Chicago (ANTARA) - Harga emas sedikit melemah pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), menghentikan kenaikan tiga hari berturut-turut, setelah kemunduran dolar AS dan penurunan di pasar ekuitas tak mampu mengimbangi tekanan dari kenaikan imbal hasil (yields) obligasi pemerintah AS, namun menguat 1,3 persen untuk minggu ini.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi COMEX New York Exchange, terkikis 2,80 dolar AS atau 0,16 persen menjadi ditutup pada 1.719,80 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (11/3/2021), emas berjangka naik tipis 0,8 dolar AS atau 0,05 persen menjadi 1.722,60 dolar AS.
Harga emas berjangka menguat 4,9 dolar AS atau 0,29 persen menjadi 1.721,80 dolar AS per ounce pada Rabu (10/3/2021), setelah melonjak 38,9 dolar AS atau 2,32 persen menjadi 1.716,90 dolar AS pada Selasa (9/3/2021), dan anjlok 20,5 dolar AS atau 1,21 persen menjadi 1.678,00 dolar AS pada Senin (8/3/2021).
"Kami telah melihat sedikit kelemahan dalam (indeks) dolar AS, yang merosot dari sekitar 92 menjadi 91,6 sekarang," kata Kepala Strategi Komoditas TD Securities, Bart Melek.
"Ada sedikit risiko dari sentimen dan saya menduga tingkat psikologis 1.700 dolar AS di mana orang tidak benar-benar siap untuk turun menghasilkan sedikit rebound di pasar emas."
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan, naik setinggi 1,642 persen, puncak dalam lebih dari satu tahun. Sementara itu, indeks dolar memangkas keuntungan, membuat harga emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Beberapa investor memandang emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi yang dapat mengikuti langkah-langkah stimulus, tetapi imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih tinggi menumpulkan beberapa daya tarik komoditas non-imbal hasil.
Presiden Joe Biden pada Kamis (11/3/2021) menandatangani rancangan undang-undang stimulus 1,9 triliun dolar AS menjadi undang-undang dan mengatakan dia sedang bekerja untuk membuat Amerika Serikat lebih dekat ke keadaan normal pada 4 Juli.
"Dengan permintaan fisik yang memberikan alasan, kami ragu harga emas akan turun di bawah 1.600 dolar AS per ounce tahun ini," kata analis Capital Economics dalam sebuah catatan.
Harga emas juga mendapat tekanan tambahan ketika University of Michigan melaporkan bahwa indeks sentimen konsumen awal naik menjadi 83 poin pada Maret, dari 76,8 pada Februari.
Baca juga: Dolar menguat terkerek kenaikan imbal hasil obligasi AS
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 28,20 sen atau 1,08 persen menjadi ditutup pada 25,911 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 2,00 dolar AS atau 0,17 persen menjadi ditutup pada 1.200,30 dolar AS per ounce.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi COMEX New York Exchange, terkikis 2,80 dolar AS atau 0,16 persen menjadi ditutup pada 1.719,80 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (11/3/2021), emas berjangka naik tipis 0,8 dolar AS atau 0,05 persen menjadi 1.722,60 dolar AS.
Harga emas berjangka menguat 4,9 dolar AS atau 0,29 persen menjadi 1.721,80 dolar AS per ounce pada Rabu (10/3/2021), setelah melonjak 38,9 dolar AS atau 2,32 persen menjadi 1.716,90 dolar AS pada Selasa (9/3/2021), dan anjlok 20,5 dolar AS atau 1,21 persen menjadi 1.678,00 dolar AS pada Senin (8/3/2021).
"Kami telah melihat sedikit kelemahan dalam (indeks) dolar AS, yang merosot dari sekitar 92 menjadi 91,6 sekarang," kata Kepala Strategi Komoditas TD Securities, Bart Melek.
"Ada sedikit risiko dari sentimen dan saya menduga tingkat psikologis 1.700 dolar AS di mana orang tidak benar-benar siap untuk turun menghasilkan sedikit rebound di pasar emas."
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan, naik setinggi 1,642 persen, puncak dalam lebih dari satu tahun. Sementara itu, indeks dolar memangkas keuntungan, membuat harga emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Beberapa investor memandang emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi yang dapat mengikuti langkah-langkah stimulus, tetapi imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih tinggi menumpulkan beberapa daya tarik komoditas non-imbal hasil.
Presiden Joe Biden pada Kamis (11/3/2021) menandatangani rancangan undang-undang stimulus 1,9 triliun dolar AS menjadi undang-undang dan mengatakan dia sedang bekerja untuk membuat Amerika Serikat lebih dekat ke keadaan normal pada 4 Juli.
"Dengan permintaan fisik yang memberikan alasan, kami ragu harga emas akan turun di bawah 1.600 dolar AS per ounce tahun ini," kata analis Capital Economics dalam sebuah catatan.
Harga emas juga mendapat tekanan tambahan ketika University of Michigan melaporkan bahwa indeks sentimen konsumen awal naik menjadi 83 poin pada Maret, dari 76,8 pada Februari.
Baca juga: Dolar menguat terkerek kenaikan imbal hasil obligasi AS
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 28,20 sen atau 1,08 persen menjadi ditutup pada 25,911 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 2,00 dolar AS atau 0,17 persen menjadi ditutup pada 1.200,30 dolar AS per ounce.