Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo meminta pelaksanaan program penurunan kasus stunting--gangguan tumbuh kembang anak akibat kekurangan gizi kronis-- difokuskan di 10 provinsi dengan jumlah kasus stunting tertinggi, termasuk Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Kita fokus saja menurunkan angka stunting di 10 provinsi yang memiliki prevalensi stunting tertinggi," katanya di Istana Merdeka Jakarta, Rabu, (5/8) saat membuka rapat terbatas mengenai percepatan penurunan stunting yang dihadiri oleh menteri-menteri dalam Kabinet Indonesia Maju.

Sepuluh provinsi dengan kasus stunting tinggi yang dimaksud Presiden meliputi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Aceh, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.

Baca juga: Presiden Jokowi: Sosialisasi soal pencegahan "stunting" harus digencarkan

Presiden meminta Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan gubernur di provinsi-provinsi tersebut fokus mengurangi angka kasus stunting.

"Untuk itu saya juga ingin minta para gubernur, nanti Mendagri juga bisa menyampaikan gubernur, bupati, wali kota, sampai ke kepala desa terutama agar 10 provinsi tersebut agar betul-betul fokus dan konsentrasi untuk penurunan stunting," kata Presiden.

Presiden mengatakan bahwa angka kasus stunting yang mencapai 37 persen pada 2013 sudah turun menjadi 27,6 persen pada 2019.

"Ini ada penurunan cukup lumayan tapi saya kira ini tidak cukup. Kita harus menurunkan lebih cepat lagi dan target kita, seperti yang saya sampaikan ke Menteri Kesehatan, di 2024 kita harus bisa turun menjadi 14 persen," katanya.

Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan tinggi anak-anak seusianya. Gangguan ini dapat terjadi akibat kekurangan gizi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan.

Organisasi Kesehatan Dunia menempatkan Indonesia di posisi ketiga dalam daftar negara dengan prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017 dengan angka kasus stunting mencapai 36,4 persen.

Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan jumlah balita yang mengalami stunting turun menjadi sekitar tujuh juta atau 30,8 persen dari 37,2 persen pada 2013. Angka kasus stunting turun lagi menjadi 27,6 persen pada 2019.
 

Pewarta : Desca Lidya Natalia
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024