Kupang (ANTARA) - Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket mengatakan Uni Eropa mengalokasikan bantuan dana sebesar Rp28,9 miliar untuk penanganan dampak pandemi COVID-19 di Indonesia.
"Uni Eropa mengalokasikan anggaran senilai Rp28,9 miliar untuk mengurangi dampak pandemi COVID-19 bagi masyarakat dan anak-anak di sejumlah daerah di Indonesia," kata Vincent Piket dalam peluncuran proyek "Indonesia COVID-19 Pandemic Emergency Response (I-COPE)" bekerja bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) yang dilakukan secara virtual, Rabu (16/12).
Program I-COPE dihadirkan untuk mengurangi dampak terhadap masyarakat dan anak-anak yang rentan akibat pandemi COVID-19.
Ia mengatakan, bantuan yang diberikan Uni Eropa itu merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan pemerintah Uni Eropa dengan Indonesia.
"Pemerintah Uni Eropa berharap program I-COPE bisa membantu masyarakat terdampak pandemi COVID-19 di Indonesia, sehingga pembangunan ekonomi masyarakat bisa bertumbuh kembali serta anak-anak bisa melakukan akitiftasnya dengan baik," kata Vincent.
Program I-COPE fokus pada upaya pencegahan penularan COVID-19 dan mengurangi dampak terhadap anak-anak dan keluarga yang rentan di 90 desa tersebar di DKI, Jawa Timur, Kota Ternate, Kabupaten Halmahera Utara di Maluku Utara serta Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat Daya di Nusa Tenggara Timur.
Menurut Vincent, program I-COPE akan menjangkau 1,1 juta orang terdiri dari 12.000 kelompok rentan termasuk anak-anak, perempuan dan lanjut usia serta penyandang disabilitas yang berisiko tinggi terhadap penularan COVID-19.
Sementara itu Direktur WVI, Doseba Sinay mengatakan proyek I-COPE akan berlangsung 24 bulan bertujuan untuk meningkatkan upaya pencegahan penularan COVID-19, menyediakan bantuan untuk pemulihan ekonomi yang berkelanjutan melalui inisiatif ekonomi mikro dan Cash Voucher Program bagi masyarakat yang terdampak,meningkatkan akses masyarakat terhadap jaminan sosial dan menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis.
Peluncuran program I-COPE dilakukan atas bantuan pemerintah Uni Eropa untuk penanganan warga terda,pak pandemi COVID-19 di Indonesia, Rabu (16/12). (Antara/ Benny Jahang)
Selain itu menurut Doseba Sinay, proyek I-COPE akan memberikan pelatihan kepada enam organisasi masyarakat sipil terkait manajemen keuangan, kebersihan dan sanitasi, komunikasi risiko COVID-19,kesehatan mental dan dukungan psikososial, serta pencegahan misinformasi dan stigma sosial.
"Peningkatan kapasitas organisasi masyarakat sipil diharapkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia di wilayah target, terutama dalam pencegahan penularan dan penanganan pandemi COVID-19," kata Doseba Sinay.
Baca juga: Uni Eropa luncurkan program BUMDES di NTT
Baca juga: Plan-Uni Eropa Luncurkan Program Mata Kail
"Uni Eropa mengalokasikan anggaran senilai Rp28,9 miliar untuk mengurangi dampak pandemi COVID-19 bagi masyarakat dan anak-anak di sejumlah daerah di Indonesia," kata Vincent Piket dalam peluncuran proyek "Indonesia COVID-19 Pandemic Emergency Response (I-COPE)" bekerja bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) yang dilakukan secara virtual, Rabu (16/12).
Program I-COPE dihadirkan untuk mengurangi dampak terhadap masyarakat dan anak-anak yang rentan akibat pandemi COVID-19.
Ia mengatakan, bantuan yang diberikan Uni Eropa itu merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan pemerintah Uni Eropa dengan Indonesia.
"Pemerintah Uni Eropa berharap program I-COPE bisa membantu masyarakat terdampak pandemi COVID-19 di Indonesia, sehingga pembangunan ekonomi masyarakat bisa bertumbuh kembali serta anak-anak bisa melakukan akitiftasnya dengan baik," kata Vincent.
Program I-COPE fokus pada upaya pencegahan penularan COVID-19 dan mengurangi dampak terhadap anak-anak dan keluarga yang rentan di 90 desa tersebar di DKI, Jawa Timur, Kota Ternate, Kabupaten Halmahera Utara di Maluku Utara serta Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat Daya di Nusa Tenggara Timur.
Menurut Vincent, program I-COPE akan menjangkau 1,1 juta orang terdiri dari 12.000 kelompok rentan termasuk anak-anak, perempuan dan lanjut usia serta penyandang disabilitas yang berisiko tinggi terhadap penularan COVID-19.
Sementara itu Direktur WVI, Doseba Sinay mengatakan proyek I-COPE akan berlangsung 24 bulan bertujuan untuk meningkatkan upaya pencegahan penularan COVID-19, menyediakan bantuan untuk pemulihan ekonomi yang berkelanjutan melalui inisiatif ekonomi mikro dan Cash Voucher Program bagi masyarakat yang terdampak,meningkatkan akses masyarakat terhadap jaminan sosial dan menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis.
Selain itu menurut Doseba Sinay, proyek I-COPE akan memberikan pelatihan kepada enam organisasi masyarakat sipil terkait manajemen keuangan, kebersihan dan sanitasi, komunikasi risiko COVID-19,kesehatan mental dan dukungan psikososial, serta pencegahan misinformasi dan stigma sosial.
"Peningkatan kapasitas organisasi masyarakat sipil diharapkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia di wilayah target, terutama dalam pencegahan penularan dan penanganan pandemi COVID-19," kata Doseba Sinay.
Baca juga: Uni Eropa luncurkan program BUMDES di NTT
Baca juga: Plan-Uni Eropa Luncurkan Program Mata Kail