Kupang (Antaranews NTT) - Sejumlah embung di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan jebol akibat banjir melanda wilayah itu selama beberapa pekan terakhir ini.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sabu Raijua, Pither Mara Rohi yang dihubungi Antara dari Kupang, Senin mengakui, selain embung-embung juga ada sejumlah ruas jalan yang rusak.
Hanya saja, pihaknya belum bisa turun ke lapangan untuk melakukan pendataan karena hujan masih saja terus mengguyur wilayah itu, katanya menjelaskan.
"Sejak bencana banjir pertama pada Minggu, (14/1) lalu, kami belum melakukan pendataan karena hujan terus terjadi di wilayah itu dan para petugas fokus memantau kondisi di lapangan," katanya.
Menurut dia, setiap hari para petugas selalu melakukan patroli ke lapangan untuk memantau kejadian di wilayah itu dan memberikan bantuan darurat.
"Kalau hujan sudah redah, kami akan segera melakukan pendataan untuk menghitung kerugian akibat bencana di daerah itu," kata Pither Mara Rohi.
Penghitungan kerugian ini kata dia, tentu harus melibatkan petugas dari Dinas Pekerjaan Umum karena ada sejumlah ruas jalan yang rusak dan juga embung-embung yang jebol, katanya menambahkan.
Mengenai penanganan darurat, dia mengatakan, kerusakan paling parah adalah infrastruktur jalan yang menghubungkan Seba-Liae di Desa Raimueda, Kecamatan Sabu Barat.
Akibat jalan yang putus sepanjang 12 meter itu, arus transportasi di daerah itu khususnya dari Seba, Ibu kota Sabu Raijua ke Kecamatan Liae mengalami gangguan.
"Ada jalan lain, namun untuk bisa ke Liem harus memutar sangat jauh yakni diperkirakan mencapai 30 kilometer. Belum lagi jalannya tidak semulus jalan yang putus ini," tambah Pither Mara Rohi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sabu Raijua, Pither Mara Rohi yang dihubungi Antara dari Kupang, Senin mengakui, selain embung-embung juga ada sejumlah ruas jalan yang rusak.
Hanya saja, pihaknya belum bisa turun ke lapangan untuk melakukan pendataan karena hujan masih saja terus mengguyur wilayah itu, katanya menjelaskan.
"Sejak bencana banjir pertama pada Minggu, (14/1) lalu, kami belum melakukan pendataan karena hujan terus terjadi di wilayah itu dan para petugas fokus memantau kondisi di lapangan," katanya.
Menurut dia, setiap hari para petugas selalu melakukan patroli ke lapangan untuk memantau kejadian di wilayah itu dan memberikan bantuan darurat.
"Kalau hujan sudah redah, kami akan segera melakukan pendataan untuk menghitung kerugian akibat bencana di daerah itu," kata Pither Mara Rohi.
Penghitungan kerugian ini kata dia, tentu harus melibatkan petugas dari Dinas Pekerjaan Umum karena ada sejumlah ruas jalan yang rusak dan juga embung-embung yang jebol, katanya menambahkan.
Mengenai penanganan darurat, dia mengatakan, kerusakan paling parah adalah infrastruktur jalan yang menghubungkan Seba-Liae di Desa Raimueda, Kecamatan Sabu Barat.
Akibat jalan yang putus sepanjang 12 meter itu, arus transportasi di daerah itu khususnya dari Seba, Ibu kota Sabu Raijua ke Kecamatan Liae mengalami gangguan.
"Ada jalan lain, namun untuk bisa ke Liem harus memutar sangat jauh yakni diperkirakan mencapai 30 kilometer. Belum lagi jalannya tidak semulus jalan yang putus ini," tambah Pither Mara Rohi.