Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan menguat mengikuti kenaikan indeks saham di Wall Street pada akhir pekan lalu.
IHSG dibuka menguat 5,95 poin atau 0,1 persen ke posisi 6.234,8. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 1,53 poin atau 0,17 persen ke posisi 887,54.
"Fokus perhatian investor minggu ini akan tertuju pada rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) bulan September pada hari Jumat nanti," tulis Tim Riset Philip Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin, (4/10).
Investor berharap adanya perbaikan pada NFP setelah keluar mengecewakan pada Agustus. Investor mempunyai ekspektasi ekonomi AS menambah 475.000 tenaga kerja baru bulan lalu setelah hanya berhasil menambah 235.000 pekerja baru pada Agustus ketika konsensus mencapai 700.000.
Indeks saham di Asia pagi ini dibuka naik setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu ditutup menguat karena prospek laju pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat berhasil mengalahkan ketakutan atas tekanan inflasi.
Data ISM Manufacturing Index secara tak terduga naik level 61,1 pada September dari level 59,9 pada bulan sebelumnya sehingga memicu reli pada sejumlah saham perusahaan yang mendapatkan keuntungan atau manfaat dari pembukaan kembali ekonomi AS.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS turun 3 bps menjadi 1,46 persen meskipun data memperlihatkan inflasi sudah mencapai tingkat yang lebih tinggi di AS dan Eropa.
Data Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index naik 4,3 persen (yoy) pada Agustus, tertinggi sejak 1990. Harga bahan energi telah melonjak 25 persen dalam setahun terakhir sementara gangguan pada rantai pasok (supply chain) telah membuat harga mobil dan peralatan rumah tangga semakin mahal.
Di Eropa, perhitungan awal (flash) memperlihatkan bahwa inflasi tumbuh dengan laju tercepat sejak 2008. Inflasi naik 3,4 persen pada September menyusul pertumbuhan 3 persen pada Agustus. Harga bahan energi melompat 17 persen dalam setahun terakhir dipimpin oleh harga gas alam dan listrik.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei melemah 391,94 poin atau 1,36 persen ke 28.379,13, indeks Hang Seng turun 517,01 atau 2,1 persen ke 24.058,63, dan indeks Straits Times meningkat 38,35 poin atau 1,26 persen ke 3.089,46.
Baca juga: Emas melambung 34,1 dolar
Baca juga: Saham Asia tersandung karena dolar tetap kuat
IHSG dibuka menguat 5,95 poin atau 0,1 persen ke posisi 6.234,8. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 1,53 poin atau 0,17 persen ke posisi 887,54.
"Fokus perhatian investor minggu ini akan tertuju pada rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) bulan September pada hari Jumat nanti," tulis Tim Riset Philip Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin, (4/10).
Investor berharap adanya perbaikan pada NFP setelah keluar mengecewakan pada Agustus. Investor mempunyai ekspektasi ekonomi AS menambah 475.000 tenaga kerja baru bulan lalu setelah hanya berhasil menambah 235.000 pekerja baru pada Agustus ketika konsensus mencapai 700.000.
Indeks saham di Asia pagi ini dibuka naik setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu ditutup menguat karena prospek laju pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat berhasil mengalahkan ketakutan atas tekanan inflasi.
Data ISM Manufacturing Index secara tak terduga naik level 61,1 pada September dari level 59,9 pada bulan sebelumnya sehingga memicu reli pada sejumlah saham perusahaan yang mendapatkan keuntungan atau manfaat dari pembukaan kembali ekonomi AS.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS turun 3 bps menjadi 1,46 persen meskipun data memperlihatkan inflasi sudah mencapai tingkat yang lebih tinggi di AS dan Eropa.
Data Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index naik 4,3 persen (yoy) pada Agustus, tertinggi sejak 1990. Harga bahan energi telah melonjak 25 persen dalam setahun terakhir sementara gangguan pada rantai pasok (supply chain) telah membuat harga mobil dan peralatan rumah tangga semakin mahal.
Di Eropa, perhitungan awal (flash) memperlihatkan bahwa inflasi tumbuh dengan laju tercepat sejak 2008. Inflasi naik 3,4 persen pada September menyusul pertumbuhan 3 persen pada Agustus. Harga bahan energi melompat 17 persen dalam setahun terakhir dipimpin oleh harga gas alam dan listrik.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei melemah 391,94 poin atau 1,36 persen ke 28.379,13, indeks Hang Seng turun 517,01 atau 2,1 persen ke 24.058,63, dan indeks Straits Times meningkat 38,35 poin atau 1,26 persen ke 3.089,46.
Baca juga: Emas melambung 34,1 dolar
Baca juga: Saham Asia tersandung karena dolar tetap kuat