Kupang (AntaraNews NTT) - Otoritas Taman Nasional Komodo di ujung barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur terus mengantisipasi peningkatan produk sampah yang dihasilkan para wisatawan saat mengisi liburan Lebaran di lokasi habitatnya binatang purba raksasa Komodo (Varanus Komodoensis) itu.
"Antisipasi sampah ini kami lakukan melalui kegiatan-kegiatan pengangkutan secara intensif dari spot-spot wisata yang ramai dikunjungi wisatawan," kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Komodo Dwi Sugiarto saat dihubungi Antara dari Kupang, Rabu (13/6).
Ia menjelaskan, kegiatan penanganan sampah difokuskan pada dua spot wisata yakni Loh Liang dan Loh Buaya yang selalu ramai dikunjungi wisatawan.
"Pengangkutan sampah di dua spot ini memang harus dilakukan setiap hari dari petugas koperasi serba usaha (KSU) Komodo dan petugas lapangan dari balai," katanya.
Ia mengatakan, sementara untuk penanganan sampah selain pada dua spot tersebut dilakukan masyarakat peduli sampah (MPS) yang terus beroperasi tiga kali dalam sebulan.
MPS yang terdiri dari tiga kelompok itu bertugas membersihkan sampah-sampah yang ada di pesisir pantai dan darat terutama di Desa Papagarang, Komodo, dan Rinca.
Baca juga: Pemerintah fokus tangani sampah pesisir Labuan Bajo
Sugiarto menjelaskan, sampah-sampah yang dihasilkan dari Taman Nasional Komodo terdiri bersumber dari dua lokasi yakni area pemukiman warga di pulau-pulau kecil dengan rata-rata sebesar 12 meter kubik/hari atau setara dengan 0,65 ton/hari.
Sementara itu sampah yang dihasilkan dari spot-spot kawasan wisata dengan rata-rata sebesar 0,19 meter kubik/hari atau 0,008 ton per hari.
"Komposisi sampah ini sesuai kajian WWF pada tahun sebelumnya. Sampah dari kawasan wisata masih jauh lebih sedikit dibandingkan dari pemukiman," katanya.
Ia menambahkan, namun produksi sampah dapat meningkat terutama seiring dengan musim liburan Lebaran atau high season karena arus kunjungan wisatawan semakin membeludak.
"Untuk itu antisipasi tetap dilakukan dengan upaya pengangkutan sampah secara rutin di dalam kawasan yang selanjutnya diangkut ke Kota Labuan Bajo untuk dikelola atau dibuang pada lokasi yang tersedia," katanya.
Baca juga: Sampah di TNK mulai terkendali
"Antisipasi sampah ini kami lakukan melalui kegiatan-kegiatan pengangkutan secara intensif dari spot-spot wisata yang ramai dikunjungi wisatawan," kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Komodo Dwi Sugiarto saat dihubungi Antara dari Kupang, Rabu (13/6).
Ia menjelaskan, kegiatan penanganan sampah difokuskan pada dua spot wisata yakni Loh Liang dan Loh Buaya yang selalu ramai dikunjungi wisatawan.
"Pengangkutan sampah di dua spot ini memang harus dilakukan setiap hari dari petugas koperasi serba usaha (KSU) Komodo dan petugas lapangan dari balai," katanya.
Ia mengatakan, sementara untuk penanganan sampah selain pada dua spot tersebut dilakukan masyarakat peduli sampah (MPS) yang terus beroperasi tiga kali dalam sebulan.
MPS yang terdiri dari tiga kelompok itu bertugas membersihkan sampah-sampah yang ada di pesisir pantai dan darat terutama di Desa Papagarang, Komodo, dan Rinca.
Baca juga: Pemerintah fokus tangani sampah pesisir Labuan Bajo
Sugiarto menjelaskan, sampah-sampah yang dihasilkan dari Taman Nasional Komodo terdiri bersumber dari dua lokasi yakni area pemukiman warga di pulau-pulau kecil dengan rata-rata sebesar 12 meter kubik/hari atau setara dengan 0,65 ton/hari.
Sementara itu sampah yang dihasilkan dari spot-spot kawasan wisata dengan rata-rata sebesar 0,19 meter kubik/hari atau 0,008 ton per hari.
"Komposisi sampah ini sesuai kajian WWF pada tahun sebelumnya. Sampah dari kawasan wisata masih jauh lebih sedikit dibandingkan dari pemukiman," katanya.
Ia menambahkan, namun produksi sampah dapat meningkat terutama seiring dengan musim liburan Lebaran atau high season karena arus kunjungan wisatawan semakin membeludak.
"Untuk itu antisipasi tetap dilakukan dengan upaya pengangkutan sampah secara rutin di dalam kawasan yang selanjutnya diangkut ke Kota Labuan Bajo untuk dikelola atau dibuang pada lokasi yang tersedia," katanya.
Baca juga: Sampah di TNK mulai terkendali