Lewoleba (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG) menyatakan bahwa potensi lahar dingin akibat erupsi Gunung Api Ili Lewotolok bisa saja terjadi akibat hujan dengan intensitas yang tinggi di puncak gunung itu.
"Potensi lahar dingin bisa saja terjadi karena memang produk dari erupsi 29 November yang lalu akan terkonsentrasi di lereng Gunung Ili Lewotolok dan jika hujan dengan intensitas tinggi bisa menyebabkan banjir lahar dingin di aliran-aliran sungai yang terhubung dari gunung ini," kata Penyelidik Bumi Madya PVBMG Bandung Ugan Siang kepada ANTARA saat ditemui di Pos Pengamatan Gunung Ili Lewotolok, di Desa Laranwutun, Kamis, (3/12).
Ugan mengatakan hal ini harus diwaspadai oleh masyarakat atau warga yang rumahnya berada tepat di jalur-jalur aliran sungai yang terhubung dengan Gunung Ili Lewotolok karena sangat berbahaya.
Ia menyebutkan bahwa sungai-sungai yang berasal dari gunung Ili Lewotolok berdasarkan pemantauan mereka, berada di Kali Mati, lalu kali di Desa Lamawolo dan juga Kali Jontona yang semuanya berada di kawasan rawan bencana (KRB) atau zona.
"Oleh karena itu kalau terjadi hujan dengan intensitas besar maka direkomendasikan agar warga menjauhi sungai, kali mati atau jalur aliran air dari gunung. Sebab bisa jadi kena dampak langsung bahaya sekunder dari gunung api," ujar dia.
Sejak erupsi pada 29 November lalu hingga saat ini, Ili Lewotolok belum mengeluarkan lava pijar, namun material vulkanik seperti batu-batuan kerikil dan debu vulkanik sudah keluar dari kawah tersebut.
(PVBMG) menyatakan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Ili Lewotolok yang berada di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih terus berlangsung pada Kamis siang.
Berdasarkan pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berada di Pos Pengamatan, erupsi terjadi pada pukul 03.54 Wita.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi dengan ketinggian 1.623 meter di atas permukaan laut, terekam di seismogram dengan amplitude 5 mm dan berdurasi 25 detik.
"Erupsi disertai gemuruh lemah dan sinar api kurang lebih 20 meter di atas puncak kawah," kata petugas pos pemantauan Bobyson Lamanepa dalam laporannya.
Baca juga: Aktivitas vulkanik Gunung Lewotolok masih berlangsung
Baca juga: Dompet Dhuafa-DMC berikan pelayanan medis gratis warga terdampak erupsi
Aktivitas gunung apinya juga hingga kini masih tergolong cukup tinggi yang terindikasi dari masih terekamnya gempa dan letusan.
"Oleh karena itu masyarakat yang berada di radius 4 kilometer yang masuk zona merah harap segera menghindar dan masuk ke zona aman, yakni enam kilometer dari puncak gunung," ujar dia.
"Potensi lahar dingin bisa saja terjadi karena memang produk dari erupsi 29 November yang lalu akan terkonsentrasi di lereng Gunung Ili Lewotolok dan jika hujan dengan intensitas tinggi bisa menyebabkan banjir lahar dingin di aliran-aliran sungai yang terhubung dari gunung ini," kata Penyelidik Bumi Madya PVBMG Bandung Ugan Siang kepada ANTARA saat ditemui di Pos Pengamatan Gunung Ili Lewotolok, di Desa Laranwutun, Kamis, (3/12).
Ugan mengatakan hal ini harus diwaspadai oleh masyarakat atau warga yang rumahnya berada tepat di jalur-jalur aliran sungai yang terhubung dengan Gunung Ili Lewotolok karena sangat berbahaya.
Ia menyebutkan bahwa sungai-sungai yang berasal dari gunung Ili Lewotolok berdasarkan pemantauan mereka, berada di Kali Mati, lalu kali di Desa Lamawolo dan juga Kali Jontona yang semuanya berada di kawasan rawan bencana (KRB) atau zona.
"Oleh karena itu kalau terjadi hujan dengan intensitas besar maka direkomendasikan agar warga menjauhi sungai, kali mati atau jalur aliran air dari gunung. Sebab bisa jadi kena dampak langsung bahaya sekunder dari gunung api," ujar dia.
Sejak erupsi pada 29 November lalu hingga saat ini, Ili Lewotolok belum mengeluarkan lava pijar, namun material vulkanik seperti batu-batuan kerikil dan debu vulkanik sudah keluar dari kawah tersebut.
(PVBMG) menyatakan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Ili Lewotolok yang berada di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih terus berlangsung pada Kamis siang.
Berdasarkan pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berada di Pos Pengamatan, erupsi terjadi pada pukul 03.54 Wita.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi dengan ketinggian 1.623 meter di atas permukaan laut, terekam di seismogram dengan amplitude 5 mm dan berdurasi 25 detik.
"Erupsi disertai gemuruh lemah dan sinar api kurang lebih 20 meter di atas puncak kawah," kata petugas pos pemantauan Bobyson Lamanepa dalam laporannya.
Baca juga: Aktivitas vulkanik Gunung Lewotolok masih berlangsung
Baca juga: Dompet Dhuafa-DMC berikan pelayanan medis gratis warga terdampak erupsi
Aktivitas gunung apinya juga hingga kini masih tergolong cukup tinggi yang terindikasi dari masih terekamnya gempa dan letusan.
"Oleh karena itu masyarakat yang berada di radius 4 kilometer yang masuk zona merah harap segera menghindar dan masuk ke zona aman, yakni enam kilometer dari puncak gunung," ujar dia.