Purwokerto (ANTARA) - Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru mengatakan edukasi mengenai protokol kesehatan bagi wisatawan harus dilakukan secara simultan sebagai salah satu upaya mencegah COVID-19.
"Perlunya edukasi secara simultan dan berkelanjutan tentang adaptasi kebiasaan baru dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu, (2/8).
Baca juga: Dispar Mabar terapkan sistem daftar daring masuk TN Komodo
Dia menambahkan edukasi yang dilakukan secara terus menerus diharapkan dapat meningkatkan kesadaran wisatawan.
"Wisatawan perlu terus diingatkan bahwa adaptasi kebiasaan baru berarti harus tetap ada protokol kesehatan, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan tidak boleh berkerumun," katanya.
Dia menambahkan kesadaran mengenai adaptasi kebiasaan baru diperlukan agar masyarakat bisa tetap produktif namun juga tetap waspada dan tidak abai terhadap protokol kesehatan.
Dia juga mengatakan bahwa pembukaan sektor pariwisata di sejumlah daerah akan berdampak positif untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.
Kendati demikian, kata dia, perlu ada pemantauan yang intensif mengenai penerapan protokol kesehatan di objek wisata.
"Perlu ada tim dari pemerintah daerah yang terus memantau dan mengevaluasi penerapan protokol kesehatan di objek wisata secara berkala," katanya.
Dia menambahkan jika terjadi pelanggaran protokol kesehatan secara berulang kali di satu lokasi objek wisata maka tim dari pemerintah daerah perlu menindaklanjuti.
"Jika terjadi pelanggaran protokol kesehatan secara berulang kali, atau juga terjadi perubahan status kondisi daerah dari hijau ke kuning atau merah, maka perlu ada tindak lanjut dari pemerintah daerah," katanya.
Baca juga: Menggairahkan kembali pariwisata NTT di tengah pandemi
Baca juga: Pencipta Gemu Fa Mi Re meriahkan promosi pariwisata NTT di Meksiko
Dengan demikian, kata dia, maka diharapkan pengelola sektor pariwisata dan juga para pengunjung bisa terus disiplin menerapkan protokol kesehatan di lokasi objek wisata.
"Intinya adalah protokol kesehatan yang ketat, baik dari aspek kebersihan, kesehatan, dan keamanan, membatasi jumlah pengunjung agar dapat diterapkan jarak fisik hingga kesiapan infrastruktur pariwisata dalam menyambut adaptasi kebiasaan baru," katanya.
Kata pengamat, edukasi protokol kesehatan bagi wisatawan harus simultan
Pengamat pariwisata dari Unsoed Chusmeru ANTARA/Wuryanti PS