Niamey (ANTARA) - Nigeria telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional menyusul pembantaian 100 warga sipil di dua desa di wilayah barat negara tempat kelompok militan melakukan serangkaian serangan.
Pemerintah mengatakan penyelidikan telah diluncurkan untuk menemukan para pelaku.
Saksi mata mengatakan bahwa lebih dari seratus penyerang bersenjata dengan sepeda motor mengepung desa dan mulai menembak tanpa pandang bulu pada Sabtu, (2/1).
Pemerintah mengatakan bala bantuan telah dikirim ke daerah dekat wilayah tiga perbatasan Nigeria, Burkina Faso dan Mali yang dikenal sebagai Liptako-Gourma, yang dibanjiri oleh militan terkait dengan al Qaeda dan ISIS.
Serangan itu menyoroti keamanan yang rapuh di wilayah Sahel Afrika Barat, dan di Nigeria khususnya, menjelang pemilihan presiden di negara itu pada 21 Februari.
Pembunuhan akhir pekan itu termasuk yang terburuk dalam sejarah Nigeria baru-baru ini.
Mereka telah memaksa para korban selamat dan penduduk dari empat desa tetangga untuk mengungsi, kata Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam sebuah pernyataan pada Senin. Badan itu menambahkan bahwa setidaknya 1.000 orang sedang bergerak dari daerah itu, berusaha mencapai kota Ouallam sekitar 80 km jauhnya.
Banyak yang melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, badan PBB itu menambahkan.
Nigeria, Burkina Faso, dan Mali berada di episentrum salah satu krisis pengungsian dan perlindungan yang tumbuh paling cepat di dunia, menampung 851.000 pengungsi, dan hampir 2 juta orang terlantar di dalam negeri.
Sumber: Reuters
Pemerintah mengatakan penyelidikan telah diluncurkan untuk menemukan para pelaku.
Saksi mata mengatakan bahwa lebih dari seratus penyerang bersenjata dengan sepeda motor mengepung desa dan mulai menembak tanpa pandang bulu pada Sabtu, (2/1).
Pemerintah mengatakan bala bantuan telah dikirim ke daerah dekat wilayah tiga perbatasan Nigeria, Burkina Faso dan Mali yang dikenal sebagai Liptako-Gourma, yang dibanjiri oleh militan terkait dengan al Qaeda dan ISIS.
Serangan itu menyoroti keamanan yang rapuh di wilayah Sahel Afrika Barat, dan di Nigeria khususnya, menjelang pemilihan presiden di negara itu pada 21 Februari.
Pembunuhan akhir pekan itu termasuk yang terburuk dalam sejarah Nigeria baru-baru ini.
Mereka telah memaksa para korban selamat dan penduduk dari empat desa tetangga untuk mengungsi, kata Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam sebuah pernyataan pada Senin. Badan itu menambahkan bahwa setidaknya 1.000 orang sedang bergerak dari daerah itu, berusaha mencapai kota Ouallam sekitar 80 km jauhnya.
Banyak yang melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, badan PBB itu menambahkan.
Nigeria, Burkina Faso, dan Mali berada di episentrum salah satu krisis pengungsian dan perlindungan yang tumbuh paling cepat di dunia, menampung 851.000 pengungsi, dan hampir 2 juta orang terlantar di dalam negeri.
Sumber: Reuters