Kupang (Antara NTT) - Kepala Bidang Humas Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang, Abdul Wahab Sidin mengatakan, pasokan ikan kembung untuk masyarakat setempat masih aman menjelang Natal meskipun kondisi cuaca buruk mulai melanda perairan Nusa Tenggara Timur.
"Pasokan ikan kembung masih aman karena kapal-kapal mini purse seine yang melaut di perairan dekat tidak terlalu terdampak cuaca buruk seperti yang terjadi saat ini di perairan selatan Pulau Timor," katanya saat dihubungi Antara di Kupang, Jumat.
Wahab Sidin yang juga nelayan yang berbasis di TPI Tenau Kupang itu menjelaskan, puluhan kapal mini purse seine yang berbasis di Kota Kupang masih melaut di perairan dekat seperti Teluk Kupang, Tablolong dan sekitarnya.
Hasil tangkapan ikan kembung, katanya, biasanya langsung dijual di pasaran dengan hitungan harga sekitar Rp300.000-Rp500.000 per ember tergantung ukuran.
Ia mengakui, pasokan ikan kembung sangat dibutuhkan umumnya masyarakat di ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur untuk kebutuhan sehari-hari sehingga jika pasokannya melemah bisa menimbulkan gejolak.
"Ikan kembung memang banyak dibeli karena murah. Rp20.000 saja bisa dapat lebih dari 20 ekor dan itu cukup untuk sehari," katanya.
Ia mengakui, di sisi lain pasokan ikan kembung sendiri merupakan salah satu komoditas yang diperhitungkan karena berdampak pada kondisi inflasi di daerah setempat jika berkurang yang mengakibatkan harganya mahal.
"Namun untuk akhir tahun atau menyambut Tahun Baru 2018 ini masih aman selama kapal-kapal mini purse sein ini tetap beroperasi," katanya.
Wahab menyebutkan, pasokan ikan yang diperkirakan akan melemah ke depannya akibat cuaca buruk seperti ikan tuna, cakalang, pelagis besar dan belang kuning.
Kondisi itu karena puluhan kapal cakalang yang berbasis di Kota Kupang parkir akibat cuaca buruk di perairan selatan Pulau Timor yang menjadi area fishing ground.
Tidak hanya kapal-kapal cakalang setempat, kapal dari luar daerah seperti Bali juga sudah kembali ke daerahnya sejak minggu lalu akibat musim barat atau angin kencang.
"Sehingga pasokan ikan dari kapal cakalang akan melemah, dan kondisi musim barat ini akan berlangsung lama bisa sampai Maret 2018," demikian Abdul Wahab Sidin.
"Pasokan ikan kembung masih aman karena kapal-kapal mini purse seine yang melaut di perairan dekat tidak terlalu terdampak cuaca buruk seperti yang terjadi saat ini di perairan selatan Pulau Timor," katanya saat dihubungi Antara di Kupang, Jumat.
Wahab Sidin yang juga nelayan yang berbasis di TPI Tenau Kupang itu menjelaskan, puluhan kapal mini purse seine yang berbasis di Kota Kupang masih melaut di perairan dekat seperti Teluk Kupang, Tablolong dan sekitarnya.
Hasil tangkapan ikan kembung, katanya, biasanya langsung dijual di pasaran dengan hitungan harga sekitar Rp300.000-Rp500.000 per ember tergantung ukuran.
Ia mengakui, pasokan ikan kembung sangat dibutuhkan umumnya masyarakat di ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur untuk kebutuhan sehari-hari sehingga jika pasokannya melemah bisa menimbulkan gejolak.
"Ikan kembung memang banyak dibeli karena murah. Rp20.000 saja bisa dapat lebih dari 20 ekor dan itu cukup untuk sehari," katanya.
Ia mengakui, di sisi lain pasokan ikan kembung sendiri merupakan salah satu komoditas yang diperhitungkan karena berdampak pada kondisi inflasi di daerah setempat jika berkurang yang mengakibatkan harganya mahal.
"Namun untuk akhir tahun atau menyambut Tahun Baru 2018 ini masih aman selama kapal-kapal mini purse sein ini tetap beroperasi," katanya.
Wahab menyebutkan, pasokan ikan yang diperkirakan akan melemah ke depannya akibat cuaca buruk seperti ikan tuna, cakalang, pelagis besar dan belang kuning.
Kondisi itu karena puluhan kapal cakalang yang berbasis di Kota Kupang parkir akibat cuaca buruk di perairan selatan Pulau Timor yang menjadi area fishing ground.
Tidak hanya kapal-kapal cakalang setempat, kapal dari luar daerah seperti Bali juga sudah kembali ke daerahnya sejak minggu lalu akibat musim barat atau angin kencang.
"Sehingga pasokan ikan dari kapal cakalang akan melemah, dan kondisi musim barat ini akan berlangsung lama bisa sampai Maret 2018," demikian Abdul Wahab Sidin.