Pulau Adonara, NTT (AntaraNews NTT) - Warga masyarakat di Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minya (BBM) jenis bensin yang sudah berlangsung hingga dua minggu terakhir.
"Pasokan BBM jenis bensin ini sudah sangat langka di Witihama dan sekitarnya, dan sudah berlangsung sejak memasuki liburan Paskah hingga hari ini," kata seorang warga Desa Lamablawa, Kecamatan Witihama, Armand Lamablawa (30) kepada Antara di Witihama, Senin (2/4).
Ia mengemukakan, tidak hanya pasokan bensin di tingkat pedagang pengecer, namun beberapa layanan Pertamini yang beroperasi di Kecamatan Witihama juga mengalami kelangkaan stok.
Kondisi kelangkaan ini, lanjutnya, telah membuat harga bensin di tingkat pengecer mengalami kenaikan secara drastis dari semula Rp8.000 hingga Rp15.000 per liter.
"Harga bensin di tingkat pengecer sebenarnya Rp8.000 per liter, namun karena mulai langka maka dinaikkan secara bertahap menjadi Rp10.000/liter, kemudian Rp13.000/liter, dan sekarang malah berada pada posisi Rp15.000/liter. Syukur bisa dapat bensin dengan harga segitu," ujarnya.
Bahkan menurut infromasi dari warga lain yang mencari bensin eceran di wilayah kecamatan tetangga, kata Armand Lamablawa, mereka bahkan mendapatkan harga per liter mencapai Rp20.000.
Seorang warga lainnya setempat, Awaludin Ata Goran (28), juga mengeluhkan kelangkaan bensin yang hampir selalu dialami setiap memasuki musim liburan hari raya keagamaan.
Baca juga: Perlu kerja sama awasi BBM satu harga
Baca juga: Pertamina siapkan tambahan BBM di tengah laut
BBM Bersubsidi untuk para nelayan
"Untuk mendapatkan bensin, sudah beberapa hari ini saya harus mencari eceran di Kecamatan Klubagolit, itu pun dengan harga Rp15.000 per liter," katanya.
Menurutnya, kebanyakan warga mengeluh karena pedagang pengecer secara sewenang-wenang menaikkan harga bensin secara drastis, meskipun warga tetap membelinya karena tidak memiliki pilihan lain.
"Kami terpaksa membeli karena kebutuhan meskipun harganya melonjak drastis, kalau harus mengantre di SPBU di Kota Waiwerang sangat sulit dan bisa sepanjang hari di sana, belum lagi jarak tempuh ke sana juga jauh," katanya.
Sementara itu, seorang warga lainnya Tupen Tokan menduga kuat kelangkaan bensin di daerah setempat akibat penimbunan yang dilakukan oknum-oknum pedagang atau pengecer.
"Sekarang tidak ada informasi kelangkaan BBM secara nasional dan pasokan di SPBU juga aman, tapi kenapa di tingkat pengecer koq jadi langka, ini yang dipertanyakan," katanya.
Menurutnya, kondisi kelangkaan bensin tersebut telah meresahkan warga hampir semua daerah di Pulau Adonara, namun ia menyayangkan belum cepat ditanggapi pemerintah daerah setempat.
Baca juga: Polisi tangkap nelayan penimbun BBM bersubsidi
Baca juga: Kenaikan BBM dipengaruhi harga minyak dunia
Gubernur NTT Frans Lebu Raya mengawasi pengisian BBM di salah satu SPBU di Kota Kupang
"Seharusnya tiap menyambut liburan itu ada razia BBM dari pemerintah dengan aparat terkait di tingkat pedagang pengecer untuk memastikan pasokan ke masyarakat tetap aman dan menghindari adanya penimbunan karena sangat rawan," katanya.
Ia berharap, ke depannya pihak pemerintah daerah setempat bersama Pertamina bisa berkoordinasi memperbanyak layanan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Pulau Adonara karena selama ini hanya mengandalkan SPBU Waiwerang yang merupakan satu-satu di Pulau Adonara.
"Pasokan BBM jenis bensin ini sudah sangat langka di Witihama dan sekitarnya, dan sudah berlangsung sejak memasuki liburan Paskah hingga hari ini," kata seorang warga Desa Lamablawa, Kecamatan Witihama, Armand Lamablawa (30) kepada Antara di Witihama, Senin (2/4).
Ia mengemukakan, tidak hanya pasokan bensin di tingkat pedagang pengecer, namun beberapa layanan Pertamini yang beroperasi di Kecamatan Witihama juga mengalami kelangkaan stok.
Kondisi kelangkaan ini, lanjutnya, telah membuat harga bensin di tingkat pengecer mengalami kenaikan secara drastis dari semula Rp8.000 hingga Rp15.000 per liter.
"Harga bensin di tingkat pengecer sebenarnya Rp8.000 per liter, namun karena mulai langka maka dinaikkan secara bertahap menjadi Rp10.000/liter, kemudian Rp13.000/liter, dan sekarang malah berada pada posisi Rp15.000/liter. Syukur bisa dapat bensin dengan harga segitu," ujarnya.
Bahkan menurut infromasi dari warga lain yang mencari bensin eceran di wilayah kecamatan tetangga, kata Armand Lamablawa, mereka bahkan mendapatkan harga per liter mencapai Rp20.000.
Seorang warga lainnya setempat, Awaludin Ata Goran (28), juga mengeluhkan kelangkaan bensin yang hampir selalu dialami setiap memasuki musim liburan hari raya keagamaan.
Baca juga: Perlu kerja sama awasi BBM satu harga
Baca juga: Pertamina siapkan tambahan BBM di tengah laut
"Untuk mendapatkan bensin, sudah beberapa hari ini saya harus mencari eceran di Kecamatan Klubagolit, itu pun dengan harga Rp15.000 per liter," katanya.
Menurutnya, kebanyakan warga mengeluh karena pedagang pengecer secara sewenang-wenang menaikkan harga bensin secara drastis, meskipun warga tetap membelinya karena tidak memiliki pilihan lain.
"Kami terpaksa membeli karena kebutuhan meskipun harganya melonjak drastis, kalau harus mengantre di SPBU di Kota Waiwerang sangat sulit dan bisa sepanjang hari di sana, belum lagi jarak tempuh ke sana juga jauh," katanya.
Sementara itu, seorang warga lainnya Tupen Tokan menduga kuat kelangkaan bensin di daerah setempat akibat penimbunan yang dilakukan oknum-oknum pedagang atau pengecer.
"Sekarang tidak ada informasi kelangkaan BBM secara nasional dan pasokan di SPBU juga aman, tapi kenapa di tingkat pengecer koq jadi langka, ini yang dipertanyakan," katanya.
Menurutnya, kondisi kelangkaan bensin tersebut telah meresahkan warga hampir semua daerah di Pulau Adonara, namun ia menyayangkan belum cepat ditanggapi pemerintah daerah setempat.
Baca juga: Polisi tangkap nelayan penimbun BBM bersubsidi
Baca juga: Kenaikan BBM dipengaruhi harga minyak dunia
"Seharusnya tiap menyambut liburan itu ada razia BBM dari pemerintah dengan aparat terkait di tingkat pedagang pengecer untuk memastikan pasokan ke masyarakat tetap aman dan menghindari adanya penimbunan karena sangat rawan," katanya.
Ia berharap, ke depannya pihak pemerintah daerah setempat bersama Pertamina bisa berkoordinasi memperbanyak layanan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Pulau Adonara karena selama ini hanya mengandalkan SPBU Waiwerang yang merupakan satu-satu di Pulau Adonara.