, seorang warga Lembata, Hardi Tukan, ketika dihubungi terpisah juga mengatakan bahwa kelangkaan BBM yang dialami warga setempat sudah berlangsung selama dua minggu.
"Kelangkaan ini membuat harga BBM yang dijual secara eceran jadi tidak masuk akal karena mencapai Rp30.000-Rp50.000 per liter," katanya.
Ia mengatakan, dirinya kesulitan mendapatkan BBM di SPBU karena antrean yang panjang hampir setiap hari.
"Kalau mengantre juga untung-untungan kalau bisa dapat karena sampai jam 10.00-11.00 pagi itu stok sudah habis," katanya.
Hardi Tukan berharap pemerintah daerah setempat segera mengatasi persoalan kelangkaan BBM ini karena hal ini menyangkut kepentingan seluruh masyarakat.
"Kalau kondisi begini terus bagaimana kita bisa beraktivitas, saya khawatir jika tidak segera diatasi maka berdampak pada naiknya harga barang kebutuhan," katanya.
Baca juga: Pertamina siapkan kapal pengganti angkut BBM ke Lembata