Labuan Bajo (ANTARA) - Branch Representative Phintraco Sekuritas Kupang Imadudin A Rochim mengatakan investor pasar modal di Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai mencoba masuk ke saham perbankan, consumer good, dan energi.
"Menurut mereka harga saham tersebut sudah cukup murah untuk dibeli dan mengharapkan efek window dressing yang biasanya mengangkat naik harga saham di akhir tahun," kata Imad ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Jumat, (8/10).
Investor NTT sudah masuk ke saham-saham sektor energi sejak dua bulan lalu mengingat harga komoditas energi masih bergerak naik menyusul krisis energi yang terjadi di belahan bumi bagian utara yang mengerek naik harga saham terkait energi di Indonesia.
Menurut Imad, investor yang masuk ke ketiga sektor itu mengharapkan harga saham yang dipegang bisa kembali rally dan melanjutkan kenaikan hingga akhir tahun nanti.
Dihubungi terpisah Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan memberikan ulasannya untuk bulan Oktober, yang mana sektor yang bisa menjadi fokus bagi investor adalah sektor energi dan plantation.
Dia menjabarkan hal itu dipengaruhi krisis energi yang masih terjadi di beberapa negara, terutama di negara-negara belahan bumi utara. Selain itu krisis tersebut terjadi menjelang musim dingin, dimana kebutuhan listrik diperkirakan akan meningkat. Selanjutnya belum ada solusi konkret yang bisa menekan/meredam lonjakan harga komoditas secara signifikan, sehingga harga diperkirakan masih dapat menguat.
Sektor lain yang disarankan untuk diperhatikan investor adalah sektor perbankan. Dia menilai data terakhir menunjukan tren pemulihan penyaluran kredit sektor perbankan Indonesia yang beberapa bulan terakhir mencatatkan kenaikan secara year to year (yoy).
Data-data ekonomi terbaru di AS juga menunjukan bahwa kondisi ekonomi lebih siap dalam menghadapi potensi tapering oleh the Fed sebelum akhir tahun 2021. Selain itu dari dalam negeri, kondisi ekonomi juga cukup solid untuk meredam potensi volatilitas nilai tukar Rupiah.
Salah satunya adalah posisi cadangan devisa Indonesia yang relatif stabil di kisaran 8,9 bulan impor, jauh di atas rasio kecukupan internasional di level 3 bulan impor.
Sementara itu saham lain yang dapat diperhatikan adalah consumer goods, telekomunikasi, dan properti, atau yang berkaitan dengan konsumsi masyarakat. Dia melihat hal ini sejalan dengan pemulihan data indeks manufaktur September yang kembali ke level ekspansif, sehingga diharapkan consumer confidence juga ikut meningkat.
Adapun stockpick bulan ini terkait dengan sentimen di sektor Energy dan Plantation yakni ADRO (PT Adaro Energy Tbk), PTBA (PT Bukit Asam Tbk), LSIP (PT PP London Sumatra Plantation Tbk), dan AALI (PT Astra Agro Lestari Tbk).
Selanjutnya untuk sektor perbankan ada BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk), BMRI (PT Bank Mandiri Persero Tbk), dan BBCA (PT Bank Central Asia Tbk).
Berikutnya consumer goods pada Telco dan Property seperti INDF (PT Indofood Sukses Makmur Tbk), TLKM (PT Telkom Indonesia Persero Tbk), dan SMRA (PT Summarecon Agung Tbk).
Baca juga: Pemkab Mabar apresiasi 50.000 vaksin Pasar Modal Indonesia
Baca juga: BEI NTT sosialisasikan investasi aman pasar modal bagi anggota SWID
"Menurut mereka harga saham tersebut sudah cukup murah untuk dibeli dan mengharapkan efek window dressing yang biasanya mengangkat naik harga saham di akhir tahun," kata Imad ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Jumat, (8/10).
Investor NTT sudah masuk ke saham-saham sektor energi sejak dua bulan lalu mengingat harga komoditas energi masih bergerak naik menyusul krisis energi yang terjadi di belahan bumi bagian utara yang mengerek naik harga saham terkait energi di Indonesia.
Menurut Imad, investor yang masuk ke ketiga sektor itu mengharapkan harga saham yang dipegang bisa kembali rally dan melanjutkan kenaikan hingga akhir tahun nanti.
Dihubungi terpisah Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan memberikan ulasannya untuk bulan Oktober, yang mana sektor yang bisa menjadi fokus bagi investor adalah sektor energi dan plantation.
Dia menjabarkan hal itu dipengaruhi krisis energi yang masih terjadi di beberapa negara, terutama di negara-negara belahan bumi utara. Selain itu krisis tersebut terjadi menjelang musim dingin, dimana kebutuhan listrik diperkirakan akan meningkat. Selanjutnya belum ada solusi konkret yang bisa menekan/meredam lonjakan harga komoditas secara signifikan, sehingga harga diperkirakan masih dapat menguat.
Sektor lain yang disarankan untuk diperhatikan investor adalah sektor perbankan. Dia menilai data terakhir menunjukan tren pemulihan penyaluran kredit sektor perbankan Indonesia yang beberapa bulan terakhir mencatatkan kenaikan secara year to year (yoy).
Data-data ekonomi terbaru di AS juga menunjukan bahwa kondisi ekonomi lebih siap dalam menghadapi potensi tapering oleh the Fed sebelum akhir tahun 2021. Selain itu dari dalam negeri, kondisi ekonomi juga cukup solid untuk meredam potensi volatilitas nilai tukar Rupiah.
Salah satunya adalah posisi cadangan devisa Indonesia yang relatif stabil di kisaran 8,9 bulan impor, jauh di atas rasio kecukupan internasional di level 3 bulan impor.
Sementara itu saham lain yang dapat diperhatikan adalah consumer goods, telekomunikasi, dan properti, atau yang berkaitan dengan konsumsi masyarakat. Dia melihat hal ini sejalan dengan pemulihan data indeks manufaktur September yang kembali ke level ekspansif, sehingga diharapkan consumer confidence juga ikut meningkat.
Adapun stockpick bulan ini terkait dengan sentimen di sektor Energy dan Plantation yakni ADRO (PT Adaro Energy Tbk), PTBA (PT Bukit Asam Tbk), LSIP (PT PP London Sumatra Plantation Tbk), dan AALI (PT Astra Agro Lestari Tbk).
Selanjutnya untuk sektor perbankan ada BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk), BMRI (PT Bank Mandiri Persero Tbk), dan BBCA (PT Bank Central Asia Tbk).
Berikutnya consumer goods pada Telco dan Property seperti INDF (PT Indofood Sukses Makmur Tbk), TLKM (PT Telkom Indonesia Persero Tbk), dan SMRA (PT Summarecon Agung Tbk).
Baca juga: Pemkab Mabar apresiasi 50.000 vaksin Pasar Modal Indonesia
Baca juga: BEI NTT sosialisasikan investasi aman pasar modal bagi anggota SWID