Kupang (ANTARA) - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Robert Sianipar, mendorong pelaku usaha sektor riil di provinsi setempat agar kembali berproduksi untuk menghidupkan kembali perekonomian yang terdampak pandemi virus Corona atau COVID-19.
"Pemerintah sudah memberikan sejumlah kebijakan seperti relaksasi kredit, subsidi bunga, bahkan modal untuk berusaha namun permasalahannya kawan-kawan sektor riil belum sepenuhnya ingin beroperasi seperti semula, sebelum pandemi," katanya di Kupang, Kamis, (27/8).
Ia mengatakan, hasil kajian yang dilakukan pihaknya mendapati bahwa sektor riil belum bergerak dan perbankan juga masih berhati-hati terhadap naiknya resiko kredit.
Baca juga: OJK sebut NTT segera luncurkan program kredit melawan rentenir
Untuk mengatasi ini, lanjut dia, pemeirntah mengeluarkan lagi kebijakan untuk penjaminan sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) maupun korporasi.
"Ini tujuannya menggairahkan usaha sehingga harapan pada triwulan III perekonomian bisa tumbuh atau tidak lagi mengalami konstrkasi," katanya.
Lebih lanjut, Robert mengatakan pelaku usaha sektor riil sebanarnya sudah didukung denganekosistem pembiayaan sudah sangat lengkap seperti kredit Merdeka untuk melawan rentenir.
Selain itu untuk nasabah yang tidak memenuhi poin yang disyaratkan unbankable disiapkan kredit ultra mikro (UMi) yang diberikan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) serta ada pula kredit usaha rakyat (KUR) dengan suku bunga 6 persen.
Baca juga: Penyaluran kredit untuk UMKM di NTT capai Rp11,62 trilun
"Jadi mulai dia start up, dari unbankable semua produk sudah ada. Jasa perbankan atau jasa keuangan sudah melayani semuanya," katanya.
"Semua sudah disedikan, tinggal dari teman-teman sektor riil bagaimana keinginiannya untuk memulai usaha kembali seperti sebelum pandemi," katanya.
Robert berharap pelaku usaha sektor riil memiliki semangat yang sama untuk memainkan peran dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi di NTT.
"Pemerintah sudah memberikan sejumlah kebijakan seperti relaksasi kredit, subsidi bunga, bahkan modal untuk berusaha namun permasalahannya kawan-kawan sektor riil belum sepenuhnya ingin beroperasi seperti semula, sebelum pandemi," katanya di Kupang, Kamis, (27/8).
Ia mengatakan, hasil kajian yang dilakukan pihaknya mendapati bahwa sektor riil belum bergerak dan perbankan juga masih berhati-hati terhadap naiknya resiko kredit.
Baca juga: OJK sebut NTT segera luncurkan program kredit melawan rentenir
Untuk mengatasi ini, lanjut dia, pemeirntah mengeluarkan lagi kebijakan untuk penjaminan sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) maupun korporasi.
"Ini tujuannya menggairahkan usaha sehingga harapan pada triwulan III perekonomian bisa tumbuh atau tidak lagi mengalami konstrkasi," katanya.
Lebih lanjut, Robert mengatakan pelaku usaha sektor riil sebanarnya sudah didukung denganekosistem pembiayaan sudah sangat lengkap seperti kredit Merdeka untuk melawan rentenir.
Selain itu untuk nasabah yang tidak memenuhi poin yang disyaratkan unbankable disiapkan kredit ultra mikro (UMi) yang diberikan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) serta ada pula kredit usaha rakyat (KUR) dengan suku bunga 6 persen.
Baca juga: Penyaluran kredit untuk UMKM di NTT capai Rp11,62 trilun
"Jadi mulai dia start up, dari unbankable semua produk sudah ada. Jasa perbankan atau jasa keuangan sudah melayani semuanya," katanya.
"Semua sudah disedikan, tinggal dari teman-teman sektor riil bagaimana keinginiannya untuk memulai usaha kembali seperti sebelum pandemi," katanya.
Robert berharap pelaku usaha sektor riil memiliki semangat yang sama untuk memainkan peran dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi di NTT.