Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan dilakukan hari ini tidak banyak mempengaruhi nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Melihat pergerakan rupiah belakangan ini dan potensi ancaman perang dagang, BI mungkin tidak akan menurunkan suku bunganya pada RDG hari ini, dan mungkin tidak banyak mempengaruhi rupiah,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu, (15/1).
Dia menilai bahwa ancaman perang dagang dan pelambatan ekonomi China masih membebani aset-aset berisiko, termasuk rupiah.
Di sisi lain, indeks dolar AS bergerak lebih rendah menjadi 109,23 dibandingkan Selasa pagi (14/1) yang sebesar 109,63.
Tekanan terhadap dolar AS disebabkan data inflasi produsen AS bulan Desember 2024 yang dirilis semalam di bawah ekspektasi pasar secara month to month (MoM), naik 0,2 persen dari sebelumnya 0,4 persen.
Pasar masih menantikan data inflasi konsumen AS yang akan dirilis malam ini. Inflasi utama AS diperkirakan akan naik 0,3 persen MoM dan meningkat dari 2,7 persen menjadi 2,8 persen year on year (YoY).
“Potensi pelemahan hari ini masih ke arah Rp16.300-Rp16.310, dengan potensi support di kisaran Rp16.200,” ungkap Ariston.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah 22 poin atau 0,14 persen menjadi Rp16.292 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.270 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah melemah seiring rencana Trump deklarasikan darurat nasional
Baca juga: Pengamat sebut Rupiah masih bisa melemah seiring sentimen positif dolar AS