Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan situasi pandemi COVID-19 membangkitkan potensi luar biasa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Dia menekankan situasi pandemi COVID-19 menjadi pemicu untuk memikirkan ulang berbagai hal, mulai dari konsep pendidikan, sistem kesehatan, dan pembangunan infrastruktur.
“Pandemi ini memaksa kita meninggalkan cara kerja lama yang lamban dan tidak efisien menuju cara kerja baru yang berbasis teknologi,” kata Moeldoko dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Dia mencontohkan, data sebaran penyakit yang dulunya hanya tersedia sekali dalam setahun, kini tersedia setiap hari. Selain ini, situasi pandemi menuntut pemerintah untuk mampu memantau perkembangan penyakit dan situasi kesehatan masyarakat setiap hari.
“Kita membuktikan bahwa kita bisa melakukan hal itu. Memang kadang kita harus dipaksa masuk ke kondisi krisis dulu, baru bisa melakukan hal yang luar biasa,” kata Moeldoko.
Menurut mantan Panglima TNI ini, tantangan dalam situasi global juga menciptakan dunia yang selalu berubah dengan cepat, penuh risiko, dengan situasi yang kompleks, dan penuh kejutan.
“Dulu kita tidak pernah membayangkan work from home, namun sekarang ini menjadi hal normal,” lanjut Moeldoko.
Baca juga: Negara G-20 puji kinerja penanggulangan pandemi di Indonesia
Baca juga: Wapres sebut Pemerintah sedang menyiapkan skenario endemi COVID-19
Walaupun COVID-19 mengubah sektor dengan sangat cepat dan semua negara gagap menghadapinya, dia mengatakan bahwa pemerintah Indonesia selalu bersiap menghadapi pandemi dengan tiga kebijakan besar.
Pertama, melalui pendekatan kesehatan, dimana tidak boleh banyak orang yang meninggal akibat COVID-19.
Kedua, melalui pendekatan perut, dimana jangan ada perut masyarakat yang kosong.
Ketiga, melalui pendekatan insentif, dimana jangan sampai usaha baik koperasi maupun korporasi berhenti akibat pandemi.
Moeldoko juga menambahkan bahwa saat ini, pemerintah masih menyusun kebijakan pergeseran dari pandemi ke endemi. Namun, salah satu kalkulasi yang harus dipertimbangkan adalah munculnya varian-varian baru.
“Meski optimis, kita harus tetap hati-hati. Mobilitas penduduk kini sudah mulai meningkat lagi. Jangan sampai pemerintah terpaksa menerapkan PPKM Darurat lagi,” katanya mengingatkan.
Dia menekankan situasi pandemi COVID-19 menjadi pemicu untuk memikirkan ulang berbagai hal, mulai dari konsep pendidikan, sistem kesehatan, dan pembangunan infrastruktur.
“Pandemi ini memaksa kita meninggalkan cara kerja lama yang lamban dan tidak efisien menuju cara kerja baru yang berbasis teknologi,” kata Moeldoko dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Dia mencontohkan, data sebaran penyakit yang dulunya hanya tersedia sekali dalam setahun, kini tersedia setiap hari. Selain ini, situasi pandemi menuntut pemerintah untuk mampu memantau perkembangan penyakit dan situasi kesehatan masyarakat setiap hari.
“Kita membuktikan bahwa kita bisa melakukan hal itu. Memang kadang kita harus dipaksa masuk ke kondisi krisis dulu, baru bisa melakukan hal yang luar biasa,” kata Moeldoko.
Menurut mantan Panglima TNI ini, tantangan dalam situasi global juga menciptakan dunia yang selalu berubah dengan cepat, penuh risiko, dengan situasi yang kompleks, dan penuh kejutan.
“Dulu kita tidak pernah membayangkan work from home, namun sekarang ini menjadi hal normal,” lanjut Moeldoko.
Baca juga: Negara G-20 puji kinerja penanggulangan pandemi di Indonesia
Baca juga: Wapres sebut Pemerintah sedang menyiapkan skenario endemi COVID-19
Walaupun COVID-19 mengubah sektor dengan sangat cepat dan semua negara gagap menghadapinya, dia mengatakan bahwa pemerintah Indonesia selalu bersiap menghadapi pandemi dengan tiga kebijakan besar.
Pertama, melalui pendekatan kesehatan, dimana tidak boleh banyak orang yang meninggal akibat COVID-19.
Kedua, melalui pendekatan perut, dimana jangan ada perut masyarakat yang kosong.
Ketiga, melalui pendekatan insentif, dimana jangan sampai usaha baik koperasi maupun korporasi berhenti akibat pandemi.
Moeldoko juga menambahkan bahwa saat ini, pemerintah masih menyusun kebijakan pergeseran dari pandemi ke endemi. Namun, salah satu kalkulasi yang harus dipertimbangkan adalah munculnya varian-varian baru.
“Meski optimis, kita harus tetap hati-hati. Mobilitas penduduk kini sudah mulai meningkat lagi. Jangan sampai pemerintah terpaksa menerapkan PPKM Darurat lagi,” katanya mengingatkan.