Kupang (AntaraNews NTT) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Nusa Tenggara Timur optimistis pembukaan rute penerbangan baru dari dan ke Nusa Tenggara Timur dapat menekan inflasi yang disumbangkan komponen angkutan udara.
"Adanya terobosan rute penerbangan baru seperti Kupang-Makassar maka kami optimistis ke depan bisa menekan inflasi di NTT terutama dari tarif angkutan udara," kata Sekretaris TPID NTT Naek Tigor Sinaga di Kupang, Rabu (6/6).
Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT itu menjelaskan, komponen tarif angkutan udara masih menjadi penyumbang terbesar inflasi di daerah setempat terutama menjelang hari raya. Seperti inflasi pada Mei 2018 lalu sebesar 0,68 persen dengan penyumbang terbesar dari tarif angkutan udara 0,18 persen.
Tigor Sinaga menjelaskan, selama ini hanya ada dua saluran keluar utama untuk rute penerbangan dari Kupang yang terhubung dengan Surabaya dan Denpasar. Keterbatasan saluran ini, lanjutnya, membuat harga tiket pesawat relatif mahal akibat frekuensi penerbangan yang terbatas.
"Coba kita cek, tiket dari Kupang-Surabaya atau Kupang-Denpasar itu delta kenaikannya lebih tinggi dibandingkan kalau kita lanjut dari Surabaya-Jakarta, Surabaya-Bandung maupun tempat lain," katanya.
Baca juga: Inflasi di NTT 0,68 persen
Baca juga: Prospek inflasi NTT 2018 alami kenaikan
Menurutnya, kondisi ini terjadi terutama pada saat menjelang hari raya seperti Lebaran dan akan berulang lagi menjelang Natal dan Tahun Baru 2019.
Untuk itu, katanya, salah satu terobosan membuka pintu ketiga dengan frekuensi penerbangan melalui Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan.
"Jadi, misalnya, orang ke Manado, Maluku, Papua, tidak perlu lagi harus melalui Surabaya, sehingga berkurang beban untuk hap-nya di Surabaya karena bisa dibagi," katanya.
Ia menambahkan, pihaknya optimistis penambahan frekuensi dengan pembukaan rute penerbangan baru membuat inflasi dari komponen tarif angkutan udara secara bertahap dapat dikendalikan.
"Ini memang menjadi konsentrasi kami dari TPID, harapan kami terobosan seperti ini maka angkutan udara ini tidak menjadi momok lagi ke depannya," katanya.
Baca juga: BI perkirakan inflasi NTT bulan Mei terkendali
"Adanya terobosan rute penerbangan baru seperti Kupang-Makassar maka kami optimistis ke depan bisa menekan inflasi di NTT terutama dari tarif angkutan udara," kata Sekretaris TPID NTT Naek Tigor Sinaga di Kupang, Rabu (6/6).
Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT itu menjelaskan, komponen tarif angkutan udara masih menjadi penyumbang terbesar inflasi di daerah setempat terutama menjelang hari raya. Seperti inflasi pada Mei 2018 lalu sebesar 0,68 persen dengan penyumbang terbesar dari tarif angkutan udara 0,18 persen.
Tigor Sinaga menjelaskan, selama ini hanya ada dua saluran keluar utama untuk rute penerbangan dari Kupang yang terhubung dengan Surabaya dan Denpasar. Keterbatasan saluran ini, lanjutnya, membuat harga tiket pesawat relatif mahal akibat frekuensi penerbangan yang terbatas.
"Coba kita cek, tiket dari Kupang-Surabaya atau Kupang-Denpasar itu delta kenaikannya lebih tinggi dibandingkan kalau kita lanjut dari Surabaya-Jakarta, Surabaya-Bandung maupun tempat lain," katanya.
Baca juga: Inflasi di NTT 0,68 persen
Baca juga: Prospek inflasi NTT 2018 alami kenaikan
Menurutnya, kondisi ini terjadi terutama pada saat menjelang hari raya seperti Lebaran dan akan berulang lagi menjelang Natal dan Tahun Baru 2019.
Untuk itu, katanya, salah satu terobosan membuka pintu ketiga dengan frekuensi penerbangan melalui Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan.
"Jadi, misalnya, orang ke Manado, Maluku, Papua, tidak perlu lagi harus melalui Surabaya, sehingga berkurang beban untuk hap-nya di Surabaya karena bisa dibagi," katanya.
Ia menambahkan, pihaknya optimistis penambahan frekuensi dengan pembukaan rute penerbangan baru membuat inflasi dari komponen tarif angkutan udara secara bertahap dapat dikendalikan.
"Ini memang menjadi konsentrasi kami dari TPID, harapan kami terobosan seperti ini maka angkutan udara ini tidak menjadi momok lagi ke depannya," katanya.
Baca juga: BI perkirakan inflasi NTT bulan Mei terkendali