Chicago (ANTARA) - Emas berbalik menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena daya tarik aset safe-haven didorong oleh kenaikan harga konsumen AS, yang juga mendinginkan beberapa spekulasi untuk kenaikan suku bunga yang agresif karena lonjakan inflasi tidak sebesar yang diperkirakan.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 8,1 dolar AS atau 0,46 persen, menjadi ditutup pada 1.784,80 dolar AS per ounce. Harga spot emas juga menguat 0,5 persen menjadi diperdagangkan di 1.782,44 dolar AS per ounce pada pukul 18.38 GMT.
Sehari sebelumnya, Kamis (9/12/2021), emas berjangka jatuh 8,8 dolar AS atau 0,49 persen menjadi 1.776,70 dolar AS, setelah naik tipis 0,8 dolar AS atau 0,04 persen menjadi 1,785,50 dolar AS pada Rabu (8/12/2021), dan menguat 5,2 dolar AS atau 0,29 persen menjadi 1.784,70 dolar AS pada Selasa (7/12/2021).
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (10/12/2021) bahwa indeks harga konsumen (IHK) AS meningkat 0,8 persen pada November, lebih tinggi dari kenaikan 0,7 persen yang diperkirakan oleh para ekonom. Dalam 12 bulan hingga November, IHK melonjak 6,8 persen, kenaikan tahunan terbesar sejak Juni 1982 dan mengikuti kenaikan 6,2 persen pada Oktober.
"Laporan inflasi terbaru tidak sepanas yang diperkirakan beberapa orang dan itu akan menjaga ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve antara dua atau tiga kenaikan suku bunga pada 2022," Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA, mengatakan.
"Harga emas akan menerima laporan hari ini ketika hal itu kemungkinan akan mendorong kembali kenaikan suku bunga Fed pertama ke pertengahan tahun depan."
Emas juga mendapat kekuatan dari penurunan dolar, yang meningkatkan daya tariknya bagi pembeli luar negeri, dan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS turun setelah data menunjukkan harga konsumen AS meningkat lebih lanjut pada November, yang mengarah ke kenaikan tahunan terbesar sejak 1982.
Meskipun emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak berbunga.
"Potensi kenaikan suku bunga memang menyeret pasar emas, tetapi tema fundamental yang mendasarinya adalah tekanan inflasi, yang akan mendukung," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Fokus sekarang adalah pada pertemuan kebijakan Fed pada 14-15 Desember.
Baca juga: Emas tergelincir terseret penguatan dolar
Kenaikan emas agak dibatasi karena perkiraan awal indeks sentimen konsumen yang dirilis Jumat (10/12/2021) oleh University of Michigan naik menjadi 70,4 pada Desember dari 67,4 pada November. Angka tersebut juga lebih tinggi dari perkiraan 68,0 dari para ekonom.
Baca juga: Emas turun tipis tertekan penguatan dolar
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 18,2 sen atau 0,83 persen, menjadi ditutup pada 22,195 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 3,5 dolar AS atau 0,37 persen, menjadi ditutup pada 934,2 dolar AS per ounce.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 8,1 dolar AS atau 0,46 persen, menjadi ditutup pada 1.784,80 dolar AS per ounce. Harga spot emas juga menguat 0,5 persen menjadi diperdagangkan di 1.782,44 dolar AS per ounce pada pukul 18.38 GMT.
Sehari sebelumnya, Kamis (9/12/2021), emas berjangka jatuh 8,8 dolar AS atau 0,49 persen menjadi 1.776,70 dolar AS, setelah naik tipis 0,8 dolar AS atau 0,04 persen menjadi 1,785,50 dolar AS pada Rabu (8/12/2021), dan menguat 5,2 dolar AS atau 0,29 persen menjadi 1.784,70 dolar AS pada Selasa (7/12/2021).
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (10/12/2021) bahwa indeks harga konsumen (IHK) AS meningkat 0,8 persen pada November, lebih tinggi dari kenaikan 0,7 persen yang diperkirakan oleh para ekonom. Dalam 12 bulan hingga November, IHK melonjak 6,8 persen, kenaikan tahunan terbesar sejak Juni 1982 dan mengikuti kenaikan 6,2 persen pada Oktober.
"Laporan inflasi terbaru tidak sepanas yang diperkirakan beberapa orang dan itu akan menjaga ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve antara dua atau tiga kenaikan suku bunga pada 2022," Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA, mengatakan.
"Harga emas akan menerima laporan hari ini ketika hal itu kemungkinan akan mendorong kembali kenaikan suku bunga Fed pertama ke pertengahan tahun depan."
Emas juga mendapat kekuatan dari penurunan dolar, yang meningkatkan daya tariknya bagi pembeli luar negeri, dan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS turun setelah data menunjukkan harga konsumen AS meningkat lebih lanjut pada November, yang mengarah ke kenaikan tahunan terbesar sejak 1982.
Meskipun emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak berbunga.
"Potensi kenaikan suku bunga memang menyeret pasar emas, tetapi tema fundamental yang mendasarinya adalah tekanan inflasi, yang akan mendukung," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Fokus sekarang adalah pada pertemuan kebijakan Fed pada 14-15 Desember.
Baca juga: Emas tergelincir terseret penguatan dolar
Kenaikan emas agak dibatasi karena perkiraan awal indeks sentimen konsumen yang dirilis Jumat (10/12/2021) oleh University of Michigan naik menjadi 70,4 pada Desember dari 67,4 pada November. Angka tersebut juga lebih tinggi dari perkiraan 68,0 dari para ekonom.
Baca juga: Emas turun tipis tertekan penguatan dolar
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 18,2 sen atau 0,83 persen, menjadi ditutup pada 22,195 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 3,5 dolar AS atau 0,37 persen, menjadi ditutup pada 934,2 dolar AS per ounce.