Jakarta (ANTARA) - Konsultasi kesehatan melalui fasilitas daring atau telemedisin dinilai bisa meningkatkan akses orang-orang terutama perempuan ke perawatan kesehatan dan kontrasepsi yang pada gilirannya bisa mengurangi kehamilan tidak direncanakan.
Hal ini diungkapkan oleh Honorary Treasurer & Chairman of Health Technologies, Devices & Innovation Chapter, Malaysian Pharmacists Society, Jack Shen Lim di sela diskusi virtual Asia Pacifik bertajuk "#TakeControl : Membentuk Kesehatan Digital untuk Perempuan dalam Dekade COVID-19," Jumat, (24/9).
Menurut Jack, di sinilah pentingnya keberadaan platfrom lokal yang dapat para perempuan akses secara nyaman dan privat di rumah mereka.
Di Indonesia, para perempuan sudah bisa mengakses layanan konsultasi Keluarga Berencana daring melalui aplikasi. Mereka bisa mendapatkan informasi yang benar dari tenaga kesehatan mulai dari layanan KB hingga pengingat waktu meminum pil KB demi menghindari putus pakai kontrasepsi yang bisa berujung kehamilan tak diinginkan.
Lebih lanjut mengenai pemanfaatan layanan daring, OBYGN & Digital Thought Leader sekaligus President of Quezon City Medical Society District IV di Filipina, Dr. Michelle Dado berpendapat, perlunya para profesional kesehatan menjadi lebih paham secara digital dan menerjemahkan apa yang mereka lakukan dalam konsultasi tatap muka ke platform daring.
"Ini akan membantu memutus siklus informasi yang salah secara daring yang berikutnya dapat menyebabkan banyak perempuan muda membuat pilihan kontrasepsi berdasarkan informasi yang salah," kata dia.
Terkait akses perempuan pada kontrasepsi, Head of Medical Affairs, Pharmaceuticals Division Asia/Pasific, Bayer, Dr. Shivani Kapur mendorong kolaborasi antara para pemegang kebijakan dan inovasi digital dalam mendukung keluarga berencana dengan akses kontrasepsi yang tidak terhambat, serta meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan perempuan, keluarga berencana dan kontrasepsi.
Baca juga: Riset: Aplikasi kesehatan dan fitness kian diminati
Pandemi COVID-19 setahun terakhir menjadi salah satu penyebab keterlambatan perempuan mengakses fasilitas medis secara fisik, dokter, obat-obatan termasuk mendapatkan informasi keluarga berencana.
Baca juga: Gejala depresi yang perlu diwaspadai
Data dari International Planned Parenthood menunjukkan, pada April 2020 sebanyak 5.633 klinik statis dan bergerak serta layanan perawatan berbasis komunitas di 64 negara ditutup karena pandemi.
Di satu sisi, Direktur Program dan Kinerja, East South East Asia and Oceania Region (ESEAOR), Malaysia, International Planned Parenthood Federation, Dr. Jameel Zamir mencatat perempuan juga takut mencari perawatan kesehatan.
Hal ini diungkapkan oleh Honorary Treasurer & Chairman of Health Technologies, Devices & Innovation Chapter, Malaysian Pharmacists Society, Jack Shen Lim di sela diskusi virtual Asia Pacifik bertajuk "#TakeControl : Membentuk Kesehatan Digital untuk Perempuan dalam Dekade COVID-19," Jumat, (24/9).
Menurut Jack, di sinilah pentingnya keberadaan platfrom lokal yang dapat para perempuan akses secara nyaman dan privat di rumah mereka.
Di Indonesia, para perempuan sudah bisa mengakses layanan konsultasi Keluarga Berencana daring melalui aplikasi. Mereka bisa mendapatkan informasi yang benar dari tenaga kesehatan mulai dari layanan KB hingga pengingat waktu meminum pil KB demi menghindari putus pakai kontrasepsi yang bisa berujung kehamilan tak diinginkan.
Lebih lanjut mengenai pemanfaatan layanan daring, OBYGN & Digital Thought Leader sekaligus President of Quezon City Medical Society District IV di Filipina, Dr. Michelle Dado berpendapat, perlunya para profesional kesehatan menjadi lebih paham secara digital dan menerjemahkan apa yang mereka lakukan dalam konsultasi tatap muka ke platform daring.
"Ini akan membantu memutus siklus informasi yang salah secara daring yang berikutnya dapat menyebabkan banyak perempuan muda membuat pilihan kontrasepsi berdasarkan informasi yang salah," kata dia.
Terkait akses perempuan pada kontrasepsi, Head of Medical Affairs, Pharmaceuticals Division Asia/Pasific, Bayer, Dr. Shivani Kapur mendorong kolaborasi antara para pemegang kebijakan dan inovasi digital dalam mendukung keluarga berencana dengan akses kontrasepsi yang tidak terhambat, serta meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan perempuan, keluarga berencana dan kontrasepsi.
Baca juga: Riset: Aplikasi kesehatan dan fitness kian diminati
Pandemi COVID-19 setahun terakhir menjadi salah satu penyebab keterlambatan perempuan mengakses fasilitas medis secara fisik, dokter, obat-obatan termasuk mendapatkan informasi keluarga berencana.
Baca juga: Gejala depresi yang perlu diwaspadai
Data dari International Planned Parenthood menunjukkan, pada April 2020 sebanyak 5.633 klinik statis dan bergerak serta layanan perawatan berbasis komunitas di 64 negara ditutup karena pandemi.
Di satu sisi, Direktur Program dan Kinerja, East South East Asia and Oceania Region (ESEAOR), Malaysia, International Planned Parenthood Federation, Dr. Jameel Zamir mencatat perempuan juga takut mencari perawatan kesehatan.