Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Desa Bipolo Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur Matheos Tapikab mengatakan industri garam yang ada di daerahnya memberikan dampak positif bagi warga desa setempat, karena telah menyerap sedikitnya 200 tenaga kerja.
"Sudah 200 tenaga kerja yang terserap untuk produksi garam Bipolo ini yang berasal dari Desa Bipolo maupun desa tetangga dari Oeteta dan Oelatino," kata Kepala Desa Bipolo Matheos Tapikab saat dihubungi Antara di Kupang, Jumat.
Ia mengatakan, ratusan tenaga kerja perempuan dan laki-laki itu merupakan pekerja harian dengan pendapatan setiap orang sebesar Rp55.000 per hari.
"Meskipun untuk makan mereka tanggung sendiri tapi pendapatan ini sudah bisa membantu perekonomian mereka di masing-masing keluarga mereka," katanya.
Matheos menjelaskan, produksi garam Bipolo yang dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Garam Indonesia itu ditargetkan memanfaatkan lahan seluas 400 hektare dengan kondisi lahan potensial produksi seluas 318 hektare.
Pada awalnya, katanya, produksi garam yang diujicobakan memanfaatkan lahan seluas 2 hektare dan mampu menghasilkan garam sebanyak 327 ton.
"Sementara produksi sepanjang tahun 2017 sampai sekarang sudah mencapai 12 hektare dan sebelumnya saya tanyakan produksi mereka mencapai 3.700 ton," katanya.
Ia berharap, pemanfaatan ratusan hektare lahan potensial lainnya bisa berkembang lebih cepat sehingga semakin banyak pula tenga kerja lokal yang terserap.
Pemerintah desa, katanya, tetap mendukung investasi produksi garam tersebut dengan memastikan aspek keamanan dan kelancarannya.
Selain itu, dukungan juga dilakukan dengan menghibakan lahan seluas 15 hektare untuk pembangunan pabrik dan gudang yang telah direcnanakan PT Garam.
"Lahan ini telah dihibakan keluarga kami, secara lisan sudah disepakati tinggal secara tertulisnya, karena katanya PT Garam mau membangun pabrik dan gudang di sini," katanya.
Ia menambahkan, namun pihaknya masih menunggu realisasi pembangunan pabrik dan gudang yang dimaksud karena hingga saat ini belum ada terlaksana.
"Sudah 200 tenaga kerja yang terserap untuk produksi garam Bipolo ini yang berasal dari Desa Bipolo maupun desa tetangga dari Oeteta dan Oelatino," kata Kepala Desa Bipolo Matheos Tapikab saat dihubungi Antara di Kupang, Jumat.
Ia mengatakan, ratusan tenaga kerja perempuan dan laki-laki itu merupakan pekerja harian dengan pendapatan setiap orang sebesar Rp55.000 per hari.
"Meskipun untuk makan mereka tanggung sendiri tapi pendapatan ini sudah bisa membantu perekonomian mereka di masing-masing keluarga mereka," katanya.
Matheos menjelaskan, produksi garam Bipolo yang dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Garam Indonesia itu ditargetkan memanfaatkan lahan seluas 400 hektare dengan kondisi lahan potensial produksi seluas 318 hektare.
Pada awalnya, katanya, produksi garam yang diujicobakan memanfaatkan lahan seluas 2 hektare dan mampu menghasilkan garam sebanyak 327 ton.
"Sementara produksi sepanjang tahun 2017 sampai sekarang sudah mencapai 12 hektare dan sebelumnya saya tanyakan produksi mereka mencapai 3.700 ton," katanya.
Ia berharap, pemanfaatan ratusan hektare lahan potensial lainnya bisa berkembang lebih cepat sehingga semakin banyak pula tenga kerja lokal yang terserap.
Pemerintah desa, katanya, tetap mendukung investasi produksi garam tersebut dengan memastikan aspek keamanan dan kelancarannya.
Selain itu, dukungan juga dilakukan dengan menghibakan lahan seluas 15 hektare untuk pembangunan pabrik dan gudang yang telah direcnanakan PT Garam.
"Lahan ini telah dihibakan keluarga kami, secara lisan sudah disepakati tinggal secara tertulisnya, karena katanya PT Garam mau membangun pabrik dan gudang di sini," katanya.
Ia menambahkan, namun pihaknya masih menunggu realisasi pembangunan pabrik dan gudang yang dimaksud karena hingga saat ini belum ada terlaksana.