Kupang (ANTARA) - Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) membina sebanyak 10 unit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk meningkatkan produksi sekaligus sebagai pengendali inflasi di wilayah itu.
"Upaya pembinaan terhadap UMKM dilakukan dengan pendekatan klaster yang sebagian di antaranya memproduksi komoditi penentu inflasi seperti, cabai, bawang merah, sapi, maupun kopi, tenun," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Senin, (10/11).
Baca juga: BI fokus dorong pemulihan ekonomi UMKM
UMKM yang dibina ini tersebar di antaranya dua UMKM klaster padi di Kabupaten Manggarai Barat, satu UMKM klaster kopi di Kabupaten Ngada, dua UMKM klaster kopi dan cabai di Kabupaten Sumba Barat Daya.
Selain itu, dua UMKM klaster bawang merah dan tenun di Kabuaten Belu serta tiga UMKM di Kabupaten Kupang di antaranya dua klaster sapi dan satu klaster bawang merah.
"Sebagian besar komoditi yang diproduksi UMKM ini adalah penentu inflasi yang kami bina dalam upaya mengendalikan inflasi bekerja sama dengan TPID dan Satgas Pangan " katanya.
Upaya pembinaan yang dilakukan terkait sejumlah hal di antaranya peningkatan produktivitas, masuk pasar digital atau on boarding, serta akses pada pembiayaan.
Ariawan mengatakan, pihaknya memberikan perhatian serius pada pengembangan UMKM karena sektor ini berkontribusi terhadap usaha ekonomi di NTT mencapai hingga 99 persen dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 92 persen.
Oleh karena itu, selain 10 UMKM binaan BI NTT tersebut, pihaknya juga menghadirkan kelas daring secara gratis bagi UMKM agar tetap bertahan serta dibina untuk berwirausaha.
Baca juga: BI dorong NTT percepat realisasi belanja pemerintah daerah
"Selain itu kami juga sudah punya lokal e-commerce untuk mendorong lebih dekat lagi antara produsen atau UMKM dengan konsumen sehingga mereka bisa bertransaksi lebih cepat dan di sana pembayaran secara elektronik," katanya.
"Upaya pembinaan terhadap UMKM dilakukan dengan pendekatan klaster yang sebagian di antaranya memproduksi komoditi penentu inflasi seperti, cabai, bawang merah, sapi, maupun kopi, tenun," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Senin, (10/11).
Baca juga: BI fokus dorong pemulihan ekonomi UMKM
UMKM yang dibina ini tersebar di antaranya dua UMKM klaster padi di Kabupaten Manggarai Barat, satu UMKM klaster kopi di Kabupaten Ngada, dua UMKM klaster kopi dan cabai di Kabupaten Sumba Barat Daya.
Selain itu, dua UMKM klaster bawang merah dan tenun di Kabuaten Belu serta tiga UMKM di Kabupaten Kupang di antaranya dua klaster sapi dan satu klaster bawang merah.
"Sebagian besar komoditi yang diproduksi UMKM ini adalah penentu inflasi yang kami bina dalam upaya mengendalikan inflasi bekerja sama dengan TPID dan Satgas Pangan " katanya.
Upaya pembinaan yang dilakukan terkait sejumlah hal di antaranya peningkatan produktivitas, masuk pasar digital atau on boarding, serta akses pada pembiayaan.
Ariawan mengatakan, pihaknya memberikan perhatian serius pada pengembangan UMKM karena sektor ini berkontribusi terhadap usaha ekonomi di NTT mencapai hingga 99 persen dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 92 persen.
Oleh karena itu, selain 10 UMKM binaan BI NTT tersebut, pihaknya juga menghadirkan kelas daring secara gratis bagi UMKM agar tetap bertahan serta dibina untuk berwirausaha.
Baca juga: BI dorong NTT percepat realisasi belanja pemerintah daerah
"Selain itu kami juga sudah punya lokal e-commerce untuk mendorong lebih dekat lagi antara produsen atau UMKM dengan konsumen sehingga mereka bisa bertransaksi lebih cepat dan di sana pembayaran secara elektronik," katanya.