Kupang (Antara NTT) - Komisi Penanggulangan HIV/AIDS di Nusa Tenggara Timur terus berupaya meningkatkan edukasi tentang penyakit HIV/AIDS kepada masyarakat lewat perantaraan para guru pada jenjang pendidikan SMP dan SMA.
"Hingga kini sudah lebih dari 50 SMP, SMA di Pulau Timor dan Flores yang guru-gurunya diberikan pelatihan dan edukasi mengenai HIV/AIDS," kata Ketua KPAD NTT dr Husein Pancratius saat dihubungi Antara di Kupang, Rabu.
Dia mejelaskan, pelatihan dan edukasi itu diberikan untuk para pengajar terutam bidang olahraga dan kesehatan sehingga menjadi penyuluh untuk para siswa dan juga masyarakatnya.
Dia mengatakan, guru-guru juga merupakan tokoh masyarakat yang menjadi panutan dan bisa mempengaruhi tetangga dan masyarakat di lingkungannya untuk memberikan edukasi mengenai penyakit HIV/AIDS.
"KPA terus mengadakan sosialisasi penyakit kelamin, penggunaan kondom, dan penularan penyakit, serta dampak dan pencegahannya," katanya pula.
Menurut Husein, faktor keterbatasan pengetahuanlah yang menyebabkan orang tidak tahu mengenai penularan HIV/AIDS dan dampak yang ditimbulkan.
Dia menyebutkan, tingkat penderita AIDS di daerah setempat sudah menghawatirkan karena terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu bahkan penularannya sudah meluas hingga ke daera pedesaaan.
Hingga tahun 2016, jumlah penderita HIV/AIDS di NTT sudah mencapai 4.539 kasus yang terperiksa di tempat layanan Voluntary Counselling and Test (VCT).
Jumlah penderita meningkat dari tahun 2013 sebanyak 2.445 orang yang terdiri dari HIV 1.053 orang dan AIDS 1.392 orang. Sebanyak 493 orang di antaranya meninggal dunia.
"Jumlah penderita saat ini diperoleh dari orang-orang yang melakukan pemeriksaan penyakit, namun masih banyak yang enggan melakukan pemeriksaan sehingga belum diketahui terkait totalnya," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, upaya pendidikan dan penyadaran harus terus-menerus dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun masyarakat sendiri.
Pemerintah, lanjut dia, terus melakukan kampanye HIV/AIDS baik melalui media sosial, media massa, baliho dan kampanye konvoi anti HIV/AIDS.
"Untuk program pelatihan guru-guru juga akan terus dilanjutkan karena banyak daerah yang belum diberikan pelatihan dan edukasi," demikian Husein Pancratius.
"Hingga kini sudah lebih dari 50 SMP, SMA di Pulau Timor dan Flores yang guru-gurunya diberikan pelatihan dan edukasi mengenai HIV/AIDS," kata Ketua KPAD NTT dr Husein Pancratius saat dihubungi Antara di Kupang, Rabu.
Dia mejelaskan, pelatihan dan edukasi itu diberikan untuk para pengajar terutam bidang olahraga dan kesehatan sehingga menjadi penyuluh untuk para siswa dan juga masyarakatnya.
Dia mengatakan, guru-guru juga merupakan tokoh masyarakat yang menjadi panutan dan bisa mempengaruhi tetangga dan masyarakat di lingkungannya untuk memberikan edukasi mengenai penyakit HIV/AIDS.
"KPA terus mengadakan sosialisasi penyakit kelamin, penggunaan kondom, dan penularan penyakit, serta dampak dan pencegahannya," katanya pula.
Menurut Husein, faktor keterbatasan pengetahuanlah yang menyebabkan orang tidak tahu mengenai penularan HIV/AIDS dan dampak yang ditimbulkan.
Dia menyebutkan, tingkat penderita AIDS di daerah setempat sudah menghawatirkan karena terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu bahkan penularannya sudah meluas hingga ke daera pedesaaan.
Hingga tahun 2016, jumlah penderita HIV/AIDS di NTT sudah mencapai 4.539 kasus yang terperiksa di tempat layanan Voluntary Counselling and Test (VCT).
Jumlah penderita meningkat dari tahun 2013 sebanyak 2.445 orang yang terdiri dari HIV 1.053 orang dan AIDS 1.392 orang. Sebanyak 493 orang di antaranya meninggal dunia.
"Jumlah penderita saat ini diperoleh dari orang-orang yang melakukan pemeriksaan penyakit, namun masih banyak yang enggan melakukan pemeriksaan sehingga belum diketahui terkait totalnya," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, upaya pendidikan dan penyadaran harus terus-menerus dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun masyarakat sendiri.
Pemerintah, lanjut dia, terus melakukan kampanye HIV/AIDS baik melalui media sosial, media massa, baliho dan kampanye konvoi anti HIV/AIDS.
"Untuk program pelatihan guru-guru juga akan terus dilanjutkan karena banyak daerah yang belum diberikan pelatihan dan edukasi," demikian Husein Pancratius.