Kupang (ANTARA) - Sejumlah nelayan tangkap ikan cakalang yang berbasis di Kota Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur mengemukakan belum bisa melaut secara normal akibat kesulitan pasokan umpan ikan hidup.

"Aktivitas melaut kapal-kapal cakalang belum normal. Belum semua keluar melaut karena pasokan umpan belum bagus," kata Muhamad Nasir, nelayan tangkap cakalang yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Tenau Kupang, ketika dihubungi di Kupang, Selasa, (13/10).

Ia mengatakan, kebanyakan nelayan tangkap ikan cakalang dan tuna yang berbasis di Kota Kupang lebih memilih memarkirkan kapalnya karena hasil tangkapan yang tidak menentu.

Sekitar lima unit kapal saja yang keluar melaut untuk menangkap ikan namun juga tidak dilakukan secara rutin, katanya.

"Kondisi cuaca juga belum menentu,ditambah lagi dengan pasokan umpan dari kapal-kapal bagan juga belum bagus," kata nahkoda sekaligus pemilik kapal pole and line KM Nurul Hikmah itu.

Sementara itu, Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang, Wahab Sidin, ketika dihubungi secara terpisah juga menjelaskan bahwa saat ini para nelayan tangkap ikan cakalang dan tuna belum melaut secara normal.

"Hanya beberapa kapal yang melaut dari jumlah kapal cakalang di Kota Kupang saat ini yang tersisa sekitar 14 unit kapal," katanya.

Ia mengatakan, aktivitas melaut yang belum normal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi para nelayan dalam memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Baca juga: DKP diharapkan percepat izin nelayan untuk tangkap benih lobster

Baca juga: DKP sosialisasi budidaya lobster bagi nelayan Manggarai Barat

Oleh karena itu, umumnya para nelayan memilih beralih profesi untuk sementara dengan mencari pekerjaan serabutan seperti menjadi kondektur, buruh bangunan, tukang, mekanik, maupun yang hanya beristirahat sambil membenahi kapal mereka.

Ia menambahkan, di sisi lain kondisi seperti ini juga berdampak pada berkurangnya pasokan ikan di pasaran sehingga membuat harga ikan menjadi lebih mahal.

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024