Singapura (ANTARA) - Harga minyak AS naik untuk hari kelima beruntun di sesi Asia pada perdagangan Rabu, (6/10) pagi, ke level tertinggi sejak 2014 di tengah kekhawatiran global tentang pasokan energi terkait tanda-tanda pengetatan di pasar minyak mentah, gas alam, dan batu bara.

Harga minyak mentah Brent juga naik untuk hari keempat beruntun di tengah kecemasan pasokan, terutama setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, memutuskan Senin (4/10/2021) untuk tetap pada peningkatan produksi yang direncanakan. 

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS semula naik menjadi 79,18 dolar AS per barel, tertinggi sejak 10 November 2014. WTI menguat 0,15 persen atau 12 sen, menjadi diperdagangkan di 79,05 dolar AS per barel pada pukul 01.28 GMT.

Minyak mentah Brent terangkat lagi 0,15 persen atau 12 sen, menjadi 82,68 dolar AS per barel setelah naik ke level tertinggi tiga tahun di sesi sebelumnya.

Pada Senin (4/10/2021), OPEC+ sepakat mematuhi pakta Juli untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan hingga setidaknya April 2022, menghapus 5,8 juta barel per hari dari pengurangan produksi yang ada.

"Minyak mentah memperpanjang kenaikan karena investor khawatir tentang ketatnya pasar karena krisis energi meningkatkan permintaan," kata ANZ dalam sebuah catatan.

"Kenaikan (OPEC+) jauh di bawah ekspektasi pasar, mengingat krisis energi di seluruh dunia. Tidak mengherankan, ada spekulasi bahwa OPEC akan dipaksa untuk bergerak sebelum pertemuan yang dijadwalkan berikutnya jika permintaan terus melonjak."

Akhir bulan lalu, Komite Teknis Bersama OPEC+ (JTC) mengatakan pihaknya memperkirakan defisit pasokan 1,1 juta barel per hari tahun ini, yang bisa berubah menjadi surplus 1,4 juta barel per hari tahun depan.

Harga minyak telah melonjak lebih dari 50 persen tahun ini, menambah tekanan inflasi yang dikhawatirkan negara-negara konsumen minyak mentah seperti Amerika Serikat dan India akan menggagalkan pemulihan dari pandemi COVID-19.

Meskipun ada tekanan untuk meningkatkan produksi, OPEC+ khawatir bahwa gelombang global keempat infeksi COVID-19 dapat menekan pemulihan permintaan, sebuah sumber mengatakan kepada Reuters sesaat sebelum pembicaraan Senin (4/10/2021).

Namun, data persediaan dari Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar dunia, menunjukkan beberapa tanda permintaan bahan bakar yang melambat.

American Petroleum Institute (API) melaporkan persediaan minyak AS naik 951.000 barel dalam seminggu hingga 1 Oktober, situs web Oilprice.com melaporkan pada Selasa (5/10/2021). Persediaan bensin dan bahan bakar sulingan juga naik, situs web melaporkan, mengutip data API.

Baca juga: Harga minyak bervariasi setelah China siap membeli lebih banyak
Baca juga: Minyak melonjak setelah OPEC+ pertahankan peningkatan produksi

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024