Kupang (ANTARA) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Timur (NTT) I Nyoman Ariawan Atmaja mengatakan sampai saat ini penggunaan standar pembayaran berbasis QR Code atau sistem QRIS baru mencapai 27.292 pedagang.

"Jadi kalau dibandingkan dengan provinsi yang lain, tentu saja NTT masih sangat rendah penggunaan QRISnya," kata Ariawan Atmaja kepada wartawan di Kupang, Kamis, (24/9) usai usai meluncurkan Program Web pasar dan juga portal QRIS.

Ia mengakui jumlah pengguna QRIS di NTT juga lebih rendah bila dibandingkan dengan Nusa Tenggara Barat yang mencapai 47 ribu pedagang.

"Hal ini tentu merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi kita, khususnya bagi perbankan-perbankan di NTT," katanya.

Menurut dia, potensi peningkatan jumlah pedagang menggunakan QRIS masih cukup besar jika dilihat dari total jumlah pedagang pasar dan UMKM di NTT

Untuk kota Kupang sendiri, lanjut dia, dari 27.292 pedagang yang menggunakan QRIS hanya 32 persen atau 8.787 pedagang saja yang menggunakan sistem pembayaran itu.

Sejauh ini, lanjut dia, kendala yang dihadapi dan menjadi sebab penggunaan QRIS di NTT masih sangat rendah adalah edukasi yang masih minim dan geografis NTT yang merupakan provinsi kepulauan dengan akses jaringan internet yang juga masih sangat minim.

Namun ia optimis bahwa pada akhir Desember penggunaan QRIS bisa mencapai sebanyak 60 ribu pedagang.

Ia pun menjelaskan bahwa QRIS  bukan merupakan suatu aplikasi, tetapi merupakan standar pembayaran berbasis QR Code yang menjadi rujukan berbagai penyelenggara pembayaran menggunakan ponsel.
Baca juga: BI-BRI dorong pedagang NTT beralih ke transaksi digital

Baca juga: UMK Kofi Timor binaan BI NTT diresmikan di tengah pandemi Corona

Dengan QRIS, lanjut dia, pelaku usaha baik itu di pasar tradisional, pedagang ritel, UMKM maupun transaksi donasi dapat menggunakan model pembayaran tanpa sentuhan atau kontak fisik.

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024