Ratusan petani rumput laut di Rote Ndao mengadu ke Menko Marves

id NTT,Kota Kupang,Kasus Montara,tumpahan minyak di laut Timor

Ratusan petani rumput laut di Rote Ndao mengadu ke Menko Marves

Ketua YPTB Ferdi Tanoni (kiri) saat berbincang-bincang dengan Pj Gubernur NTT Ayodhia Kalake di Kupang. ANTARA/ Ho-Dok Pribadi

...Kedua petani rumput laut di dua desa itulah yang pertama kali membongkar masalah tumpahan minyak itu pada tahun 2009 lalu, mereka juga adalah petani rumput laut yang pertama kali berjuang membuktikan kasus tumpahan minyak itu
Kupang (ANTARA) - Sebanyak 600 petani rumput laut di dua desa di Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengadu ke Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan terkait pencairan dana kompensasi tumpahan minyak Montara pada 2009 lalu yang tidak sesuai harapan.

Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni kepada ANTARA di Kupang, Minggu, (2/6/2024)  mengatakan bahwa 600 petani rumput laut itu tersebar di Desa Daiama dan Desa Tenalai.

“Kedua petani rumput laut di dua desa itulah yang pertama kali membongkar masalah tumpahan minyak itu pada tahun 2009 lalu, mereka juga adalah petani rumput laut yang pertama kali berjuang membuktikan kasus tumpahan minyak itu,” katanya.

Selain ke Menko Marves pengaduan juga ditujukan kepada The Task Force Montara yang sejak awal ditugaskan oleh pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan masalah itu.

Selain itu juga pengaduan dikirim ke Penjabat Gubernur NTT Ayodhia Kalake yang suratnya dibawa langsung oleh Ferdi Tanoni ke ruangan Penjabat Gubernur NTT.

Selain mengadukan masalah tersebut, ratusan petani rumput laut itu juga meminta bantuan Menko Marves dan The Task Force Montara dan Penjabat Gubernur NTT untuk membantu mereka mendapatkan keadilan, setelah menunggu selama kurang lebih 14 tahun lamanya.

Kepala Desa Daiama, Heber Ferroh dalam surat yang diadukan tersebut mengatakan bahwa mereka kecewa karena harga rumput laut hanya dihargai senilai Rp11.300/kg. Sementara rumput laut di desa lain dihargai Rp14.500/kg-Rp 37.400/kg.

"Tentu kami sangat kecewa. Adapun metode yang digunakan Maurice Blackburn yaitu perhitungan harga per desa kami tolak. Yang kami inginkan adalah mengikuti harga jual rumput laut pada tahun 2008 yaitu Rp22.000/kg," jelasnya.

Mereka mengaku merupakan pihak yang berjuang (berjasa) dalam memberikan bukti sehingga gugatan class action  dimenangkan namun penetapan harga rumput laut tidak meminta persetujuan mereka.

Apalagi gugatan petani rumput laut di 81 desa dari dua kabupaten yang berjumlah 15.483 orang tergabung dalam satu gugatan massal (class action).

Semestinya kata Kepala Desa hak petani yang 53 persen dari AU$ 192.5 juta atau setara Rp1,7 triliun dibagikan kepada jumlah seluruh hasil produksi dari 15.483 orang petani rumput laut sehingga akan menghasilkan harga per kilogram.

Barulah kemudian dikali dengan hasil produksi tiap-tiap petani rumput laut. Artinya, harganya merata untuk semua petani rumpat laut yang berjumlah 15.483 orang.

‘Kami hanya masyarakat kecil yang tidak bisa berbuat apa-apa karena itu kami minta bantuan kepada pak Luhut agar membantu kami,” ujarnya saat dihubungi dari Kupang.




Baca juga: Korban pencemaran laut Timor kirim surat ke Bupati Rote Ndao terkait Montara
Baca juga: YPTB minta Polda NTT periksa 81 kades di Rote dan Kupang
Baca juga: Dorodjatun Kuntjoro sebut kasus Montara adalah kasus bangsa Indonesia