Kupang (ANTARA) - Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) mengajak pemerintah desa untuk memperkuat destinasi wisata khususnya desa wisata digital, dengan pemanfaatan teknologi digital sebagai saluran informasi dan komunikasi.
“Sudah saatnya desa-desa Wisata kita di NTT go digital, dengan begitu informasi terkait potensi wisata desa makin mudah diakses oleh wisatawan. Masyarakat desa wisata juga secara mandiri dapat melakukan pemberdayaan ekonomi desanya dan sudah pasti desanya menjadi berkembang," kata Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina di Kupang, Kamis, (29/10) dalam acara Kegiatan Penguatan Digitalisasi Destinasi Wisata.
Menurut Shana, visi menjadikan NTT sebagai gerbang ekowisata dunia meniscayakan peran serta Desa Wisata untuk turut berpartisipasi mewujudkan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
Dengan menjadikan masyarakat desa sebagai komponen utama pembangunan pariwisata di desanya masing-masing melalui sajian aktivitas keseharian masyarakat desa dan produk hasil tani atau kebun, serta aktivitas seni budaya masyarakat desa setempat yang memiliki keaslian budaya serta potensi desa lainnya yang dapat memberi nilai lebih/added value bagi masyarakat.
“Desa-desa wisata yang sudah siap kita digitalisasi dan kita pastikan aktivitas digitalnya dikelola dengan baik dan berkelanjutan, sambil tetap kita dampingi sampai mereka benar-benar mandiri dalam pengelolaan digitalnya," ujar dia.
Menurut dia konsep pembangunan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) saat ini menjadi kiblat utama pembangunan pariwisata di NTT. Destinasi Eco-Wisata Premium, merupakan wujud destinasi wisata dengan konsep Sustainable Tourism (Eco-tourism) yang berkelanjutan, yang mengoptimalkan potensi pariwisata yang otentik dan mengedepankan orisinalitas, kekayaan alam, dan budaya lokal masyarakat desa.
Hadirnya Desa wisata pada akhirnya perlu ditopang oleh kemudahan akses infomasi mengenai potensi wisata desa itu sendiri yang dalam penyajiannya paling mungkin dilakukan dengan memaksimalkan penggunakan teknologi digital sebagai saluran informasi desa wisata yang dikelola oleh desa sendiri secara mandiri.
Ia menambahkan bahwa pada tahun 2019 lalu, pariwisata go digital juga telah dicanangkan sebagai wujud kesiapan pariwisata Indonesia memasuki era industri digital 4.0 (tourism 4.0) yang berarti dalam pengembangannya pemanfaatan teknologi digital merupakan platform utama sebagai saluran informasi sekaligus promosi pariwisata, dimana sekitar 50 persen aktivitas perjalanan wisata dilaksanakan oleh para milenial dan 70 persen masyarakat melakukan aktivitas share dan like menggunakan media digital.
Baca juga: BOPLB Flores gelar pelatihan tingkatkan kualitas industri seni kreatif
Baca juga: Kemenparekraf cari strategi kembangkan kreatif lokal Labuan Bajo
"Dengan demikian potensi pasar digital menjadi momentum yang perlu ditangkap oleh para pelaku pariwisata, dalam konteks pengembangan desa wisata berbasis digital," tambah dia.
“Sudah saatnya desa-desa Wisata kita di NTT go digital, dengan begitu informasi terkait potensi wisata desa makin mudah diakses oleh wisatawan. Masyarakat desa wisata juga secara mandiri dapat melakukan pemberdayaan ekonomi desanya dan sudah pasti desanya menjadi berkembang," kata Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina di Kupang, Kamis, (29/10) dalam acara Kegiatan Penguatan Digitalisasi Destinasi Wisata.
Menurut Shana, visi menjadikan NTT sebagai gerbang ekowisata dunia meniscayakan peran serta Desa Wisata untuk turut berpartisipasi mewujudkan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
Dengan menjadikan masyarakat desa sebagai komponen utama pembangunan pariwisata di desanya masing-masing melalui sajian aktivitas keseharian masyarakat desa dan produk hasil tani atau kebun, serta aktivitas seni budaya masyarakat desa setempat yang memiliki keaslian budaya serta potensi desa lainnya yang dapat memberi nilai lebih/added value bagi masyarakat.
“Desa-desa wisata yang sudah siap kita digitalisasi dan kita pastikan aktivitas digitalnya dikelola dengan baik dan berkelanjutan, sambil tetap kita dampingi sampai mereka benar-benar mandiri dalam pengelolaan digitalnya," ujar dia.
Menurut dia konsep pembangunan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) saat ini menjadi kiblat utama pembangunan pariwisata di NTT. Destinasi Eco-Wisata Premium, merupakan wujud destinasi wisata dengan konsep Sustainable Tourism (Eco-tourism) yang berkelanjutan, yang mengoptimalkan potensi pariwisata yang otentik dan mengedepankan orisinalitas, kekayaan alam, dan budaya lokal masyarakat desa.
Hadirnya Desa wisata pada akhirnya perlu ditopang oleh kemudahan akses infomasi mengenai potensi wisata desa itu sendiri yang dalam penyajiannya paling mungkin dilakukan dengan memaksimalkan penggunakan teknologi digital sebagai saluran informasi desa wisata yang dikelola oleh desa sendiri secara mandiri.
Ia menambahkan bahwa pada tahun 2019 lalu, pariwisata go digital juga telah dicanangkan sebagai wujud kesiapan pariwisata Indonesia memasuki era industri digital 4.0 (tourism 4.0) yang berarti dalam pengembangannya pemanfaatan teknologi digital merupakan platform utama sebagai saluran informasi sekaligus promosi pariwisata, dimana sekitar 50 persen aktivitas perjalanan wisata dilaksanakan oleh para milenial dan 70 persen masyarakat melakukan aktivitas share dan like menggunakan media digital.
Baca juga: BOPLB Flores gelar pelatihan tingkatkan kualitas industri seni kreatif
Baca juga: Kemenparekraf cari strategi kembangkan kreatif lokal Labuan Bajo
"Dengan demikian potensi pasar digital menjadi momentum yang perlu ditangkap oleh para pelaku pariwisata, dalam konteks pengembangan desa wisata berbasis digital," tambah dia.