Kupang (AntaraNews NTT) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur memprediksikan pertumbuhan ekonomi NTT akan meningkat dengan kisaran 4,98-5,38 persen pada 2018.
Analis BI Kantor Perwakilan Provinsi NTT Petrus Endria Effendhi di Kupang, Senin (26/3), mengemukakan akselerasi ekonomi ini diperkirakan disumbang dari peningkatan investasi pemerintah dan swasta untuk berbagai bidang seperti kelistrikan, sumber daya air, infrastruktur fasilitas publik dan pariwisata, serta telekomunikasi dan perdagangan ritel.
"Investasi bidang kelistrikan yang tinggi pada 2017 diperkirakan terus meningkat tahun ini seiring upaya pencapaian target rasio elektrifikasi menjadi 100 persen," katanya.
Ia menjelaskan, peningkatan investasi bidang sumber daya air terutama kelanjutan pembangunan Napungete di Kabupaten Sikka Pulau Flores serta dimulainya pembangunan Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Menurutnya, peningkatan jaringan irigasi juga turut menjadi pendorong utama akselerasi investasi pada 2018.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi NTT 2017 lebih lambat
Baca juga: 2017 Tahun Pemulihan Ekonomi Global
Kepala BI Perwakilan NTT Naek Tigor Sinaga (Foto Antara/Kornelis Kaha)
Selain itu, pembangunan infrastruktur publik dan pariwisata seperti akses jalan, perhotelan, serta penguatan jaringan telekomunikasi di provinsi berbasiskan kepulauan ini.
Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2018 diperkirakan masih melambat dengan kisaran 4,90-5,30 secara "year on year".
Menurutnya, kondisi ini dipengaruhi meningkatnya net impor antardaerah, seiring tingginya kebutuhan barang modal, bahan produksi dan konsumsi di awal 2018 dalam rangka memenuhi peningkatan investasi dan konsumi rumah tangga.
"Perlambatan diperkirakan ditahan peningkatan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi dan terus menguatnya konsumsi rumah tangga," kata Effendhi.
Selain itu, konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT) juga diperkirakan meningkat seiring persiapan menjelang Pilkada serentak 2018 di daerah setempat.
Secara sektoral, lanjutnya, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan diperkirakan melambat seiring belum tibanya masa panen dan kondisi cuaca buruk yang mengganggu produksi pertanian dan perikanan. Perlambatan ini bisa tertahan peningkatan sektor konstruksi serta perdagangan besar dan eceran pada triwulan I/2018.
Baca juga: Perekonomian NTT diperkirakan tumbuh 5,60 persen
. Kepala BI Perwakilan NTT Naek Tigor Sinaga (kanan) melakukan pertemuan dengan wartawan BI di Kupang.(ANTARA Foto/Kornelis Kaha)
Analis BI Kantor Perwakilan Provinsi NTT Petrus Endria Effendhi di Kupang, Senin (26/3), mengemukakan akselerasi ekonomi ini diperkirakan disumbang dari peningkatan investasi pemerintah dan swasta untuk berbagai bidang seperti kelistrikan, sumber daya air, infrastruktur fasilitas publik dan pariwisata, serta telekomunikasi dan perdagangan ritel.
"Investasi bidang kelistrikan yang tinggi pada 2017 diperkirakan terus meningkat tahun ini seiring upaya pencapaian target rasio elektrifikasi menjadi 100 persen," katanya.
Ia menjelaskan, peningkatan investasi bidang sumber daya air terutama kelanjutan pembangunan Napungete di Kabupaten Sikka Pulau Flores serta dimulainya pembangunan Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Menurutnya, peningkatan jaringan irigasi juga turut menjadi pendorong utama akselerasi investasi pada 2018.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi NTT 2017 lebih lambat
Baca juga: 2017 Tahun Pemulihan Ekonomi Global
Selain itu, pembangunan infrastruktur publik dan pariwisata seperti akses jalan, perhotelan, serta penguatan jaringan telekomunikasi di provinsi berbasiskan kepulauan ini.
Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2018 diperkirakan masih melambat dengan kisaran 4,90-5,30 secara "year on year".
Menurutnya, kondisi ini dipengaruhi meningkatnya net impor antardaerah, seiring tingginya kebutuhan barang modal, bahan produksi dan konsumsi di awal 2018 dalam rangka memenuhi peningkatan investasi dan konsumi rumah tangga.
"Perlambatan diperkirakan ditahan peningkatan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi dan terus menguatnya konsumsi rumah tangga," kata Effendhi.
Selain itu, konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT) juga diperkirakan meningkat seiring persiapan menjelang Pilkada serentak 2018 di daerah setempat.
Secara sektoral, lanjutnya, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan diperkirakan melambat seiring belum tibanya masa panen dan kondisi cuaca buruk yang mengganggu produksi pertanian dan perikanan. Perlambatan ini bisa tertahan peningkatan sektor konstruksi serta perdagangan besar dan eceran pada triwulan I/2018.
Baca juga: Perekonomian NTT diperkirakan tumbuh 5,60 persen