Kupang (ANTARA) - Dunia pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang merupakan salah satu penggerak utama ekonomi, telah mengalami guncangan hebat akibat pandemi virus Corona jenis baru (COVID-19).

Sektor pariwisata yang menyerap banyak lapangan kerja itu sangat terpukul, karena telah menyebabkan dampak berantai, terutama di sektor strategis seperti pertanian dan jasa.

Sementara sampai saat ini, para ahli di berbagai belahan dunia belum bisa memprediksi kapan pandemi yang telah menelan banyak korban jiwa ini akan berakhir.

Akan tetapi, industri pariwisata harus terus berlanjut dan bersiap untuk bisa bangkit lagi di era adaptasi kebiasaan baru atau normal baru.

Di Nusa Tenggara Timur (NTT), pemerintah sudah kembali membuka diri untuk kunjungan wisatawan sejak diberlakukannya adaptasi kebiasaan baru pada 15 Juni 2020 lalu.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Wayan Darmawa mengatakan, pandemi ini memang berdampak cukup besar terhadap arus kunjungan wisatawan ke NTT.

Kondisi ini bisa terlihat dari data kunjungan wisatawan ke NTT, yakni pada tahun ini sampai dengan Mei 2020, kunjungan wisatawan masih di bawah 30 ribu orang.

Padahal NTT mencatat kunjungan wisatawan tahun sebelumnya, yakni pada 2019, mencapai sekitar lebih dari 1,4 juta orang.

Kunjungan wisatawan ke NTT pada tahun 2019 itu, mengalami tren peningkatan jika dibanding periode 2018 sebanyak 1.307.524 wisatawan, terdiri dari wisatawan mancanegara 327.428 orang dan jumlah wisatawan domestik berjumlah 980.096.

Baca juga: Butuh dukungan pembenahan amenitas lokasi wisata Fulan Fehan NTT

Saat ini, daerah yang selalu dijuluki "Nanti Tuhan Tolong" (NTT) itu memiliki 1.378 destinasi wisata, dan merupakan provinsi dengan destinasi wisata unggulan terbanyak di seantero negeri ini.


Wisata dunia

Hasil survei majalah internasional Lonely Planet menempatkan Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi pilihan utama wisata dunia pada 2020.

"Ini fakta-fakta yang menunjukkan bahwa sebenarnya prospek kunjungan wisatawan di NTT pada 2020 ini sangat baik, namun karena adanya pandemi COVID-19 ini, kunjungan wisatawan masih sangat kecil," katanya. Wisatawan menikmati keindahan objek wisata dengan berenang di Danau Weekuri, Desa Moromanduyo, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya, Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. (ANTARA/Bernadus Tokan)
Kondisi ini pulalah yang dinilai membuat pariwisata di NTT juga kehilangan banyak efek berantai, terutama di sektor strategis seperti pertanian dan jasa, katanya lagi.

Wayan Darmawa menambahkan, saat ini NTT sudah kembali membuka diri untuk kunjungan wisatawan sejak diberlakukannya normal baru pada 15 Juni 2020, sehingga diharapkan arus kunjungan wisatawan kembali meningkat.

"Kami juga terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, baik asosiasi maupun pengelola destinasi untuk melakukan berbagai persiapan dan upaya-upaya agar pariwisata di NTT bisa bergairah kembali," katanya.


Tiga fase

Dia menambahkan, untuk mencegah penyebaran COVID-19 di tengah adaptasi kebiasaan baru, semua destinasi wisata di NTT dilengkapi dengan fasilitas kesehatan.

Menurut dia, aspek protokol kesehatan di setiap destinasi wisata menjadi perhatian utama Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di daerah dan pemerintah provinsi tinggal melengkapinya.

"Jadi di setiap destinasi saat ini sudah ada tandon air cuci tangan, pengukur suhu tubuh, kemudian ada petugas bersiaga yang mewajibkan pengunjung untuk cuci tangan, memakai masker, dan melakukan pendaftaran," katanya.

Baca juga: Artikel - Mampukah Ende mempertahankan status zona hijau COVID-19?


Ia menjelaskan, pihaknya melakukan analisa bahwa pada saat pemberlakuan normal baru, memang tidak serta merta langsung ada kunjungan wisatawan Nusantara maupun mancanegara ke destinasi-destinasi wisata di NTT.

Kondisi ini karena persoalan transportasi udara yang belum normal, sehingga pihaknya membagi dalam tiga fase kunjungan wisatawan.

Fase pertama yakni pada bulan pertama atau setelah dibuka pada pertengahan Juni 2020 sebagai masa pembelajaran penerapan protokol kesehatan dengan dominan kunjungan wisatawan lokal.

Pada fase kedua pada bulan berikutnya, diharapkan transportasi udara antarwilayah di NTT, maupun dari dan ke pulau Jawa sudah kembali normal sehingga mulai ada kunjungan wisatawan Nusantara.

"Pada fase saat ini, destinasi wisata tentu sudah lebih siap, termasuk perhotelan, dan industri pariwisata lainnya untuk melayani wisatawan," katanya.

Baca juga: Artikel - Labuan Bajo jadi lokasi KTT G-20
Selanjutnya pada fase terakhir di bulan ketiga diharapkan kunjungan wisatawan sudah mulai normal dan protokol kesehatan bukan lagi hal baru karena sudah menjadi bagian dari tatatan baru dalam dunia pariwisata, kata Wayan Darmawa menjelaskan.


Kesehatan dan keamanan

Pakar ekonomi dari Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Frankie J Saelean, SE.MP. mengatakan faktor kesehatan dan keamanan menjadi aspek penentu baru terhadap belanja yang dilakukan wisatawan di tengah kondisi pandemi COVID-19.

"Di tengah kondisi pandemi COVID-19 itu, aspek yang menentukan orang untuk membelanjakan uangnya di sektor pariwisata adalah pada aspek kesehatan dan keamanan," kata Frankie J Saelean.

Mantan Rektor UKAW Kupang itu menjelaskan, saat ini industri pariwisata mengalami perubahan yang sangat besar, bahkan secara global pada masa pandemi dengan berbagai dampak yang ditimbulkan.

Pertanyaan paling mendasar dari perubahan ini, lanjut dia, adalah bagaimana dengan perilaku konsumen pariwisata? Apa yang berubah dari cara hidup baru di era normal baru ini bagi mereka yang tertarik untuk membelanjakan uang pada sektor pariwisata?

"Sekarang ini orang begitu khawatir dan takut pada COVID-19 ini sehingga yang paling dipertimbangkan orang untuk datang dan membelanjakan uang pada sektor pariwisata adalah aspek kesehatan dan keamanan " katanya.

Franki Saelean mengatakan, untuk itu, aspek ini perlu menjadi perhatian serius pemerintah di Provinsi NTT ketika menggeliatkan kembali sektor pariwisata di masa normal baru ini yang sudah mulai berlaku di NTT pada 15 Juni 2020.
Ia mengaku sepakat dengan upaya pemerintah provinsi setempat yang saat ini mulai berpikir tentang menggeliatkan kembali pasar pariwisata, terutama wisatawan lokal sebagai pasar yang paling potensial untuk saat ini.

"Untuk itu pertanyaan besar adalah seberapa jauh kita di NTT membangun suatu sistem agar orang merasa aman untuk datang ke destinasi-destinasi wisata termasuk menginap, makan minum, dan sebagainya," katanya.


Harus beradaptasi

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengemukakan, era normal baru membawa peran baru, jalan baru, dan ekspektasi di sektor pariwisata.

Dengan digitalisasi yang berkembang cepat, Menparekraf mengemukakan agar bisnis pariwisata harus beradaptasi terhadap kondisi yang baru serta mengatur kembali strategi model bisnis agar bisa bertahan di era normal baru, dengan menyesuaikan perkembangan teknologi.

"Bisnis pariwisata dan pekerjanya harus terus melakukan observasi dan mempelajari peluang untuk berkembang. Industri harus mulai fokus menerapkan standar kebersihan, kesehatan, dan keamanan dalam operasional bisnis," kata Wishnutama, dalam Seminar Virtual Pariwisata International, 15 Mei 2020.
Dia menambahkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan World Travel and Tourism Council (WTTC) untuk memastikan protokol tersebut sesuai dengan standar global dan memberikan dampak positif bagi wisatawan serta pekerja di sektor pariwisata.

Sektor pariwisata yang terpuruk akibat pandemi tengah memasuki era normal baru. Perubahan paradigma tengah berlangsung dan sejumlah protokol baru akan diterapkan untuk menyambut kondisi adaptasi kebiasaan baru di industri pariwisata.

Penerapan standar kebersihan, kesehatan, dan keamanan di setiap destinasi wisata tentunya menjadi hal yang sangat penting untuk membangkitkan kepercayaan wisatawan untuk membelanjakan uangnya pada sektor pariwisata.
 

Pewarta : Bernadus Tokan
Editor : Kornelis Aloysius Ileama Kaha
Copyright © ANTARA 2024