Kupang (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur menyatakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 4 di Nusa Tenggara Timur berpotensi menahan percepatan pertumbuhan ekonomi NTT di triwulan III 2021.
'Pertumbuhan perekonomian di NTT tahun 2021 diperkirakan tumbuh sebesar 2,78-3,58 persen, akan tetapi penebalan PPKM dan penerapan PPKM level 4 di NTT berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi di daerah ini," kata Kepala Perwakilan BI NTT I Nyoman Ariawan Atmaja di Kupang, Jumat, (20/8).
Hal ini disampaikannya dalam pertemuan secara virtual dengan tajuk Sasando Dia dengan pihak Otoritas Jasa Keuangan NTT, dan Kantor Wilayah Ditjen Perbendaraan NTT.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2021 ini lebih rendah dari triwulan II 2021. Dimana pada triwulan II itu pertumbuhan ekonomi NTT hanya sebesar 4,22 persen atau lebih rendah dari nasional sebesar 7,07 persen.
Di sektor perdagangan misalnya PPKM level 4 berpotensi menahan pertumbuhan lapangan usaha makanan, minuman dan transportasi serta mobilitas masyarakat di sektor perdagangan.
Di sisi lain realisasi belanja AOBD berpotesi menurun akibat recofusing dan penurunan pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah daerah.
"Dampaknya tentu saja pinjaman kepada PT. SMI senilai Rp1,1 triliun akan teralisasi pada bulan Agustus ini," ujar dia.
Untuk dapat memulihkan perekonomian di NTT dia mengusulkan agar pemerintah NTT sampai ke pemerintah daerahnya untuk mempercepat vaksinasi COVID-19 di setiap daerah.
"Sebab program percepatan vaksinasi COVID-19 di NTT menjadi faktor penentu dalam pemulihan ekonomi," ujar dia.
Baca juga: BI perkirakan ekonomi NTT 2021 tumbuh berkisar 3,18-4,18 persen
BI NTT mencatat realisasi vaksinasi COVID-19 di NTT per 17 Agustus 2021 untuk dosis I sebesar 16,77 persen atau 642,362 orang dan vaksinasi dosis II sebesar 10,21 persen atau 391.144 orang.
Baca juga: Gubernur BI pastikan dampak tapering Fed tidak akan sebesar tahun 2013
Sejumlah kendala dan tantangan yang perlu ditangani seperti kurangnya pemahaman akan vaksinasi dan informasi bohong terkait vaksin yang mempengaruhi masyarakat.
'Pertumbuhan perekonomian di NTT tahun 2021 diperkirakan tumbuh sebesar 2,78-3,58 persen, akan tetapi penebalan PPKM dan penerapan PPKM level 4 di NTT berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi di daerah ini," kata Kepala Perwakilan BI NTT I Nyoman Ariawan Atmaja di Kupang, Jumat, (20/8).
Hal ini disampaikannya dalam pertemuan secara virtual dengan tajuk Sasando Dia dengan pihak Otoritas Jasa Keuangan NTT, dan Kantor Wilayah Ditjen Perbendaraan NTT.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2021 ini lebih rendah dari triwulan II 2021. Dimana pada triwulan II itu pertumbuhan ekonomi NTT hanya sebesar 4,22 persen atau lebih rendah dari nasional sebesar 7,07 persen.
Di sektor perdagangan misalnya PPKM level 4 berpotensi menahan pertumbuhan lapangan usaha makanan, minuman dan transportasi serta mobilitas masyarakat di sektor perdagangan.
Di sisi lain realisasi belanja AOBD berpotesi menurun akibat recofusing dan penurunan pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah daerah.
"Dampaknya tentu saja pinjaman kepada PT. SMI senilai Rp1,1 triliun akan teralisasi pada bulan Agustus ini," ujar dia.
Untuk dapat memulihkan perekonomian di NTT dia mengusulkan agar pemerintah NTT sampai ke pemerintah daerahnya untuk mempercepat vaksinasi COVID-19 di setiap daerah.
"Sebab program percepatan vaksinasi COVID-19 di NTT menjadi faktor penentu dalam pemulihan ekonomi," ujar dia.
Baca juga: BI perkirakan ekonomi NTT 2021 tumbuh berkisar 3,18-4,18 persen
BI NTT mencatat realisasi vaksinasi COVID-19 di NTT per 17 Agustus 2021 untuk dosis I sebesar 16,77 persen atau 642,362 orang dan vaksinasi dosis II sebesar 10,21 persen atau 391.144 orang.
Baca juga: Gubernur BI pastikan dampak tapering Fed tidak akan sebesar tahun 2013
Sejumlah kendala dan tantangan yang perlu ditangani seperti kurangnya pemahaman akan vaksinasi dan informasi bohong terkait vaksin yang mempengaruhi masyarakat.