Kupang (Antara NTT) - Dinas Kelautan dan Perikanan Nusa Tenggara Timur mengurangi siklus produksi budidaya udang Vaname dari tiga menjadi dua siklus per tahunnya diganti dengan budidaya nener bandeng di kawasan itu.
"Saat ini produksi budidaya udang Vaname kami kurangi menjadi dua siklus per tahunnya. Dan kami ganti dengan budidaya nener bandeng sebagai umpan ikan cakalang bagi nelayan yang membutuhkan," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Ganef Wurgiyanto di Kupang, Senin.
Ia mengatakan dengan pengurangan siklus budidaya udang Vaname tersebut, maka otomatis produksinya akan berkurang dalam setahun.
Menurut dia sebelumnya jika dalam setahun tiga siklus, maka hasil panennya bisa mencapai 30 ton dalam setahun. Namun jika dalam setahun hanya dua siklus maka hanya akan ada 20 ton yang dapat dipanen.
"Tetapi kita tidak merasa rugi karena hasil produksi nener bandeng untuk umpan cakalang lebih cepat. Karena memang dalam setahun minimal lima kali siklus," tuturnya.
Disamping lebih cepat proses produksi nener bandeng, pihaknya merasa untung karena permintaan akan nener bandeng untuk umpan cakalang itu lebih tinggi dibandingkan dengan pembelian udang vaname.
Mantan Kabid Perikanan Tangkap DKP NTT ini juga mengatakan banyak nelayan di NTT khususnya nelayan kapal cakalang yang kesulitan mendapatkan umpan saat melaut karena lebih mengandalkan umpan dari alam.
"Kita siapkan ini juga karena permintaan dari nelayan cakalang. Selama ini para nelayan lebih banyak mendapatkan umpan cakalan dari alam, sehingga terkendala dengan cuaca musim. Namun setelah dilakukan pembudidayaan nener bandeng banyak nelayan yang lebih mudah mendapatkan hasil tangkapan," ujarnya.
Nelayan Ikan Cakalang Kota Kupang, Wahab Sidin mengaku dalam bulan-bulan tertentu pihaknya kesulitan mendapatkan umpan ikan cakalang. Oleh karena itu pihaknya harus membeli ke daerah Flores Timur dan sekitarnya.
Namun semenjak budi daya nener bandeng oleh DKP pihaknya sudah merasa terbantu dengan hal tersebut.
"Tetapi saat ini masih dalam produksi yang pembudidayaanya oleh DKP. Oleh karena itu masih bertahan dengan umpan dari kapal-kapal bagan," tambahnya.
"Saat ini produksi budidaya udang Vaname kami kurangi menjadi dua siklus per tahunnya. Dan kami ganti dengan budidaya nener bandeng sebagai umpan ikan cakalang bagi nelayan yang membutuhkan," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Ganef Wurgiyanto di Kupang, Senin.
Ia mengatakan dengan pengurangan siklus budidaya udang Vaname tersebut, maka otomatis produksinya akan berkurang dalam setahun.
Menurut dia sebelumnya jika dalam setahun tiga siklus, maka hasil panennya bisa mencapai 30 ton dalam setahun. Namun jika dalam setahun hanya dua siklus maka hanya akan ada 20 ton yang dapat dipanen.
"Tetapi kita tidak merasa rugi karena hasil produksi nener bandeng untuk umpan cakalang lebih cepat. Karena memang dalam setahun minimal lima kali siklus," tuturnya.
Disamping lebih cepat proses produksi nener bandeng, pihaknya merasa untung karena permintaan akan nener bandeng untuk umpan cakalang itu lebih tinggi dibandingkan dengan pembelian udang vaname.
Mantan Kabid Perikanan Tangkap DKP NTT ini juga mengatakan banyak nelayan di NTT khususnya nelayan kapal cakalang yang kesulitan mendapatkan umpan saat melaut karena lebih mengandalkan umpan dari alam.
"Kita siapkan ini juga karena permintaan dari nelayan cakalang. Selama ini para nelayan lebih banyak mendapatkan umpan cakalan dari alam, sehingga terkendala dengan cuaca musim. Namun setelah dilakukan pembudidayaan nener bandeng banyak nelayan yang lebih mudah mendapatkan hasil tangkapan," ujarnya.
Nelayan Ikan Cakalang Kota Kupang, Wahab Sidin mengaku dalam bulan-bulan tertentu pihaknya kesulitan mendapatkan umpan ikan cakalang. Oleh karena itu pihaknya harus membeli ke daerah Flores Timur dan sekitarnya.
Namun semenjak budi daya nener bandeng oleh DKP pihaknya sudah merasa terbantu dengan hal tersebut.
"Tetapi saat ini masih dalam produksi yang pembudidayaanya oleh DKP. Oleh karena itu masih bertahan dengan umpan dari kapal-kapal bagan," tambahnya.