Kupang (Antara NTT) - Senator Rachel Siewert dari Partai Hijau Australia telah tiba di Jakarta, Minggu, untuk membahas pencemaran Laut Timor akibat meledaknya anjungan minyak Montara pada Agustus 2009 bersama Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
"Menurut rencana, Senator Siewert akan bertemu Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Senin (17/7), untuk membahas kasus tumpahan minyak Montara yang sudah berjalan hampir delapan tahun lamanya ini," kata Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni ketika menghubungi Antara dari Jakarta, Minggu malam.
Pertemuan penting antara Senator Rachel Siewert dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan ini difasilitasi oleh Peduli Timor Barat pimpinan Ferdi Tanoni, yang juga pemegang mandat hak ulayat masyarakat adat Timor, Rote, Sabu dan Alor atas kekayaan alam di Laut Timor itu.
"Pertemuan antara kedua tokoh tersebut diharapkan dapat mempercepat penyelesaian kasus tumpahan minyak di Blok Atlas Barat Laut Timor akibat meledaknya kilang minyak Montara pada 21 Agustus 2009," kata mantan agen Imigrasi Australia itu.
Tanoni mengatakan pertemuan kedua negara yang diwakili Senator Rachel Siewert dari Partai Hijau Australia dengan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dari Indonesia itu merupakan kunci utama dalam mempercepat proses penyelesaian kasus pencemaran di Laut Timor.
"Senator Siewert memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam mengungkap kasus tersebut, karena beliau memprakarsai terbentuknya Komisi Penyelidik Kasus Tumpahan Minyak Montara yang dibentuk oleh Pemerintah Federal Australia pada bulan Nopember 2009," ujarnya.
Selain itu, Senator Siewert juga yang memprakarsai sebuah dengar pendapat di Senat Australia dengan pihak AMSA (Australia Maritime Safety Authority), sebuah badan keamanan maritim di bawah Pemerintah Federal Australia pada 2010.
"Dari hasil pertemuan tersebut, terungkaplah bahwa AMSA telah menyemprotkan bubuk kimia sangat beracun dispersan jenis Corexit 9500 dan 9572 A dalam jumlah sangat besar di atas permukaan Laut Timor untuk menenggelamkan tumpahan minyak Montara ke dalam dasar Laut Timor," katanya.
Reaksi dari dispersan jenis Corexit 9500 dan 9572 A itu, tambahnya, dalam tempo 24 jam setelah penyemprotan dilakukan, seketika juga membunuh ikan-ikan besar dan kecil yang ada di Laut Timor pada saat itu.
Atas dasar itu, sikap tegas Pemerintah Indonesia sebagaimana disampaikan oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan agar Australia harus turut bertanggungjawab atas petaka tumpahan minyak di Laut Timor pada 21 Agustus 2009 itu adalah sebuah keharusan yang tidak bisa terhindarkan.
Berdasarkan fakta tersebut, Senator Siewert hampir tak henti-hentinya menyuarakan kasus tumpahan minyak tersebut dan mendesak Pemerintah Federal Australia untuk berlaku benar dan jujur dengan ikut bertanggungjawab atas perbuatannya itu.
Sebab, penyemprotan dispersan jenis Corexit 9500 dan 9572 A tersebut, ikut membawa dampak buruk terhadap nasib para petani rumput laut di wilayah Timor Barat, Nusa Tenggara Timur, di mana usaha mereka terus mengalami kegagalan akibat wilayah budidaya komoditas "emas hijau" itu terkontaminasi dengan minyak mentah.
"Saya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Senator Rachel Siewert yang memiliki kepedulian yang besar atas tragedi kemanusiaan tersebut. Ini sangat luar biasa," kata Tanoni.
Senator Rachel Siewert juga merupakan satu-satunya pejabat Pemerintah dari Canberra yang berkunjung ke Timor Barat pada 2014 untuk mendengar dan melihat langsung tragedi yang dialami oleh masyarakat Tablolong di Kecamatan Kupang Barat, Nusa Tenggara Timur akibat pencemaran tersebut.
"Ketika itu, Senator Siewert menyatakan akan membantu sepenuhnya masyarakat korban pencemaran di Timor Barat, dan saya berharap dalam pertemuannya dengan Menko Kemaritiman Luhur Binsar Pandjaitan, masalah Montara yang sudah berjalan delapan tahun ini segera terselesaikan," demikian Ferdi Tanoni.
"Menurut rencana, Senator Siewert akan bertemu Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Senin (17/7), untuk membahas kasus tumpahan minyak Montara yang sudah berjalan hampir delapan tahun lamanya ini," kata Ketua Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni ketika menghubungi Antara dari Jakarta, Minggu malam.
Pertemuan penting antara Senator Rachel Siewert dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan ini difasilitasi oleh Peduli Timor Barat pimpinan Ferdi Tanoni, yang juga pemegang mandat hak ulayat masyarakat adat Timor, Rote, Sabu dan Alor atas kekayaan alam di Laut Timor itu.
"Pertemuan antara kedua tokoh tersebut diharapkan dapat mempercepat penyelesaian kasus tumpahan minyak di Blok Atlas Barat Laut Timor akibat meledaknya kilang minyak Montara pada 21 Agustus 2009," kata mantan agen Imigrasi Australia itu.
Tanoni mengatakan pertemuan kedua negara yang diwakili Senator Rachel Siewert dari Partai Hijau Australia dengan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dari Indonesia itu merupakan kunci utama dalam mempercepat proses penyelesaian kasus pencemaran di Laut Timor.
"Senator Siewert memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam mengungkap kasus tersebut, karena beliau memprakarsai terbentuknya Komisi Penyelidik Kasus Tumpahan Minyak Montara yang dibentuk oleh Pemerintah Federal Australia pada bulan Nopember 2009," ujarnya.
Selain itu, Senator Siewert juga yang memprakarsai sebuah dengar pendapat di Senat Australia dengan pihak AMSA (Australia Maritime Safety Authority), sebuah badan keamanan maritim di bawah Pemerintah Federal Australia pada 2010.
"Dari hasil pertemuan tersebut, terungkaplah bahwa AMSA telah menyemprotkan bubuk kimia sangat beracun dispersan jenis Corexit 9500 dan 9572 A dalam jumlah sangat besar di atas permukaan Laut Timor untuk menenggelamkan tumpahan minyak Montara ke dalam dasar Laut Timor," katanya.
Reaksi dari dispersan jenis Corexit 9500 dan 9572 A itu, tambahnya, dalam tempo 24 jam setelah penyemprotan dilakukan, seketika juga membunuh ikan-ikan besar dan kecil yang ada di Laut Timor pada saat itu.
Atas dasar itu, sikap tegas Pemerintah Indonesia sebagaimana disampaikan oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan agar Australia harus turut bertanggungjawab atas petaka tumpahan minyak di Laut Timor pada 21 Agustus 2009 itu adalah sebuah keharusan yang tidak bisa terhindarkan.
Berdasarkan fakta tersebut, Senator Siewert hampir tak henti-hentinya menyuarakan kasus tumpahan minyak tersebut dan mendesak Pemerintah Federal Australia untuk berlaku benar dan jujur dengan ikut bertanggungjawab atas perbuatannya itu.
Sebab, penyemprotan dispersan jenis Corexit 9500 dan 9572 A tersebut, ikut membawa dampak buruk terhadap nasib para petani rumput laut di wilayah Timor Barat, Nusa Tenggara Timur, di mana usaha mereka terus mengalami kegagalan akibat wilayah budidaya komoditas "emas hijau" itu terkontaminasi dengan minyak mentah.
"Saya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Senator Rachel Siewert yang memiliki kepedulian yang besar atas tragedi kemanusiaan tersebut. Ini sangat luar biasa," kata Tanoni.
Senator Rachel Siewert juga merupakan satu-satunya pejabat Pemerintah dari Canberra yang berkunjung ke Timor Barat pada 2014 untuk mendengar dan melihat langsung tragedi yang dialami oleh masyarakat Tablolong di Kecamatan Kupang Barat, Nusa Tenggara Timur akibat pencemaran tersebut.
"Ketika itu, Senator Siewert menyatakan akan membantu sepenuhnya masyarakat korban pencemaran di Timor Barat, dan saya berharap dalam pertemuannya dengan Menko Kemaritiman Luhur Binsar Pandjaitan, masalah Montara yang sudah berjalan delapan tahun ini segera terselesaikan," demikian Ferdi Tanoni.