Kupang (ANTARA) - Ribuan lubang tanah sedalam setengah meter berbaris rapih di hamparan lahan kering yang membentang luas di Pusat Instalasi Pertanian milik Universitas Nusa Cendana (Undana) di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Di sekitar itu, terlihat sejumlah warga mengenakan seragam proyek berwarna biru dan hijau sedang beristirahat sejenak setelah menempatkan stek pohon di sekitar setiap lubang tanah yang menganga.
"Kami pekerja di sini," kata Nikolaus, salah satu pekerja ketika ditemui siang itu menjelang acara penanaman anakan pohon yang digelar melalui kerja sama PT PLN Unit Induk Wilayah NTT dan Undana Kupang pada Oktober 2020.
Sambil mengeringkan keringat di wajah dengan handuk kecilnya, ia menuturkan bahwa ia bersama rekan-rekannya bekerja mengolah lahan instalasi pertanian itu.
Mereka menyiapkan ribuan lubang dan stek pohon yang akan ditanam kemudian merawatnya hingga bertumbuh dengan baik agar dapat dimanfaatkan.
Tak lama berselang, acara penanaman pohon bertepatan dengan Hari Listrik Nasional ke-75 dimulai setelah rombongan, di antaranya Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, Wakil Bupati Kupang Jerry Manafe, Rektor Undana Kupang Prof Fredik L. Benu, dan jajaran pejabat PLN tiba di lokasi itu.
Dalam sambutannya, General Manager PT PLN UIW NTT Agustinus Jatmiko mengatakan hari itu adalah hari bersejarah terjalinnya sinergitas lintas sektor untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Pulau Timor melalui pemanfaatan sampah tumbuhan.
Pengembangan energi hijau (green energy) dimulai dengan penanaman anakan untuk menghasilkan batang ranting pohon yang akan diolah sebagai sumber energi bagi pembangkit listrik.
"Ada 2.000 anakan pohon yang kita tanam pada kesempatan ini melalui kerja sama pengembangan energi hijau dari PLN NTT dengan Undana," katanya.
Ribuan anakan pohon yang diadakan dengan dukungan program corporate social responsibility (CSR) PLN itu terdiri atas anakan pohon kaliandara dan lamtoro yang akan ditanam di lahan Pusat Instalasi Pertanian Undana Kupang.
Ketika anakan pohon tumbuh besar, akan diolah dengan mesin pencacah menjadi serbuk kayu yang selanjutnya diolah sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTT Agustinus Jatmiko (kanan) saat menyerahkan secara simbolis bantuan 2.000 anakan pohon kepada Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang Prof Fredik L Benu untuk ditanam di lahan Pusat Instalasi Pertanian Undana, di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT, pada Selasa (27/10/2020). (ANTARA/Aloysius Lewokeda)
Berhasil diujicobakan
Pihaknya sudah menggelar uji coba pemanfaatan energi hijau dari sampah pertanian ini sebagai bahan bakar pada beberapa pembangkit listrik melalui program Co-firing di antaranya PLTU Bolok di Kabupaten Kupang, Pulau Timor, maupun PLTU Ropa di Kabupaten Ende, Pulau Flores.
Dalam uji coba di PLTU Bolok, cacahan pohon lamtoro dan kaliandara dapat dimanfatkan untuk menggantikan sebagian bahan bakar batu bara yang selama ini digunakan.
"Uji coba sudah berhasil kami lakukan, lima persen dari batu bara bisa diganti dengan cacahan pohon lamtoro dan kaliandara," katanya.
Berangkat dari hasil uji coba itu, pihaknya kemudian berupaya memperkuat pasokan bahan baku dengan menggandeng Undana Kupang untuk membudidayakan pohon lamtoro dan kaliandra.
Pasokan bahan baku merupakan faktor kunci karena kebutuhan cacahan kayu kering untuk bahan bakar pembangkit listrik mencapai 30 ton per hari.
"Harapan besar kami kebutuhan bahan baku ini bisa terjawab dari hasil budi daya di Pusat Instalasi Pertanian Undana ini," katanya.
Sebagai langkah awal, PLN NTT memberikan dukungan dengan menyalurkan bantuan CSR berupa pengadaan anakan pohon untuk di tanam di lahan milik Undana Kupang.
Hasil dari pohon itu akan dimanfaatkan dengan skema niaga yang akan disepakati sesuai standar harga yang ditetapkan dari pemerintah pusat.
"Jadi penanaman pohon ini adalah langkah pertama yang akan diikuti langkah-langkah selanjutnya dan kami serahkan kepada Undana Kupang bagaimana mengelola bahan baku ini," katanya.
PLN berkomitmen untuk terus mengembangkan EBT di NTT dengan potensi yang kaya dan beragam sebagai tindak lanjut dari perintah Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
"PLN harus bisa mengembangkan EBT dan memberdayakan masyarakat lokal," katanya.
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (kedua kanan) didampingi General Manager PT PLN (Persero) UIW NTT Agustinus Jatmiko saat menanam anakan pohon di Pusat Instalasi Pertanian Undana, di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT, Selasa (27/10/2020). (ANTARA/Aloysius Lewokeda)
Dukungan Undana
Rektor Undana Kupang Prof Fredik L. Benu, memastikan pihaknya siap untuk bekerja sama mengembangkan EBT yang bersumber dari sampah pertanian karena merupakan terobosan baru bagi wilayah NTT.
Kerja sama ini sebagai wujud dari komitmen pemerintah dalam mengembangkan energi terbarukan B20, B50, dan B100.
Sebagai dukungan pengembangan EBT itu, pihaknya telah menyiapkan lahan lebih dari empat hektare untuk mendukung budi daya tumbuhan lamtoro dan kaliandra sebagai bahan baku pembangkit listrik.
"Setelah anakan pohon yang ditanam ini tumbuh maka akan kita olah dan pasok untuk kebutuhan pembangkit listrik di PLTU Bolok," katanya.
Pihaknya juga telah menyiapkan mesin pencacah yang akan mencacah pohon yang ditanam ketika sudah tumbuh dan siap dimanfaatkan sebagai bahan baku campuran untuk pembangkit listrik.
Pihaknya menyambut antusias kerja sama ini karena di sisi lain juga dapat menyerap tenaga kerja yang mengolah lahan pertanian tersebut.
"Jadi tidak hanya untuk Undana dan PLN namun juga menjadi sumber pendapatan bagi warga yang bekerja di dalamnya," katanya.
Ia menambahkan prinsip pentahelix dalam kekuatan pembangunan dicoba dimulai dari kerja sama itu.
Undana akan terus melakukan penelitian untuk menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi pengembangan EBT maupun berbagai aspek pembangunan lain di provinsi berbasiskan kepulauan itu.
"Sebagai perguruan tinggi kami siap bekerja sama tidak hanya dengan PLN namun semua pihak dalam pengembangan berbagai aspek untuk kemajuan pembangunan di NTT," katanya.
Pekerja mendemonstrasikan pencacahan kayu dengan pencacah di Pusat Instalasi Pertanian Undana, di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT, Selasa (27/10/2020). (ANTARA/Aloysius Lewokeda)
Perkuat sinergitas
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat meminta pihak PLN dan Undana Kupang untuk terus memperkuat sinergitas dalam membangun energi biomassa di NTT.
Tidak ada pilihan lain dalam pemanfaatan energi di masa depan selain mengandalkan energi baru terbarukan.
"Lupakan tentang energi fosil, lupakan, mulai berpikir tentang energi baru terbarukan," katanya.
Oleh karena itu kerja sama pengembangan EBT dari sampah pertanian ini merupakan langkah yang harus dilakukan.
Ke depan, NTT akan menjadi provinsi penyumbang EBT terbesar di Indonesia dengan kekayaan sumber daya energi yang dimiliki, di antaranya biomassa, panas Matahari, angin, arus laut, panas Bumi.
Ia mengapresiasi pihak PLN dan Undana yang mengambil langkah maju mengembangkan EBT dari sampah pertanian.
Hasil kerja sama itu, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik namun juga berdampak meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Saya berharap riset-riset tentang energi terus ditingkatkan karena itu merupakan masa depan NTT," katanya.
Pada ukuran tertentu dalam riset energi, juga harus dapat didorong dari sisi bisnis yang mampu secara masif membawa perubahan ekonomi bagi provinsi setempat.
Salah satu kunci utama pengembangan EBT, yakni sinergitas lintas sektor yang terus diperkuat, seperti prinsip pentahelix dalam kekuatan pembangunan.
"PLN NTT dan Undana Kupang telah memulainya, kita berharap sinergi seperti ini dilakukan semua elemen lain untuk mempercepat kemajuan pembangunan di provinsi ini," pungkas Gubernur Viktor.
Di sekitar itu, terlihat sejumlah warga mengenakan seragam proyek berwarna biru dan hijau sedang beristirahat sejenak setelah menempatkan stek pohon di sekitar setiap lubang tanah yang menganga.
"Kami pekerja di sini," kata Nikolaus, salah satu pekerja ketika ditemui siang itu menjelang acara penanaman anakan pohon yang digelar melalui kerja sama PT PLN Unit Induk Wilayah NTT dan Undana Kupang pada Oktober 2020.
Sambil mengeringkan keringat di wajah dengan handuk kecilnya, ia menuturkan bahwa ia bersama rekan-rekannya bekerja mengolah lahan instalasi pertanian itu.
Mereka menyiapkan ribuan lubang dan stek pohon yang akan ditanam kemudian merawatnya hingga bertumbuh dengan baik agar dapat dimanfaatkan.
Tak lama berselang, acara penanaman pohon bertepatan dengan Hari Listrik Nasional ke-75 dimulai setelah rombongan, di antaranya Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, Wakil Bupati Kupang Jerry Manafe, Rektor Undana Kupang Prof Fredik L. Benu, dan jajaran pejabat PLN tiba di lokasi itu.
Dalam sambutannya, General Manager PT PLN UIW NTT Agustinus Jatmiko mengatakan hari itu adalah hari bersejarah terjalinnya sinergitas lintas sektor untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Pulau Timor melalui pemanfaatan sampah tumbuhan.
Pengembangan energi hijau (green energy) dimulai dengan penanaman anakan untuk menghasilkan batang ranting pohon yang akan diolah sebagai sumber energi bagi pembangkit listrik.
"Ada 2.000 anakan pohon yang kita tanam pada kesempatan ini melalui kerja sama pengembangan energi hijau dari PLN NTT dengan Undana," katanya.
Ribuan anakan pohon yang diadakan dengan dukungan program corporate social responsibility (CSR) PLN itu terdiri atas anakan pohon kaliandara dan lamtoro yang akan ditanam di lahan Pusat Instalasi Pertanian Undana Kupang.
Ketika anakan pohon tumbuh besar, akan diolah dengan mesin pencacah menjadi serbuk kayu yang selanjutnya diolah sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
Berhasil diujicobakan
Pihaknya sudah menggelar uji coba pemanfaatan energi hijau dari sampah pertanian ini sebagai bahan bakar pada beberapa pembangkit listrik melalui program Co-firing di antaranya PLTU Bolok di Kabupaten Kupang, Pulau Timor, maupun PLTU Ropa di Kabupaten Ende, Pulau Flores.
Dalam uji coba di PLTU Bolok, cacahan pohon lamtoro dan kaliandara dapat dimanfatkan untuk menggantikan sebagian bahan bakar batu bara yang selama ini digunakan.
"Uji coba sudah berhasil kami lakukan, lima persen dari batu bara bisa diganti dengan cacahan pohon lamtoro dan kaliandara," katanya.
Berangkat dari hasil uji coba itu, pihaknya kemudian berupaya memperkuat pasokan bahan baku dengan menggandeng Undana Kupang untuk membudidayakan pohon lamtoro dan kaliandra.
Pasokan bahan baku merupakan faktor kunci karena kebutuhan cacahan kayu kering untuk bahan bakar pembangkit listrik mencapai 30 ton per hari.
"Harapan besar kami kebutuhan bahan baku ini bisa terjawab dari hasil budi daya di Pusat Instalasi Pertanian Undana ini," katanya.
Sebagai langkah awal, PLN NTT memberikan dukungan dengan menyalurkan bantuan CSR berupa pengadaan anakan pohon untuk di tanam di lahan milik Undana Kupang.
Hasil dari pohon itu akan dimanfaatkan dengan skema niaga yang akan disepakati sesuai standar harga yang ditetapkan dari pemerintah pusat.
"Jadi penanaman pohon ini adalah langkah pertama yang akan diikuti langkah-langkah selanjutnya dan kami serahkan kepada Undana Kupang bagaimana mengelola bahan baku ini," katanya.
PLN berkomitmen untuk terus mengembangkan EBT di NTT dengan potensi yang kaya dan beragam sebagai tindak lanjut dari perintah Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
"PLN harus bisa mengembangkan EBT dan memberdayakan masyarakat lokal," katanya.
Dukungan Undana
Rektor Undana Kupang Prof Fredik L. Benu, memastikan pihaknya siap untuk bekerja sama mengembangkan EBT yang bersumber dari sampah pertanian karena merupakan terobosan baru bagi wilayah NTT.
Kerja sama ini sebagai wujud dari komitmen pemerintah dalam mengembangkan energi terbarukan B20, B50, dan B100.
Sebagai dukungan pengembangan EBT itu, pihaknya telah menyiapkan lahan lebih dari empat hektare untuk mendukung budi daya tumbuhan lamtoro dan kaliandra sebagai bahan baku pembangkit listrik.
"Setelah anakan pohon yang ditanam ini tumbuh maka akan kita olah dan pasok untuk kebutuhan pembangkit listrik di PLTU Bolok," katanya.
Pihaknya juga telah menyiapkan mesin pencacah yang akan mencacah pohon yang ditanam ketika sudah tumbuh dan siap dimanfaatkan sebagai bahan baku campuran untuk pembangkit listrik.
Pihaknya menyambut antusias kerja sama ini karena di sisi lain juga dapat menyerap tenaga kerja yang mengolah lahan pertanian tersebut.
"Jadi tidak hanya untuk Undana dan PLN namun juga menjadi sumber pendapatan bagi warga yang bekerja di dalamnya," katanya.
Ia menambahkan prinsip pentahelix dalam kekuatan pembangunan dicoba dimulai dari kerja sama itu.
Undana akan terus melakukan penelitian untuk menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi pengembangan EBT maupun berbagai aspek pembangunan lain di provinsi berbasiskan kepulauan itu.
"Sebagai perguruan tinggi kami siap bekerja sama tidak hanya dengan PLN namun semua pihak dalam pengembangan berbagai aspek untuk kemajuan pembangunan di NTT," katanya.
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat meminta pihak PLN dan Undana Kupang untuk terus memperkuat sinergitas dalam membangun energi biomassa di NTT.
Tidak ada pilihan lain dalam pemanfaatan energi di masa depan selain mengandalkan energi baru terbarukan.
"Lupakan tentang energi fosil, lupakan, mulai berpikir tentang energi baru terbarukan," katanya.
Oleh karena itu kerja sama pengembangan EBT dari sampah pertanian ini merupakan langkah yang harus dilakukan.
Ke depan, NTT akan menjadi provinsi penyumbang EBT terbesar di Indonesia dengan kekayaan sumber daya energi yang dimiliki, di antaranya biomassa, panas Matahari, angin, arus laut, panas Bumi.
Ia mengapresiasi pihak PLN dan Undana yang mengambil langkah maju mengembangkan EBT dari sampah pertanian.
Hasil kerja sama itu, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik namun juga berdampak meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Saya berharap riset-riset tentang energi terus ditingkatkan karena itu merupakan masa depan NTT," katanya.
Pada ukuran tertentu dalam riset energi, juga harus dapat didorong dari sisi bisnis yang mampu secara masif membawa perubahan ekonomi bagi provinsi setempat.
Salah satu kunci utama pengembangan EBT, yakni sinergitas lintas sektor yang terus diperkuat, seperti prinsip pentahelix dalam kekuatan pembangunan.
"PLN NTT dan Undana Kupang telah memulainya, kita berharap sinergi seperti ini dilakukan semua elemen lain untuk mempercepat kemajuan pembangunan di provinsi ini," pungkas Gubernur Viktor.