Kupang (AntaraNews NTT) - Bank Indonesia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II-2018 mengalami peningkatan pada kisaran 5,20-5,60 persen.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi itu diperkirakan disumbang oleh konsumsi rumah tangga, seiring tibanya momen libur panjang Hari Raya Idul Fitri, demikian hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diterima Antara di Kupang, Jumat (13/7).
Selain disumbang oleh konsumsi rumah tangga, peningkatan realisasi belanja pemerintah serta pembentukan modal tetap bruto (PMTB)/investasi seiring kelanjutan investasi terutama infrastruktur.
Berdasarkan lapangan usaha, sebut Bank Indonesia, lapangan usaha konstruksi diperkirakan meningkat seiring percepatan realisasi investasi infrastruktur dan bangunan lainnya pada triwulan II-2018. Begitu pula lapangan usaha administrasi pemerintahan yang diperkirakan juga meningkat seiring percepatan realisasi belanja pemerintah.
Peningkatan investasi termasuk pada bidang pendidikan seperti penambahan jumlah penyedia kursus dan dibukanya kelas kelas sekolah baru diperkirakan terjadi pada triwulan II 2018 sehingga meningkatkan pertumbuhan lapangan usaha jasa pendidikan.
Baca juga: PDRB NTT triwulan I tumbuh 5,19 persen
Selain itu, tibanya momen libur panjang Hari Raya Idul Fitri dan Pilkada Gubernur NTT diperkirakan turut meningkatkan lapangan usaha informasi dan komunikasi seiring tingginya penggunaan jaringan telekomunikasi terutama data dan telepon.
Apabila dibandingkan periode yang sebelumnya, pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 2,56 persen (yoy), seiring adanya persiapan menjelang Pilkada Gubernur NTT termasuk kampanye calon gubernur. Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi barang jangka lebih panjang seperti perumahan dan perlengkapan rumah tangga mencatatkan penurunan.
Kondisi ini seiring belum tibanya masa libur panjang keagamaan yang secara pola historis lebih mendorong masyarakat Provinsi NTT untuk melakukan konsumsi barang jangka panjang.
Selain itu, konsumsi transportasi dan komunikasi juga mencatatkan perlambatan pertumbuhan yang lebih disebabkan faktor cuaca buruk pada triwulan I 2018, sehingga operasional transportasi lebih terbatas, disertai menurunnya permintaan moda transportasi, terutama pesawat udara dan kapal laut oleh masyarakat, demikian BI.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi NTT lambat
Peningkatan pertumbuhan ekonomi itu diperkirakan disumbang oleh konsumsi rumah tangga, seiring tibanya momen libur panjang Hari Raya Idul Fitri, demikian hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diterima Antara di Kupang, Jumat (13/7).
Selain disumbang oleh konsumsi rumah tangga, peningkatan realisasi belanja pemerintah serta pembentukan modal tetap bruto (PMTB)/investasi seiring kelanjutan investasi terutama infrastruktur.
Berdasarkan lapangan usaha, sebut Bank Indonesia, lapangan usaha konstruksi diperkirakan meningkat seiring percepatan realisasi investasi infrastruktur dan bangunan lainnya pada triwulan II-2018. Begitu pula lapangan usaha administrasi pemerintahan yang diperkirakan juga meningkat seiring percepatan realisasi belanja pemerintah.
Peningkatan investasi termasuk pada bidang pendidikan seperti penambahan jumlah penyedia kursus dan dibukanya kelas kelas sekolah baru diperkirakan terjadi pada triwulan II 2018 sehingga meningkatkan pertumbuhan lapangan usaha jasa pendidikan.
Baca juga: PDRB NTT triwulan I tumbuh 5,19 persen
Selain itu, tibanya momen libur panjang Hari Raya Idul Fitri dan Pilkada Gubernur NTT diperkirakan turut meningkatkan lapangan usaha informasi dan komunikasi seiring tingginya penggunaan jaringan telekomunikasi terutama data dan telepon.
Apabila dibandingkan periode yang sebelumnya, pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 2,56 persen (yoy), seiring adanya persiapan menjelang Pilkada Gubernur NTT termasuk kampanye calon gubernur. Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi barang jangka lebih panjang seperti perumahan dan perlengkapan rumah tangga mencatatkan penurunan.
Kondisi ini seiring belum tibanya masa libur panjang keagamaan yang secara pola historis lebih mendorong masyarakat Provinsi NTT untuk melakukan konsumsi barang jangka panjang.
Selain itu, konsumsi transportasi dan komunikasi juga mencatatkan perlambatan pertumbuhan yang lebih disebabkan faktor cuaca buruk pada triwulan I 2018, sehingga operasional transportasi lebih terbatas, disertai menurunnya permintaan moda transportasi, terutama pesawat udara dan kapal laut oleh masyarakat, demikian BI.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi NTT lambat