Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis pagi bergerak menguat mengikuti kenaikan indeks saham di Wall Street, AS.
IHSG dibuka menguat 12,91 poin atau 0,19 persen ke posisi 6.659,97. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 3,43 poin atau 0,36 persen ke posisi 947,36.
"IHSG diperkirakan uji support 6.615 pada perdagangan Kamis ini meski memperoleh arahan positif dari mayoritas indeks global pada perdagangan Rabu kemarin," kata Kepala Riset Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan dalam kajiannya di Jakarta, Kamis, (13/1).
Aksi jual selektif pada sejumlah saham yang menguat signifikan selama pandemi COVID-19 (2020-2021) diperkirakan kembali membayangi IHSG di Kamis.
Salah satu faktor pemicu aksi jual tersebut adalah kenaikan imbal hasil atau yield obligasi Pemerintah Indonesia seiring kenaikan harian kasus baru COVID-19 di Tanah Air dan antisipasi akselerasi pengetatan kebijakan moneter The Fed pada 2022.
Sejalan dengan kenaikan yield tersebut, nilai tukar rupiah berfluktuasi dalam rentang Rp14.265 per dolar AS hingga Rp14.390 per dolar AS pada awal 2022 (1-12 Januari 2022).
Pelaku pasar mengharapkan kondisi surplus Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada Desember 2021 untuk meredam fluktuasi nilai tukar rupiah.
Meski demikian, pasar modal Indonesia masih mencatatkan arus modal masuk atau capital inflow sebesar Rp4 triliun pada periode yang sama.
Dari eksternal, rebound indeks-indeks Wall Street berlanjut pada perdagangan Rabu (12/1/2022) lalu. Nasdaq mencatatkan penguatan selama tiga hari berturut-turut.
Padahal, inflasi di AS naik dari 6,8 persen (yoy) pada November 2021 ke 7 persen (yoy) pada Desember, level tertinggi sejak 1982. Meski demikian, kenaikan tersebut sejalan dengan proyeksi pasar.
Terkait data tersebut, Gubernur The Fed Jerome Powell menyampaikan keyakinannya bahwa inflasi akan mereda pada 2022, sejalan dengan normalisasi rantai pasok global.
Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde juga menyampaikan pernyataan yang menenangkan pasar, yaitu menegaskan komitmen ECB dalam menjaga atau mengupayakan stabilitas harga. Merespon hal itu, penguatan mayoritas indeks di Eropa berlanjut pada perdagangan Rabu (12/1/2022).
Baca juga: IHSG diperkirakan melemah didominasi saham perbankan
Selain arah kebijakan moneter, perhatian lain pelaku pasar adalah kepada perkembangan pandemi COVID-19. Terbaru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kenaikan kasus baru COVID-19 sebesar 55 persen di seluruh dunia pada pekan lalu (3-9 Januari 2022). Sementara AS mencatatkan kenaikan kasus baru COVID-19 sebesar 73 persen pada periode yang sama.
Baca juga: Emas terdongkrak 8,8 dolar
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei melemah 276,44 poin atau 0,96 persen ke 28.489,22, indeks Hang Seng naik 36,99 poin atau 0,15 persen ke 24.439,16, dan indeks Straits Times terkoreksi 0,57 atau 0,02 persen ke 3.255,55.
IHSG dibuka menguat 12,91 poin atau 0,19 persen ke posisi 6.659,97. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 3,43 poin atau 0,36 persen ke posisi 947,36.
"IHSG diperkirakan uji support 6.615 pada perdagangan Kamis ini meski memperoleh arahan positif dari mayoritas indeks global pada perdagangan Rabu kemarin," kata Kepala Riset Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan dalam kajiannya di Jakarta, Kamis, (13/1).
Aksi jual selektif pada sejumlah saham yang menguat signifikan selama pandemi COVID-19 (2020-2021) diperkirakan kembali membayangi IHSG di Kamis.
Salah satu faktor pemicu aksi jual tersebut adalah kenaikan imbal hasil atau yield obligasi Pemerintah Indonesia seiring kenaikan harian kasus baru COVID-19 di Tanah Air dan antisipasi akselerasi pengetatan kebijakan moneter The Fed pada 2022.
Sejalan dengan kenaikan yield tersebut, nilai tukar rupiah berfluktuasi dalam rentang Rp14.265 per dolar AS hingga Rp14.390 per dolar AS pada awal 2022 (1-12 Januari 2022).
Pelaku pasar mengharapkan kondisi surplus Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada Desember 2021 untuk meredam fluktuasi nilai tukar rupiah.
Meski demikian, pasar modal Indonesia masih mencatatkan arus modal masuk atau capital inflow sebesar Rp4 triliun pada periode yang sama.
Dari eksternal, rebound indeks-indeks Wall Street berlanjut pada perdagangan Rabu (12/1/2022) lalu. Nasdaq mencatatkan penguatan selama tiga hari berturut-turut.
Padahal, inflasi di AS naik dari 6,8 persen (yoy) pada November 2021 ke 7 persen (yoy) pada Desember, level tertinggi sejak 1982. Meski demikian, kenaikan tersebut sejalan dengan proyeksi pasar.
Terkait data tersebut, Gubernur The Fed Jerome Powell menyampaikan keyakinannya bahwa inflasi akan mereda pada 2022, sejalan dengan normalisasi rantai pasok global.
Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde juga menyampaikan pernyataan yang menenangkan pasar, yaitu menegaskan komitmen ECB dalam menjaga atau mengupayakan stabilitas harga. Merespon hal itu, penguatan mayoritas indeks di Eropa berlanjut pada perdagangan Rabu (12/1/2022).
Baca juga: IHSG diperkirakan melemah didominasi saham perbankan
Selain arah kebijakan moneter, perhatian lain pelaku pasar adalah kepada perkembangan pandemi COVID-19. Terbaru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kenaikan kasus baru COVID-19 sebesar 55 persen di seluruh dunia pada pekan lalu (3-9 Januari 2022). Sementara AS mencatatkan kenaikan kasus baru COVID-19 sebesar 73 persen pada periode yang sama.
Baca juga: Emas terdongkrak 8,8 dolar
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei melemah 276,44 poin atau 0,96 persen ke 28.489,22, indeks Hang Seng naik 36,99 poin atau 0,15 persen ke 24.439,16, dan indeks Straits Times terkoreksi 0,57 atau 0,02 persen ke 3.255,55.