Kuala Lumpur (ANTARA) - Pemimpin oposisi Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim meminta Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong, Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah menghentikan Proklamasi Darurat yang telah ditetapkan di negara tersebut dalam rangka membendung COVID-19.
Presiden PKR tersebut mengemukakan hal itu kepada media di Kuala Lumpur, Rabu, (9/6) usai menghadap Yang di-Pertuan Agong dari pintu dua Istana Negara.
Anggota parlemen dari Daerah Pemilihan Port Dickson ini tiba di Istana Negara pada pukul 10.37 pagi dengan menaiki mobil jenis Jaguar berwarna hitam.
Anwar Ibrahim melakukan pertemuan dengan Yang di-pertuan Agong selama satu jam.
Anwar mengemukakan pandangan tentang penamatan Proklamasi Darurat karena pelaksanaan Proklamasi Darurat tidak membantu mengurangi infeksi COVID-19 selain hanya membebankan rakyat khususnya golongan bawah.
Pada kesempatan tersebut Anwar Ibrahim juga menyampaikan laporan dan dokumen dukungan yang dikemukakan kepada Al-Sultan Abdullah untuk dijadikan pertimbangan.
"Kita tengok semua langkah yang perlu dilakukan tidak memerlukan darurat. Kita meminta kepada tuanku supaya menghadang dilanjutkannya Proklamasi Darurat walaupun beliau mengatakan tergantung kepada semangat raja sesuai undang-undang dan nasihat Perdana Menteri," katanya.
Dia juga menyampaikan agar parlemen dibuka kembali untuk memberikan keyakinan investor terhadap keadaan ekonomi negara.
Selain Anwar Ibrahim, Sekjen DAP Lim Guan Eng selaku ketua partai juga telah menghadap Yang di-Pertuan Agong raja.
Sementara itu Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin mengagendakan pertemuan dengan Raja-Raja Melayu di Istana Negara pada Rabu (16/6).
Juru Bicara Istana Negara Dato' Indera Ahmad Fadil Shamsuddin di Kuala Lumpur, Rabu, mengatakan pertemuan khusus raja-raja Melayu tersebut merupakan inisiatif Yang di-Pertuan Agong.
"Perbincangan khusus raja-raja Melayu ini berkaitan dengan usaha-usaha memerangi penularan infeksi wabah COVID-19 dan pelaksanaannya selama tempo darurat," katanya.
Baca juga: Malaysia selidiki dugaan penahanan warganya di Israel
Indera mengatakan perbincangan khusus ini adalah yang kedua kalinya semenjak Yang d-Pertuan Agong naik tahta pada 31 Januari 2019.
Baca juga: Polisi Malaysia menangkap dua orang penyiksa PRT WNI
"Pertemuan pertama dilakukan pada 25 Oktober 2020 di Istana Negara," katanya.
Presiden PKR tersebut mengemukakan hal itu kepada media di Kuala Lumpur, Rabu, (9/6) usai menghadap Yang di-Pertuan Agong dari pintu dua Istana Negara.
Anggota parlemen dari Daerah Pemilihan Port Dickson ini tiba di Istana Negara pada pukul 10.37 pagi dengan menaiki mobil jenis Jaguar berwarna hitam.
Anwar Ibrahim melakukan pertemuan dengan Yang di-pertuan Agong selama satu jam.
Anwar mengemukakan pandangan tentang penamatan Proklamasi Darurat karena pelaksanaan Proklamasi Darurat tidak membantu mengurangi infeksi COVID-19 selain hanya membebankan rakyat khususnya golongan bawah.
Pada kesempatan tersebut Anwar Ibrahim juga menyampaikan laporan dan dokumen dukungan yang dikemukakan kepada Al-Sultan Abdullah untuk dijadikan pertimbangan.
"Kita tengok semua langkah yang perlu dilakukan tidak memerlukan darurat. Kita meminta kepada tuanku supaya menghadang dilanjutkannya Proklamasi Darurat walaupun beliau mengatakan tergantung kepada semangat raja sesuai undang-undang dan nasihat Perdana Menteri," katanya.
Dia juga menyampaikan agar parlemen dibuka kembali untuk memberikan keyakinan investor terhadap keadaan ekonomi negara.
Selain Anwar Ibrahim, Sekjen DAP Lim Guan Eng selaku ketua partai juga telah menghadap Yang di-Pertuan Agong raja.
Sementara itu Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin mengagendakan pertemuan dengan Raja-Raja Melayu di Istana Negara pada Rabu (16/6).
Juru Bicara Istana Negara Dato' Indera Ahmad Fadil Shamsuddin di Kuala Lumpur, Rabu, mengatakan pertemuan khusus raja-raja Melayu tersebut merupakan inisiatif Yang di-Pertuan Agong.
"Perbincangan khusus raja-raja Melayu ini berkaitan dengan usaha-usaha memerangi penularan infeksi wabah COVID-19 dan pelaksanaannya selama tempo darurat," katanya.
Baca juga: Malaysia selidiki dugaan penahanan warganya di Israel
Indera mengatakan perbincangan khusus ini adalah yang kedua kalinya semenjak Yang d-Pertuan Agong naik tahta pada 31 Januari 2019.
Baca juga: Polisi Malaysia menangkap dua orang penyiksa PRT WNI
"Pertemuan pertama dilakukan pada 25 Oktober 2020 di Istana Negara," katanya.