Chicago (ANTARA) - Emas kembali menguat, memperpanjang kenaikan untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), mengembalikan kerugian sesi sebelumnya menjadi bertengger di tertinggi satu minggu karena imbal hasil obligasi pemerintah AS berkurang setelah data inflasi lemah.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi COMEX New York Exchange, bertambah 4,9 dolar AS atau 0,29 persen menjadi ditutup pada 1.721,80 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (9/3/2021), emas berjangka melonjak 38,9 dolar AS atau 2,32 persen menjadi 1.716,90 dolar AS.
Emas berjangka juga anjlok 20,5 dolar AS atau 1,21 persen menjadi 1.678,00 dolar AS pada Senin (8/3/2021), setelah turun 2,2 dolar AS atau 0,13 persen menjadi 1.698,50 dolar AS per ounce pada Jumat (5/3/2021), dan merosot 15,10 dolar AS atau 0,88 persen menjadi 1.700,70 dolar AS pada Kamis (4/3/2021).
"Emas masih mengambil isyarat dari pasar obligasi pemerintah dan data hari ini mengurangi kekhawatiran tentang inflasi jangka pendek," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
"Jika penjualan obligasi pemerintah AS 10-tahun hari ini memiliki permintaan yang layak, harga emas pada akhirnya bisa bergerak menuju 1.730 dolar AS. ... Level 1.700 dolar AS akan memberikan dukungan utama ... tapi itu akan bertahan kecuali penjualan di pasar obligasi berlanjut," kata Moya.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun turun setelah data menunjukkan harga konsumen AS naik pada Februari, meskipun inflasi yang mendasarinya tetap lemah.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu (10/3/2021) bahwa indeks harga konsumen (IHK) naik 0,4 persen pada Februari dalam skala yang disesuaikan secara musiman setelah naik 0,3 persen pada Januari, juga memberikan dukungan untuk emas.
Status emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi telah ditantang oleh imbal hasil obligasi yang lebih tinggi, yang diterjemahkan ke dalam peluang kerugian yang lebih tinggi memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Harga emas sempat jatuh ke level terendah dalam sembilan bulan di 1.676,10 dolar AS pada Senin (8/3/2021), setelah merosot selama empat sesi beruntun.
Suku bunga riil telah meningkat tajam selama beberapa minggu terakhir karena tingkat nominal yang lebih tinggi, tanpa kenaikan ekspektasi inflasi yang sepadan, tulis TD Securities dalam sebuah catatan.
"Dengan penerbitan obligasi pemerintah besar-besaran terus membayangi, tekanan pada suku bunga yang lebih tinggi akan terus membebani logam mulia dalam waktu dekat."
Dewan Perwakilan Rakyat AS membuka jalan bagi rancangan undang-undang bantuan COVID-19 senilai 1,9 triliun dolar AS untuk dipertimbangkan pada Rabu (10/3/2021).
Bank Sentral Eropa juga bergulat dengan kenaikan imbal hasil baru-baru ini, tetapi pembuat kebijakan tetap terpecah tentang intervensi pasar skala besar menjelang pertemuan kebijakan pada Kamis waktu setempat.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 5,3 sen atau 0,2 persen menjadi ditutup pada 26,13 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 26,40 dolar AS atau 2,25 persen menjadi menetap di 1.201,80 dolar AS per ounce.
Baca juga: Emas anjlok 20,5 dolar tertekan imbal hasil dan "greenback"
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi COMEX New York Exchange, bertambah 4,9 dolar AS atau 0,29 persen menjadi ditutup pada 1.721,80 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (9/3/2021), emas berjangka melonjak 38,9 dolar AS atau 2,32 persen menjadi 1.716,90 dolar AS.
Emas berjangka juga anjlok 20,5 dolar AS atau 1,21 persen menjadi 1.678,00 dolar AS pada Senin (8/3/2021), setelah turun 2,2 dolar AS atau 0,13 persen menjadi 1.698,50 dolar AS per ounce pada Jumat (5/3/2021), dan merosot 15,10 dolar AS atau 0,88 persen menjadi 1.700,70 dolar AS pada Kamis (4/3/2021).
"Emas masih mengambil isyarat dari pasar obligasi pemerintah dan data hari ini mengurangi kekhawatiran tentang inflasi jangka pendek," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
"Jika penjualan obligasi pemerintah AS 10-tahun hari ini memiliki permintaan yang layak, harga emas pada akhirnya bisa bergerak menuju 1.730 dolar AS. ... Level 1.700 dolar AS akan memberikan dukungan utama ... tapi itu akan bertahan kecuali penjualan di pasar obligasi berlanjut," kata Moya.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun turun setelah data menunjukkan harga konsumen AS naik pada Februari, meskipun inflasi yang mendasarinya tetap lemah.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu (10/3/2021) bahwa indeks harga konsumen (IHK) naik 0,4 persen pada Februari dalam skala yang disesuaikan secara musiman setelah naik 0,3 persen pada Januari, juga memberikan dukungan untuk emas.
Status emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi telah ditantang oleh imbal hasil obligasi yang lebih tinggi, yang diterjemahkan ke dalam peluang kerugian yang lebih tinggi memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Harga emas sempat jatuh ke level terendah dalam sembilan bulan di 1.676,10 dolar AS pada Senin (8/3/2021), setelah merosot selama empat sesi beruntun.
Suku bunga riil telah meningkat tajam selama beberapa minggu terakhir karena tingkat nominal yang lebih tinggi, tanpa kenaikan ekspektasi inflasi yang sepadan, tulis TD Securities dalam sebuah catatan.
"Dengan penerbitan obligasi pemerintah besar-besaran terus membayangi, tekanan pada suku bunga yang lebih tinggi akan terus membebani logam mulia dalam waktu dekat."
Dewan Perwakilan Rakyat AS membuka jalan bagi rancangan undang-undang bantuan COVID-19 senilai 1,9 triliun dolar AS untuk dipertimbangkan pada Rabu (10/3/2021).
Bank Sentral Eropa juga bergulat dengan kenaikan imbal hasil baru-baru ini, tetapi pembuat kebijakan tetap terpecah tentang intervensi pasar skala besar menjelang pertemuan kebijakan pada Kamis waktu setempat.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 5,3 sen atau 0,2 persen menjadi ditutup pada 26,13 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 26,40 dolar AS atau 2,25 persen menjadi menetap di 1.201,80 dolar AS per ounce.
Baca juga: Emas anjlok 20,5 dolar tertekan imbal hasil dan "greenback"