Kupang (AntaraNews NTT) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya mengklaim bahwa angka gizi buruk di provinsi ini terus mengalami penurunan sekitar 8,02 persen dari 3.340 balita penderita gizi buruk pada 2015 menjadi 3.072 penderita pada 2016.

"Namun, angka gizi buruk untuk 2017, sampai sejauh ini belum tercover oleh dinas terkait, sehingga belum bisa dijadikan sebagai pembanding" kata Frans Lebu Raya saat menyampaikan laporan pertanggungjawaban akhir masa jabatan gubernur NTT tahun 2013-2016 kepada DPRD NTT melalui sidang paripurna yang dipimpin ketuanya Anwar Pua Geno, Jumat.

Data Dinas Kesehatan NTT menyebutkan, kondisi gizi buruk di NTT pada tahun 2013 telah menimpah sebanyak 6.733 balita yang menyebar di 22 kabupaten/kota. Jumlah tersebut menurun drastis pada 2014 menjadi 3.351 balita, 2015 sebanyak 3.340 balita, dan 2016 sebanyak 3.072 balita.

Dijelaskan, kondisi gizi buruk berkaitan dengan permasalahan kesehatan, disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperberat penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan secara individual.

Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhi status gizi ibu hamil dan ibu menyusui.

Menurut Gubernur Lebu Raya, angka gizi buruk terus terkoreksi menurun juga berkat kontribusi kehadiran program revolusi kesehatan ibu dan anak (KIA) yang dimulai sejak 2009.

Program KIA, katanya, dikembangkan secara terencana supaya setiap ibu hamil dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai. "Dengan begitu bayi baru lahir atau neo natal juga bisa mendapatkan pertolongan yang memadai," katanya.

Ia beharap, program KIA terus digencarkan di masa mendatang sehingga secara bertahap bisa menangani persoalan gizi buruk yang masih melanda balita-balita di daerah setempat, selain itu pula untuk menekan angka kematian ibu dan anak.

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024