Chicago (ANTARA) - Harga emas memperpanjang kenaikannya untuk hari kedua beruntun pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), didukung oleh penurunan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS setelah data menunjukkan penjualan ritel AS secara tak terduga terhenti pada April.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, melonjak 14,1 dolar AS atau 0,77 persen menjadi ditutup pada 1.838,10 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (13/5/2021), emas berjangka menguat 1,2 dolar AS atau 0,07 persen menjadi 1.824,00 dolar AS.

Emas berjangka anjlok 13,3 dolar AS atau 0,72 persen menjadi 1.822,8 dolar AS pada Rabu (12/5/2021), setelah turun 1,5 dolar AS atau 0,08 persen menjadi 1.836,10 dolar AS pada Selasa (11/5/2021), dan terangkat 6,3 dolar AS atau 0,34 persen menjadi 1.837,60 dolar AS pada Senin (10/5/2021).

Dolar dan imbal hasil riil "perlu tetap mendukung emas untuk naik dalam waktu dekat," kata Suki Cooper, seorang analis di Standard Chartered.

"Kecuali koreksi jangka pendek, Fed yang dovish dan ekspektasi inflasi yang meningkat kemungkinan akan menjaga risiko harga emas cenderung meningkat selama tahun ini."

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun turun, mendukung daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil. Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya juga merosot 0,4 persen, membuat emas lebih murah bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.

"Data mengecewakan (penjualan ritel) juga membuka pintu bagi harga emas untuk menembus rintangan berikutnya di sekitar 1.850 dolar AS per ounce," tambah Cooper.

Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan ritel AS pada dasarnya tidak berubah pada April, menyusul kenaikan 10,7 persen yang direvisi pada Maret dan juga lebih buruk dari yang diperkirakan.

Data ekonomi utama AS lainnya minggu ini menunjukkan kenaikan harga konsumen yang lebih besar dari perkiraan dan penurunan klaim pengangguran mingguan ke level terendah 14 bulan, meningkatkan kekhawatiran atas kenaikan inflasi dan prospek suku bunga yang lebih tinggi.

Namun, para pejabat Federal Reserve telah bersikukuh bahwa mereka memperkirakan setiap kenaikan inflasi akan berumur pendek, sementara berjanji untuk mempertahankan suku bunga rendah sampai ekonomi mencapai lapangan kerja penuh.

"The Fed tidak akan menghentikan pemulihan ekonomi dengan menaikkan suku bunga," kata analis StoneX, Rhona O'Connell. “Ada terlalu banyak risiko yang terlibat untuk memulai pengurangan atau menaikkan suku bunga secara agresif karena tidak cukup kekuatan yang mendasari perekonomian.”

“Kami memiliki masalah global, dan terutama dengan ketidakpastian di tempat-tempat seperti Brazil dan India,” katanya, mengacu pada kedua negara yang sekarang melaporkan jumlah tertinggi infeksi dan kematian COVID-19 harian.

Baca juga: Dolar AS tergelincir setelah kekhawatiran inflasi reda

Penghitungan total infeksi virus corona di India naik melampaui 24 juta pada Jumat (14/5/2021), dengan pembatasan yang meluas juga berdampak pada permintaan emas fisik.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 30,6 sen atau 1,13 persen menjadi ditutup pada 27,365 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik 16,3 dolar AS atau 1,35 persen menjadi ditutup pada 1.222,8 dolar AS per ounce.

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024