Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi tertekan, menjelang rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS).
Pada pukul 9.46 WIB rupiah melemah 56 poin atau 0,39 persen ke posisi Rp14.559 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.503 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Jumat, mengatakan, rupiah kemungkinan masih melemah hari ini terhadap dolar AS.
"Pasar masih menantikan data tenaga kerja AS versi pemerintah yang akan dirilis malam ini, yang diekspektasikan lebih bagus dari perkiraan. Data tenaga kerja yang membaik bisa menaikkan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan perubahan kebijakan moneter AS ke arah yang lebih ketat," ujar Ariston.
Selain itu pelaku pasar global juga mulai mengkhawatirkan varian Delta COVID-19 yang sudah menaikkan kasus harian baru di sejumlah negara.
Sementara di dalam negeri, PPKM Darurat yang menerapkan pembatasan aktivitas ekonomi yang lebih ketat bisa menjadi faktor penekan rupiah. Pelambatan ekonomi lebih berpeluang terjadi karena pembatasan ekonomi yang lebih ketat.
"Kemarin juga dilaporkan terjadi deflasi di bulan Juni di Indonesia. Deflasi bisa diartikan penurunan permintaan atau konsumsi. Dan ini bisa mengindikasikan pelambatan ekonomi," kata Ariston.
Baca juga: Kurs Dolar AS alami kenaikan
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi melemah ke arah Rp14.550 per dolar AS dengan potensi penguatan di kisaran Rp14.470 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah masih dibayangi peningkatan kasus COVID-19
Pada Kamis (1/7) lalu rupiah ditutup melemah 3 poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.503 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.500 per dolar AS.
Pada pukul 9.46 WIB rupiah melemah 56 poin atau 0,39 persen ke posisi Rp14.559 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.503 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Jumat, mengatakan, rupiah kemungkinan masih melemah hari ini terhadap dolar AS.
"Pasar masih menantikan data tenaga kerja AS versi pemerintah yang akan dirilis malam ini, yang diekspektasikan lebih bagus dari perkiraan. Data tenaga kerja yang membaik bisa menaikkan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan perubahan kebijakan moneter AS ke arah yang lebih ketat," ujar Ariston.
Selain itu pelaku pasar global juga mulai mengkhawatirkan varian Delta COVID-19 yang sudah menaikkan kasus harian baru di sejumlah negara.
Sementara di dalam negeri, PPKM Darurat yang menerapkan pembatasan aktivitas ekonomi yang lebih ketat bisa menjadi faktor penekan rupiah. Pelambatan ekonomi lebih berpeluang terjadi karena pembatasan ekonomi yang lebih ketat.
"Kemarin juga dilaporkan terjadi deflasi di bulan Juni di Indonesia. Deflasi bisa diartikan penurunan permintaan atau konsumsi. Dan ini bisa mengindikasikan pelambatan ekonomi," kata Ariston.
Baca juga: Kurs Dolar AS alami kenaikan
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi melemah ke arah Rp14.550 per dolar AS dengan potensi penguatan di kisaran Rp14.470 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah masih dibayangi peningkatan kasus COVID-19
Pada Kamis (1/7) lalu rupiah ditutup melemah 3 poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.503 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.500 per dolar AS.