Jakarta (ANTARA) - Pekerja media yang sudah mendapatkan vaksin dosis pertama pada Februari 2021 namun terpapar COVID-19 setelahnya tidak bisa mengikuti program vaksinasi bersama dosis kedua di Hall Basket Gelora Bung Karno Senayan pada 16-17 Maret 2021.
Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penyintas COVID-19 yang terinfeksi setelah mendapat vaksin dosis pertama harus menunggu selama tiga bulan.
"Kalau positif COVID-19, tiga bulan kemudian suntikan diulang dari dosis pertama. Tiga bulan lagi bisa ikut tahap periode vaksinasi bersama masyarakat," jelas Nadia dalam konferensi pers daring, Senin, (15/3).
Nadia mengingatkan, semua orang yang akan divaksin harus beristirahat, sarapan serta menjaga protokol kesehatan. Sudah mendapat vaksin tidak serta merta membuat individu boleh lengah, sebab vaksin bukanlah jaminan tidak akan tertular COVID-19. Lewat vaksin, individu jadi punya "benteng" sehingga ketika tertular COVID-19 tidak jatuh sakit, atau gejalanya lebih ringan ketimbang orang yang tidak vaksin.
"Sesudah vaksin harus tetap terapkan protokol kesehatan, pandemi ini seperti kondisi perang sama virus COVID-19 yang banyak dan setiap saat mengintai," kata Nadia.
"Waktu diserang, tubuh kita punya bala tentara pertahanan, yakni antibodi dari vaksinasi."
Pemerintah mengadakan program berskala nasional vaksinasi COVID-19, yang akan berlangsung hingga tahun depan.
Vaksinasi ini dibagi dalam dua gelombang, yakni gelombang I pada Januari hingga April 2021, diprioritaskan untuk tenaga kesehatan, warga lanjut usia dan petugas yang bekerja di sektor pelayanan publik.
Gelombang kedua berlangsung pada April 2021 hingga Maret 2022, untuk masyarakat rentan yang berada di daerah berisiko penularan tinggi.
Program ini menyasar sekitar 181 juta orang, atau 70 persen dari total penduduk Indonesia untuk menciptakan kekebalan kolektif atau herd immunity.
Baca juga: Pemkot Kupang alokasikan 40 dosis vaksin untuk wartawan
Baca juga: Presiden Jokowi: Pengembangan vaksin di Tanah Air harus terus didukung
Selain vaksinasi gratis, Indonesia juga akan mengadakan vaksinasi mandiri atau vaksinasi gotong royong setelah program pemerintah.
Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penyintas COVID-19 yang terinfeksi setelah mendapat vaksin dosis pertama harus menunggu selama tiga bulan.
"Kalau positif COVID-19, tiga bulan kemudian suntikan diulang dari dosis pertama. Tiga bulan lagi bisa ikut tahap periode vaksinasi bersama masyarakat," jelas Nadia dalam konferensi pers daring, Senin, (15/3).
Nadia mengingatkan, semua orang yang akan divaksin harus beristirahat, sarapan serta menjaga protokol kesehatan. Sudah mendapat vaksin tidak serta merta membuat individu boleh lengah, sebab vaksin bukanlah jaminan tidak akan tertular COVID-19. Lewat vaksin, individu jadi punya "benteng" sehingga ketika tertular COVID-19 tidak jatuh sakit, atau gejalanya lebih ringan ketimbang orang yang tidak vaksin.
"Sesudah vaksin harus tetap terapkan protokol kesehatan, pandemi ini seperti kondisi perang sama virus COVID-19 yang banyak dan setiap saat mengintai," kata Nadia.
"Waktu diserang, tubuh kita punya bala tentara pertahanan, yakni antibodi dari vaksinasi."
Pemerintah mengadakan program berskala nasional vaksinasi COVID-19, yang akan berlangsung hingga tahun depan.
Vaksinasi ini dibagi dalam dua gelombang, yakni gelombang I pada Januari hingga April 2021, diprioritaskan untuk tenaga kesehatan, warga lanjut usia dan petugas yang bekerja di sektor pelayanan publik.
Gelombang kedua berlangsung pada April 2021 hingga Maret 2022, untuk masyarakat rentan yang berada di daerah berisiko penularan tinggi.
Program ini menyasar sekitar 181 juta orang, atau 70 persen dari total penduduk Indonesia untuk menciptakan kekebalan kolektif atau herd immunity.
Baca juga: Pemkot Kupang alokasikan 40 dosis vaksin untuk wartawan
Baca juga: Presiden Jokowi: Pengembangan vaksin di Tanah Air harus terus didukung
Selain vaksinasi gratis, Indonesia juga akan mengadakan vaksinasi mandiri atau vaksinasi gotong royong setelah program pemerintah.