Kupang (ANTARA) - Kepala Pewakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur, I Nyoman Ariawan Atmaja, mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan startup lokal bernama Bakuniaga guna mempermudah pemasaran produk-produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) di provinsi setempat secara digital.
"Startup lokal ini dihadirkan untuk mendorong lebih dekat antara produsen atau UMKM dengan konsumen sehingga mereka bisa bertransaksi lebih cepat lagi," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Senin, (16/11).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan upaya Bank Indonesia dalam meningkatkan pemasaran produk-produk UMKM di NTT secara digital.
Baca juga: BI NTT bina UMKM untuk tingkatkan produksi
Ariawan menjelaskan, transaksi jual-beli melalui e-commerce lokal ini juga dilakukan secara elektronik menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Ariawan mengatakan, pihaknya terus mendorong perkembangan UMKM di NTT sektor ini menyumbang 99 persen struktur usaha ekonomi di provinsi berbasiskan kepulauan ini.
Pihaknya mencatat jumlah usaha mikro-kecil di NTT mencapai 433 ribu usaha, sedang usaha menengah-besar sebanyak 3 ribu usaha.
"Jadi pertumbuhan ekonomi kita di NTT masih sangat tergantung pada bagaimana UMKM kita sehingga ini menjadi fokus kita," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, selain menggandeng start-up lokal pemasaran produk UMKM secara digital, pihaknya juga menghadirkan program kelas daring secara gratis bagi UMKM yang melibatkan sekitar 50 UMKM per sekali pertemuan.
Baca juga: BI: Penggunaan QRIS di NTT baru capai 27 ribuan
Program ini dirancang untuk mendorong UMKM untuk beralih ke penjualan secara daring dengan mandiri menyikapi turunnya penjualan akibat pembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemi COVID-19.
Pihaknya telah menyelenggarakan sebanyak lima kali pertemuan dengan materi di antaranya strategi bisni menghadapi pandemi, pelatihan foto dan videografi produk, akses keuangan dan pembiayaan UMKM, beriklan melalui media sosial, dan on boarding e-commerce bersama Shoppe dengan narasumber ahli.
"Startup lokal ini dihadirkan untuk mendorong lebih dekat antara produsen atau UMKM dengan konsumen sehingga mereka bisa bertransaksi lebih cepat lagi," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Senin, (16/11).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan upaya Bank Indonesia dalam meningkatkan pemasaran produk-produk UMKM di NTT secara digital.
Baca juga: BI NTT bina UMKM untuk tingkatkan produksi
Ariawan menjelaskan, transaksi jual-beli melalui e-commerce lokal ini juga dilakukan secara elektronik menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Ariawan mengatakan, pihaknya terus mendorong perkembangan UMKM di NTT sektor ini menyumbang 99 persen struktur usaha ekonomi di provinsi berbasiskan kepulauan ini.
Pihaknya mencatat jumlah usaha mikro-kecil di NTT mencapai 433 ribu usaha, sedang usaha menengah-besar sebanyak 3 ribu usaha.
"Jadi pertumbuhan ekonomi kita di NTT masih sangat tergantung pada bagaimana UMKM kita sehingga ini menjadi fokus kita," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, selain menggandeng start-up lokal pemasaran produk UMKM secara digital, pihaknya juga menghadirkan program kelas daring secara gratis bagi UMKM yang melibatkan sekitar 50 UMKM per sekali pertemuan.
Baca juga: BI: Penggunaan QRIS di NTT baru capai 27 ribuan
Program ini dirancang untuk mendorong UMKM untuk beralih ke penjualan secara daring dengan mandiri menyikapi turunnya penjualan akibat pembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemi COVID-19.
Pihaknya telah menyelenggarakan sebanyak lima kali pertemuan dengan materi di antaranya strategi bisni menghadapi pandemi, pelatihan foto dan videografi produk, akses keuangan dan pembiayaan UMKM, beriklan melalui media sosial, dan on boarding e-commerce bersama Shoppe dengan narasumber ahli.