Kupang (Antara NTT) - Pemerintah Kota Kupang tetap mempertahankan keberadaan pasar tradisional di wilayah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur di tengah menjamurnya pasar-pasar modern saat ini.

"Pasar tradisional akan tetap ada dan pemerintah akan terus mendandaninya agar tidak kalah dengan pasar modern yang ada saat ini," kata Wali Kota Kupang Jonas Salean di Kupang, Jumat.

Dia mengatakan hal itu menjawab kian bertambahnya sejumlah pusat perbelanjaan modern di Kota Kupang hingga saat ini yang telah memberikan dampak bagi pasar-pasar tradisional yang ada.

Jonas mengatakan para pedagang agar bisa memanfaatkan pasar dengan sejumlah aktivitas transaksi ekonominya untuk kesejahteraannya, termasuk juga menjaga semua fasilitas yang ada.

Menurut dia, pasar tradisional sebagai embrio tempat transaksi para pedagang dan pembeli tidak boleh lenyap dimakan zaman dan perkembangan dengan hadirnya sejumlah unit pasar modern.

Oleh karena itu, setiap masyarakat baik pedagang dan pembeli bisa bersama-sama menjaga dan merawat seluruh aset yang ada agar keberlanjutannya bisa terus terjaga.

Selain merawat aset yang ada, kebersihan pasar juga penting dilakukan agar bisa tetap menjadi sebuah tempat nyaman untuk dikunjungi dalam konteks bertransaksi barang di lokasi itu.

"Kalau semuanya terjaga rapi dan bersih maka akan menjadi nyaman dan bisa menjadi tempat belanja bagi masyarakat. Ini demi kepentingan para pedagang yang ada di pasar tersebut," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang Yeri Padji Kana meminta para pedagang yang memanfaatkan pasar hasil perbaikan untuk kepentingan kelancaran transaksi barang dan uang demi kesejahteraannya.

Dia mengaku penting untuk mengingatkan para pedagang agar bisa menjaga seluruh fasilitas pasar yang baru saja direvitaliasi terutama di Pasar Tradisional Oebobo yang hari ini diserahkan.

Yeri mengatakan untuk tahun anggaran 2016, Pasar Oebobo mendapat jatah tambahan 162 meja dagangan atau lapak dan 62 kios serta beberapa los bangsal dengan memanfaatkan alokasi anggaran yang bersumber dari dana pembantuan senilai Rp6,8 miliar.

Sejumlah fasilitas itu diserahkan kepada para pedagang dan selanjutnya diawasi pemanfaatannya oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Kupang. "Dinas hanya bertugas mencari dana lalu membangun fasilitas untuk para pedagang," kata Yeri.

Selain pasar Oebobo, di Pasar Oeba juga telah dibangun dan dimanfaatkan pedagang sebanyak 12 kios serta 52 meja penjualan atau lapak dengan memanfaatkan dana alokasi khusus (DAK) senilai Rp900 juta.

Dijelaskannya, proses pembenahan untuk perbaikan dan penambahan fasilitas para pedagang di sejumlah pasar tradisional itu dibiayai oleh alokasi dana pembantuan dan dana alokasi khusus (DAK) Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perdagangan.

Hal ini sudah juga dilakukan sebelumnya di beberapa lokasi pasar tradisional lainnya, seperti Pasar Kuanino dan Pasar Kasih Naikoten Kupang.

Ini penting untuk kepentingan penyediaan tempat yang nyaman dan layak bagi pedagang tradisional dan pembeli, di tengah berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan moderen seperti mal, super market, hypermart dan lainnya.

Para pedagang tradisional, katanya, perlu mendapatkan tempat yang layak dan nyaman melaksanakan aktivitas perdagangaannya. Dan dalam kondisi nyaman itulah, para pedagang bisa mengais rezekinya untuk memajukan ekonomi rumah tangganya.

Pasar tradisional, kata Yeri, tidak boleh kalah dan lenyap di tengah gempuran pusat-pusat perbelanjaan moderen saat ini.

"Pasar tradisional adalah tempat transaksi uang dan barang masyarakat yang masih perlu untuk dipertahankan," katanya.

Disampaikannya, untuk tetap mempertahankan pasar tradisional, maka pemerintah akan terus melakukan pembenahan termasuk melakukan revitalisasi bangunan dan sarana pendukung lainnya, untuk kepentingan kenyamanan para pedagang.

Secara kelembagaan, kata dia, Pemerintah Kota Kupang akan menyediakan sejumlah dana untuk kepentingan pembenahan dan perbaikan pasar yang ada di Kota Kupang.

"Kita masih punya pasar di Naikoten, Kuanino dan Oeba serta pasar-pasar lainnya di daerah ini yang butuh sentuhan untuk dibenahi," katanya.

Pewarta : Yohanes Adrianus
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2025