Chicago (ANTARA) - Emas menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis, 13/1 pagi WIB), setelah data menunjukkan inflasi AS berada dalam ekspektasi, melemahkan dolar dan mendorong pembelian dari investor yang tampaknya telah memperkirakan kemungkinan lintasan kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 8,8 dolar AS atau 0,48 persen, menjadi ditutup pada 1.827,30 dolar AS per ounce, memperpanjang kenaikan untuk hari ketiga berturut-turut.
Dolar jatuh ke level terendah dua bulan setelah data menunjukkan inflasi AS mencatat kenaikan tahunan terbesar dalam hampir empat dekade, membuat emas lebih menarik bagi investor luar negeri. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun AS juga tergelincir.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu (12/1/2022) bahwa indeks harga konsumen (IHK) AS pada Desember naik 0,5 persen bulan ke bulan dan naik 7,0 persen tahun ke tahun. Pertumbuhan 7,0 persen mewakili level tertinggi dalam hampir 40 tahun.
Data menunjukkan bahwa inflasi AS yang tinggi kemungkinan akan bertahan hingga 2022, dan tinggi di atas target tahunan Federal Reserve sebesar 2,0 persen, menurut analis pasar kemungkinan mendorong percepatan dalam pengurangan pembelian aset dan pengetatan kuantitatif oleh Federal Reserve.
Analis Standard Chartered, Suki Cooper mengatakan harga emas telah bertahan "sangat baik" bahkan ketika pasar terus mencari kenaikan suku bunga Fed pertama pada Maret.
"Secara historis, emas cenderung memperkirakan kenaikan suku bunga lebih awal. Aksi harga menunjukkan bahwa pasar telah memperhitungkan hambatan kenaikan suku bunga dan ruang lingkup untuk penguatan dolar jangka pendek."
Sementara, emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang melonjak, kenaikan suku bunga yang dihasilkan diterjemahkan ke dalam meningkatnya peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Tetapi peningkatan tekanan inflasi kemungkinan akan membuat emas tetap didukung dalam beberapa minggu mendatang, mendorongnya di atas resistensi teknis di sekitar 1.830 dolar AS, kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Pembatas kenaikan emas adalah keuntungan di Wall Street karena angka inflasi meredakan beberapa kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan.
"Emas sepertinya berada di tempat yang baik karena imbal hasil obligasi pemerintah tidak akan reli lebih tinggi sampai pasar keuangan memiliki kepastian limpasan neraca dan itu tidak akan terjadi sampai setidaknya beberapa pertemuan Fed lagi," kata Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA, dalam sebuah catatan.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 39,5 sen atau 1,73 persen, menjadi ditutup pada 23,207 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 6,9 dolar AS atau 0,71 persen, menjadi ditutup pada 980,1 dolar AS per ounce.
Baca juga: Emas melonjak 19,7 dolar
Baca juga: Emas berjangka terdongkrak 1,4 dolar
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 8,8 dolar AS atau 0,48 persen, menjadi ditutup pada 1.827,30 dolar AS per ounce, memperpanjang kenaikan untuk hari ketiga berturut-turut.
Dolar jatuh ke level terendah dua bulan setelah data menunjukkan inflasi AS mencatat kenaikan tahunan terbesar dalam hampir empat dekade, membuat emas lebih menarik bagi investor luar negeri. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun AS juga tergelincir.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu (12/1/2022) bahwa indeks harga konsumen (IHK) AS pada Desember naik 0,5 persen bulan ke bulan dan naik 7,0 persen tahun ke tahun. Pertumbuhan 7,0 persen mewakili level tertinggi dalam hampir 40 tahun.
Data menunjukkan bahwa inflasi AS yang tinggi kemungkinan akan bertahan hingga 2022, dan tinggi di atas target tahunan Federal Reserve sebesar 2,0 persen, menurut analis pasar kemungkinan mendorong percepatan dalam pengurangan pembelian aset dan pengetatan kuantitatif oleh Federal Reserve.
Analis Standard Chartered, Suki Cooper mengatakan harga emas telah bertahan "sangat baik" bahkan ketika pasar terus mencari kenaikan suku bunga Fed pertama pada Maret.
"Secara historis, emas cenderung memperkirakan kenaikan suku bunga lebih awal. Aksi harga menunjukkan bahwa pasar telah memperhitungkan hambatan kenaikan suku bunga dan ruang lingkup untuk penguatan dolar jangka pendek."
Sementara, emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang melonjak, kenaikan suku bunga yang dihasilkan diterjemahkan ke dalam meningkatnya peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Tetapi peningkatan tekanan inflasi kemungkinan akan membuat emas tetap didukung dalam beberapa minggu mendatang, mendorongnya di atas resistensi teknis di sekitar 1.830 dolar AS, kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Pembatas kenaikan emas adalah keuntungan di Wall Street karena angka inflasi meredakan beberapa kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan.
"Emas sepertinya berada di tempat yang baik karena imbal hasil obligasi pemerintah tidak akan reli lebih tinggi sampai pasar keuangan memiliki kepastian limpasan neraca dan itu tidak akan terjadi sampai setidaknya beberapa pertemuan Fed lagi," kata Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA, dalam sebuah catatan.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 39,5 sen atau 1,73 persen, menjadi ditutup pada 23,207 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 6,9 dolar AS atau 0,71 persen, menjadi ditutup pada 980,1 dolar AS per ounce.
Baca juga: Emas melonjak 19,7 dolar
Baca juga: Emas berjangka terdongkrak 1,4 dolar