Kupang (AntaraNews NTT) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Nusa Tenggara Timur mendorong pengembangan usaha peternakan ayam skala besar untuk mengurangi ketergantungan pasokan telur dan daging ayam dari luar provinsi berbasis kepulauan itu.
"Sejauh ini ketergantungan pada daging ayam serta telur ayam dari luar NTT sangat tinggi. Oleh karena itu kami merasa perlu untuk mendorong pengembangan ini mengingat potensinya sangat tinggi di NTT ini," kata Sekretaris TPID NTT Naek Tigor Sinaga kepada wartawan di Kupang, Selasa (5/6).
Hal ini disampaikannya saat mengelar rapat antara BI dengan sejumlah peternak ayam serta TPID NTT guna membahas soal peluang tersebut.
Sejauh ini menurutnya jika harga ayam di tingkat produsen di pulau Jawa naik, otomatis akan berakibat pada kenaikan harga di Kupang.
"Saat ini bisnis peternakan ayam mulai dikembangkan di Kabupaten Belu. Kami berharap pengusaha dan peternak di daerah lain juga tertarik untuk mengembangkannya," tambahnya.
Baca juga: Harga Ayam Pedaging Cenderung Naik
Ayam pedaging
Ia mengatakan untuk mengembangkan peternakan ayam diperlukan juga bisnis di bagian bibit atau day old chick, pelatihan bagi peternak, serta pakan ternak.
Ia berharap hal ini bisa ditindaklanjuti. Forum Group Discussion (FGD) yang digelar pada Selasa (5/6) memberikan kesimpulan agar bisa digelar FGD berikutnya yang lebih besar untuk membahas pengembangan usaha peternakan ayam ini.
Hal ini diperlukan karena harga telur dan ayam di pasar tradisional di Kota Kupang masih terbilang tinggi.
Harga telur ayam ras satu rak Rp30 ribu sementara harga daging ayam ras sudah mencapai Rp50 ribu per ekor. Harga tersebut perlahan-lahan beranjak naik sejak dua pekan terakhir menjelang hari raya Idul Fitri 1439 Hijriah.
Baca juga: Harga Telur Ayam Masih Fluktuatif
Gubernur NTT Frans Lebu Raya (tengah) berbincang dengan penjual telur saat mengelar sidak harga kebutuhan pokok di pasar tradisional di Kupang, NTT, Rabu (14/6). (ANTARA Foto/Kornelis Kaha)
"Sejauh ini ketergantungan pada daging ayam serta telur ayam dari luar NTT sangat tinggi. Oleh karena itu kami merasa perlu untuk mendorong pengembangan ini mengingat potensinya sangat tinggi di NTT ini," kata Sekretaris TPID NTT Naek Tigor Sinaga kepada wartawan di Kupang, Selasa (5/6).
Hal ini disampaikannya saat mengelar rapat antara BI dengan sejumlah peternak ayam serta TPID NTT guna membahas soal peluang tersebut.
Sejauh ini menurutnya jika harga ayam di tingkat produsen di pulau Jawa naik, otomatis akan berakibat pada kenaikan harga di Kupang.
"Saat ini bisnis peternakan ayam mulai dikembangkan di Kabupaten Belu. Kami berharap pengusaha dan peternak di daerah lain juga tertarik untuk mengembangkannya," tambahnya.
Baca juga: Harga Ayam Pedaging Cenderung Naik
Ia berharap hal ini bisa ditindaklanjuti. Forum Group Discussion (FGD) yang digelar pada Selasa (5/6) memberikan kesimpulan agar bisa digelar FGD berikutnya yang lebih besar untuk membahas pengembangan usaha peternakan ayam ini.
Hal ini diperlukan karena harga telur dan ayam di pasar tradisional di Kota Kupang masih terbilang tinggi.
Harga telur ayam ras satu rak Rp30 ribu sementara harga daging ayam ras sudah mencapai Rp50 ribu per ekor. Harga tersebut perlahan-lahan beranjak naik sejak dua pekan terakhir menjelang hari raya Idul Fitri 1439 Hijriah.
Baca juga: Harga Telur Ayam Masih Fluktuatif