Kupang (Antara NTT) - Sekitar 2.200 siswa dari tingkat SD sampai SMA serta para guru "menyemut" di lapangan SMA Katolik Giovanni Kupang, Senin (28/8), untuk mengikuti upacara bendera yang dipimpin oleh Danrem 161/Wirasakti Kupang Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa
Mantan Wakil Komandan Korps Pasukan Khusus (Kopassus) itu menambahkan jika hal ini dibiarkan maka akan sangat berdampak pada mengudaranya rasa kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sementara itu, seorang pelajar SMKN 2 Kupang Mario mengaku bangga karena bisa hadir dalam upacara tersebut sehingga bisa langsung bertemu dengan Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa.
Baginya upacara yang disertai dengan pemberian wawasan kebangsaan tersebut merupakan momen yang pas agar generasi muda di NTT, khususnya di Kota Kupang bisa terus mengaupgrade rasa kecintaannya terhadap bangsa dan negara RI.
"NTT yang berbatasan dengan dua negara (Timor Leste dan Australia) tentu saja akan muncul berbagai hasutan yang dapat merubah pola pikir para pelajar yang tentunya dapat mengakibatkan konflik jika tidak dibendung," ujar Mario yang juga bercita-cita menjadi prajurit TNI itu.
"Upacara bendera ini masih dalam suasana peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia, sekaligus sebagai wahana silahturahmi guna mempererat keakraban dan kebersamaan di antara para siswa, guru-guru serta para ptrajurit TNI," kata jenderal berbintang satu.
Pantauan Antara sebanyak 2.200 pelajar termasuk guru-guru yang mengikuti upacara bendera tersebut mengikatkan kepalanya dengan sebuah pita berwarna merah putih yang melambangkan Bendera Indonesia.
Sekolah-sekolah yang ikut dalam upacara tersebut adalah SMAK Giovanni yang berjumlah 900 orang, kemudian SMKN 2 Kupang berjumlah 150 siswa, SMP Sta Theresia 500 orang, SMP Katolik Giovanni 350 siswa, serta pelajar SD berjumlah 150 siswa dan guru-guru berjumlah 150 orang.
Danrem Muji Angkasa mengatakan dalam beberapa hari terakhir ini, muncul berbagai konflik yang diikuti kekerasan kolektif, mulai dari perkelahian antarpelajar, penemuan narkoba serta berbagai jenis kasus lainnya yang dapat mengganggu masa depan generasi muda Indonesia, khususnya para pelajar.
Pantauan Antara sebanyak 2.200 pelajar termasuk guru-guru yang mengikuti upacara bendera tersebut mengikatkan kepalanya dengan sebuah pita berwarna merah putih yang melambangkan Bendera Indonesia.
Sekolah-sekolah yang ikut dalam upacara tersebut adalah SMAK Giovanni yang berjumlah 900 orang, kemudian SMKN 2 Kupang berjumlah 150 siswa, SMP Sta Theresia 500 orang, SMP Katolik Giovanni 350 siswa, serta pelajar SD berjumlah 150 siswa dan guru-guru berjumlah 150 orang.
Danrem Muji Angkasa mengatakan dalam beberapa hari terakhir ini, muncul berbagai konflik yang diikuti kekerasan kolektif, mulai dari perkelahian antarpelajar, penemuan narkoba serta berbagai jenis kasus lainnya yang dapat mengganggu masa depan generasi muda Indonesia, khususnya para pelajar.
"Hal yang paling memberatkan generasi bangsa saat ini adalah derasnya arus globalisasi serta teknologi modern yang makin memanjakan. Jika hal ini tidak disikapi dengan cerdas dan bijak, maka akan memicu terjadinya degradasi moral generasi bangsa yang memang rentan terhadap pengaruh teknologi," katanya.
Mantan Wakil Komandan Korps Pasukan Khusus (Kopassus) itu menambahkan jika hal ini dibiarkan maka akan sangat berdampak pada mengudaranya rasa kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sementara itu, seorang pelajar SMKN 2 Kupang Mario mengaku bangga karena bisa hadir dalam upacara tersebut sehingga bisa langsung bertemu dengan Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa.
Baginya upacara yang disertai dengan pemberian wawasan kebangsaan tersebut merupakan momen yang pas agar generasi muda di NTT, khususnya di Kota Kupang bisa terus mengaupgrade rasa kecintaannya terhadap bangsa dan negara RI.
"NTT yang berbatasan dengan dua negara (Timor Leste dan Australia) tentu saja akan muncul berbagai hasutan yang dapat merubah pola pikir para pelajar yang tentunya dapat mengakibatkan konflik jika tidak dibendung," ujar Mario yang juga bercita-cita menjadi prajurit TNI itu.