Kupang (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyiapkan rancangan pengembangan kawasan Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar dan laut sekitarnya untuk menjadi kawasan wisata bahari unggulan di NTT.
"Grand design yang kami siapkan ini untuk menjadikan SAP Alor jadi bagian dari destinasi wisata bahari unggulan yang dikembangkan berbasis desa, adat, dan agama," kata Kepala Cabang DKP NTT Wilayah Kabupaten Alor, Muhammad Saleh Goro, ketika dihubungi dari Kupang, Jumat, (24/7).
Ia mengatakan, kawasan SAP Selat Pantar dan laur sekitarnya memiliki potensi kekayaan bahari yang melimpah, di antaranya terdapat 34 titik atau spot untuk tujuan wisata menyelam.
Baca juga: Hendak dijual, 15 kilogram sirip ikan pari manta diamankan dan dimusnahkan di Flores Timur
Selain itu, terdapat 15 pulau kecil yang indah, serta hutan bakau, dan perairan setempat merupakan habitat hidup mamalia seperti lumba-lumba, paus, mola-mola, dan dugong.
"Ini potensi besar yang kami ingin agar ke depan menjadi destinasi wisata bahari unggulan seperti yang ada di Raja Ampat, Wakatobi, atau Gili Trawang," katanya.
"Peluang kunjungan wisatawan asing juga sangat terbuka karena Alor berbatasan laut secara langsung dengan Timor Leste, sehingga wisatawan asing yang masuk melalui Timor Leste bisa langsung menyeberang ke Maritaing," katanya.
Baca juga: DKP kecam praktik penjualan barang bukti kasus bom ikan di Sikka
Ia mengatakan, rancangan pengembangan kawasan ini sedang dipersiapkan dan rencananya pada Oktober 2020 akan diajukan ke pemerintah provinsi dan pemerintah pusat sebagai kawasan konservasi contoh dalam pengembangan kawasan yang mensinergikan pariwisata bahari, kelautan dan perikanan.
Saleh Goro mengatakan, rancangan ini diusulkan mulai dari desa dan dipadukan dengan kegiatan dari berbagai elemen yang berhubungan dengan kawasan SAP di antaranya dari pemerintah, swasta, organisasi pendidikan, lembaga swadaya, dan lainnya.
Menurut dia, semua kegiatan pengembangan juga harus terkoneksi misalnya antara pariwisata perairan di desa wisata bahari, wisata budaya, maupun wisata alam di dataran dan pegunungan.
Baca juga: DKP salurkan bantuan perkuat dua Pokwasmas di Flores Timur
"Jadi semuanya kami padukan dalam grand design sehingga menjadi satu master plane yang digunakan dalam kegiatan pengembangan kawasan," katanya.
"Grand design yang kami siapkan ini untuk menjadikan SAP Alor jadi bagian dari destinasi wisata bahari unggulan yang dikembangkan berbasis desa, adat, dan agama," kata Kepala Cabang DKP NTT Wilayah Kabupaten Alor, Muhammad Saleh Goro, ketika dihubungi dari Kupang, Jumat, (24/7).
Ia mengatakan, kawasan SAP Selat Pantar dan laur sekitarnya memiliki potensi kekayaan bahari yang melimpah, di antaranya terdapat 34 titik atau spot untuk tujuan wisata menyelam.
Baca juga: Hendak dijual, 15 kilogram sirip ikan pari manta diamankan dan dimusnahkan di Flores Timur
Selain itu, terdapat 15 pulau kecil yang indah, serta hutan bakau, dan perairan setempat merupakan habitat hidup mamalia seperti lumba-lumba, paus, mola-mola, dan dugong.
"Ini potensi besar yang kami ingin agar ke depan menjadi destinasi wisata bahari unggulan seperti yang ada di Raja Ampat, Wakatobi, atau Gili Trawang," katanya.
"Peluang kunjungan wisatawan asing juga sangat terbuka karena Alor berbatasan laut secara langsung dengan Timor Leste, sehingga wisatawan asing yang masuk melalui Timor Leste bisa langsung menyeberang ke Maritaing," katanya.
Baca juga: DKP kecam praktik penjualan barang bukti kasus bom ikan di Sikka
Ia mengatakan, rancangan pengembangan kawasan ini sedang dipersiapkan dan rencananya pada Oktober 2020 akan diajukan ke pemerintah provinsi dan pemerintah pusat sebagai kawasan konservasi contoh dalam pengembangan kawasan yang mensinergikan pariwisata bahari, kelautan dan perikanan.
Saleh Goro mengatakan, rancangan ini diusulkan mulai dari desa dan dipadukan dengan kegiatan dari berbagai elemen yang berhubungan dengan kawasan SAP di antaranya dari pemerintah, swasta, organisasi pendidikan, lembaga swadaya, dan lainnya.
Menurut dia, semua kegiatan pengembangan juga harus terkoneksi misalnya antara pariwisata perairan di desa wisata bahari, wisata budaya, maupun wisata alam di dataran dan pegunungan.
Baca juga: DKP salurkan bantuan perkuat dua Pokwasmas di Flores Timur
"Jadi semuanya kami padukan dalam grand design sehingga menjadi satu master plane yang digunakan dalam kegiatan pengembangan kawasan," katanya.